Siang
itu, saat qailulah (tidur siang menjelang dzuhur), Umar bin Abdul Aziz hendak
merebahkan punggungnya sejenak. Ia belum lama dibaiat sebagai khalifah.
Putranya, Abdul Malik yang masih sangat belia dan dikenal sholih serta ahli
ilmu masuk menemui ayahnya itu, protes.
Abdul
Malik berkata, “Wahai Amirul Mukminin, apa jawabanmu kelak di hadapan Rabb mu
jika Dia bertanya kepadamu: kamu melihat bid’ah dan tidak kamu matikan atau
sunnah dan tidak kamu hidupkan?
Umar Bin
Abdul Aziz menjawab tenang, “Semoga Allah merahmatimu dan membalas kebaikanmu
sebagai anak yang baik. Anakku, sesungguhnya masyarakatmu dulu telah melakukan
semua itu seikat demi seikat hingga kuat sekali, maka kapan pun kamu hendak
mencabutnya dari mereka, aku khawatir mereka akan membuat gaduh dan pertikaian
hingga akan banyak pertumpahan darah.
Abdul
Malik bertanya lagi, “Wahai ayah, apa yang menghalangimu untuk segera
menegakkan keadilan seperti yang kau inginkan?”
Umar bin
Abdul Aziz menjelaskan strateginya, “Wahai anakku, sesungguhnya aku ingin
melatih dan mengajak masyarakat sebuah latihan yang sulit. Aku ingin
menghidupkan keadilan, tapi aku akhirkan agar aku bisa mengeluarkannya
bersamaan dengan sifat tamak terhadap dunia. Agar mereka lari dari ini dan
masuk dengan tenang ke ini.”
Abdul
Malik, “Ayah, mengapa kau tidak segera menyelesaikan hal ini? Demi Allah aku
tidak peduli kalaupun aku dan engkau harus direbus demi kebenaran. Apakah ayah
tidur sementara aduan kedzaliman telah antri di depan pintumu?”
Umar bin
Abdul Aziz memaparkan perpaduan antara tekad, semangat, dan bertahap, “Jangan
terburu-buru anakku, sesungguhnya Allah dalam Al Quran mencela khmr dua kali
dan mengharamkannya pada yang ketiga. Dan aku takut kalau memaksakan kebenaran
ini kepada masyarakat sekaligus, mereka justru akan menolaknya. Dan ini akan
menjadi fitnah.
Wahai
anakku, sesungguhnya jiwaku ini adalah kendaraanku. Jika aku tidak berlemah
lembut kepadanya, ia tidak akan menyampaikanku kepada tujuan. Sesungguhnya jika
aku membuat jiwaku dan para stafku lelah, maka itu tidak berlangsung lama untuk
aku jatuh dan mereka pun jatuh. Dan sesungguhnya aku berharap mendapatkan
pahala dari tidurku sebagaimana aku mendapatkan pahala dari keadaanku ketika
sedang tidak tidur. Sesungguhnya jika Allah berkehendak menurunkan Al Quran ini
sekaligus, pasti akan diturunkannya. Tetapi yang diturunkan hanya satu atau dua
ayat. Agar iman tertancap dulu dalam hati-hati mereka.”
(Baca
ulang dengan teliti kata per katanya. Ini konsep orang besar, untuk sebuah
negeri besar, dengan hasil yang datang dalam waktu yang sangat sebentar. Pahami
dengan baik konsep tadarruj (bertahap) dalam apapun. Seimbangkan antara
semangat yang tinggi, keinginan yang menjulang, dengan memberikan hak rehat bagi
diri dan tim. Semua ini hasil keseimbangan antara semangat dan ilmu)
Oleh: Ustadz. Budi Ashari, Lc.
Judul Asli : Dialog Dahsyat di Qailullah
Photo Credit: panjimas.com
Photo Credit: panjimas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.