Apakah Anda percaya
bahwa setiap manusia punya takdirnya masing-masing? Kelahiran, kematian,
rezeki, pertemuan, perpisahan, kemenangan, kekalahan, naik dan jatuh, aneka
episode hidup kita adalah takdir. Ya, kita setiap hari selalu berjalan dari
satu takdir ke takdir yang lain. Kita baru mengetahui itu takdir, ketika
peristiwa itu terjadi.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.
Beberapa
manusia yang beriman kepada Allah menerima dengan lapang dada setiap takdir
yang terjadi. Tapi, tidak sedikit yang mengalami kegoncangan jiwa yang amat
perih ketika menjalani takdir yang telah ditetapkan. lalu bagaimana kita
memahmi rukun iman kepada Takdir agar menjadi stabilisator ujian dalam hidup?
saya akan berbagi, pelajaran yang saya dapatkan dari Ustadz R. Rosyad.
Iman
kepada Qodha dan Qodar (terhadap peristiwa yang baik dan yang buruk) adalah
pilar ke 6 dari arkanul IMAN. Diantara fungsi penting iman ke 6 itu adalah
menjadi pasak kuat yang mengokohkan 5 pilar keimanan sebelumnya.
Semua
peristiwa hidup harus direspon secara baik dengan rukun ke 6 itu. Guncangnya
pilar ke 6 bisa membuat guncang pilar-pilar iman lainnya.
Jika
iman kuat, kokoh tidak terguncang, maka pilar-pilar ISLAM akan lebih mantap
dilaksanakan. Dan jika pelaksanaan keislaman dilandasi dengan kepahaman yang
terlatih, maka akan tumbuh keyakinan yang membuahkan IHSAN dalam setiap aspek
kehidupan.
Harus
diyakini bahwa, dalam satu peristiwa yang terjadi selalu:
-
melibatkan banyak pihak,
- banyak
keinginan,
- banyak
rencana, dan
- banyak
tujuan makhluk.
Segala
sesuatu hingga terjadinya peristiwa itu sudah ada rencana sangat detail,
terukur dan rapi yang sangat kuat kepastiannya terjadi. Itu tidak akan bisa
dipengaruhi oleh apapun dan oleh siapapun kecuali oleh Dzat Yang Merancangnya
sendiri, ALLaah subhanahu wata’ala Dan
siapapun mau tidak mau harus tunduk menyerah dengan ketetapan-Nya yang
diwujudkan melalui peristiwa demi perisriwa tersebut. Itulah ayat-ayat pembukti
bahwa DIA Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Ilmunya meliputi segalanya.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
Allah
yang telah menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa
dengan itu. Perintah Allah turun diantara keduanya (takdir-takdir peristiwa),
agar kalian mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan ilmu
Allah benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS. Ath-Thalaq/65, Ayat 12)
Semua
peristiwa demi peristiwa itu terus berjalan sebagai proses kelanjutan urusan
para makhluk-Nya. Baik urusan yang masih tersisa dijalankan di dunia maupun
urusan yang berlanjutnya harus dijalankan di akhirat melalui alam transit,
barzakh.
Semua
peristiwa itu - apapun proses kausalitasnya (sebab akibatnya) adalah sarana
untuk menjelaskan siapa diri kita dan seberapa nilai kita. Terkait tentang
memaknai hakikat hidup, adanya keyakinan di dalamnya, cara kita menggunakan
apapun sumber daya (jiwa - harta - sesama) dalam merespon peristiwa tersebut.
● Ada 5
kelompok ayat Al-Quranul Kariim yang perlu kita ingat setiap terjadi musibah.
1. QS.
At-Taubah (9) : 51
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Katakanlah
(Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah
bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah
orang-orang yang beriman.”
2. QS. Al-Hadid
(57) : 22-23
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Setiap
bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah
tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang
demikian itu mudah bagi Allah.
لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.
3. QS. Ar-Rum
(30) :41
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah
tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
QS. Asy-Syuura
(42): 30
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan
musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).
4. QS. Al-Baqarah
(2): 155-156
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ
وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Dan Kami
pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang
sabar,
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
(yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna
ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
5. QS. Al-A’raaf
(7): 164
وَإِذْ
قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا ۙ اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ
أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا ۖ قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَىٰ
رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Dan
(ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, “Mengapa kamu menasihati
kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?”
Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai alasan (lepas tanggung jawab) kepada
Tuhanmu, dan agar mereka bertakwa.”
● Dan
untuk melengkapinya, perlu kita pahami hadits-hadits berikut:
عَنْ
زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنَهْلِكُ
وفينا الصَّالِحُونَ؟ قَالَ: نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ”.
Dari
Zainab binti Jahsy radhiyaLLaahu 'anha bahwasanya ia bertanya kepada
RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihiwasallam, “Wahai RasuluLLaah, apakah kami akan
dibinasakan padahal ada orang-orang shalih ada di tengah kami.?” Beliau
menjawab, “Ya, bila keburukan telah demikian banyak.”
(HR.
Muslim)
عَنْ
أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: “إِذَا ظَهَرَتِ الْمَعَاصِي فِي أُمَّتِي، عَمَّهم اللَّهُ
بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ”. فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَمَا فِيهِمْ
أُنَاسٌ صَالِحُونَ؟ قَالَ: “بَلَى”، قَالَتْ: فَكَيْفَ يَصْنَعُ
أُولَئِكَ؟ قَالَ: “يُصِيبُهُمْ مَا أَصَابَ النَّاسُ، ثُمَّ يَصِيرُونَ
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ”
Dari
Ummu Salamah, dia berkata,
“Aku
mendengar RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Bila
perbuatan-perbuatan maksiat di tengah umatku telah nyata, maka ALLaah akan
menimpakan azab-Nya kepada mereka secara merata.” Ia berkata, “Lalu aku
bertanya, ‘Wahai RasuluLLaah, bukankah di tengah mereka itu ada orang-orang
yang shalih.?’ Beliau menjawab, “Benar.”
Beliau
(ummu Salamah) berkata lagi, “Bagaimana jadinya mereka.?” Beliau bersabda, “Apa
yang menimpa orang-orang menimpa mereka juga, kemudian nasib akhir mereka
mendapatkan ampunan dan keridlaan dari ALLaah.”
(HR
Ahmad).
Semoga
Allah jaga dan lindungi iman kita hingga ajal menjemput wafat dalam keimanan.
Amiin.
Photo credit: fglen.com
Photo credit: fglen.com
Jakarta,
19 Safar 1440 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.