Kamis, 01 November 2018

Iman Kepada Qodha dan Qodar Sebagai Stabilisator Ujian Hidup

Apakah Anda percaya bahwa setiap manusia punya takdirnya masing-masing? Kelahiran, kematian, rezeki, pertemuan, perpisahan, kemenangan, kekalahan, naik dan jatuh, aneka episode hidup kita adalah takdir. Ya, kita setiap hari selalu berjalan dari satu takdir ke takdir yang lain. Kita baru mengetahui itu takdir, ketika peristiwa itu terjadi.

Beberapa manusia yang beriman kepada Allah menerima dengan lapang dada setiap takdir yang terjadi. Tapi, tidak sedikit yang mengalami kegoncangan jiwa yang amat perih ketika menjalani takdir yang telah ditetapkan. lalu bagaimana kita memahmi rukun iman kepada Takdir agar menjadi stabilisator ujian dalam hidup? saya akan berbagi, pelajaran yang saya dapatkan dari Ustadz R. Rosyad.

Iman kepada Qodha dan Qodar (terhadap peristiwa yang baik dan yang buruk) adalah pilar ke 6 dari arkanul IMAN. Diantara fungsi penting iman ke 6 itu adalah menjadi pasak kuat yang mengokohkan 5 pilar keimanan sebelumnya.

Semua peristiwa hidup harus direspon secara baik dengan rukun ke 6 itu. Guncangnya pilar ke 6 bisa membuat guncang pilar-pilar iman lainnya.
 
Jika iman kuat, kokoh tidak terguncang, maka pilar-pilar ISLAM akan lebih mantap dilaksanakan. Dan jika pelaksanaan keislaman dilandasi dengan kepahaman yang terlatih, maka akan tumbuh keyakinan yang membuahkan IHSAN dalam setiap aspek kehidupan.

Harus diyakini bahwa, dalam satu peristiwa yang terjadi selalu:
- melibatkan banyak pihak,
- banyak keinginan,
- banyak rencana, dan
- banyak tujuan makhluk.

Segala sesuatu hingga terjadinya peristiwa itu sudah ada rencana sangat detail, terukur dan rapi yang sangat kuat kepastiannya terjadi. Itu tidak akan bisa dipengaruhi oleh apapun dan oleh siapapun kecuali oleh Dzat Yang Merancangnya sendiri, ALLaah subhanahu wata’ala  Dan siapapun mau tidak mau harus tunduk menyerah dengan ketetapan-Nya yang diwujudkan melalui peristiwa demi perisriwa tersebut. Itulah ayat-ayat pembukti bahwa DIA Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Ilmunya meliputi segalanya.

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا


Allah yang telah menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa dengan itu. Perintah Allah turun diantara keduanya (takdir-takdir peristiwa), agar kalian mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS. Ath-Thalaq/65, Ayat 12)

Semua peristiwa demi peristiwa itu terus berjalan sebagai proses kelanjutan urusan para makhluk-Nya. Baik urusan yang masih tersisa dijalankan di dunia maupun urusan yang berlanjutnya harus dijalankan di akhirat melalui alam transit, barzakh.

Semua peristiwa itu - apapun proses kausalitasnya (sebab akibatnya) adalah sarana untuk menjelaskan siapa diri kita dan seberapa nilai kita. Terkait tentang memaknai hakikat hidup, adanya keyakinan di dalamnya, cara kita menggunakan apapun sumber daya (jiwa - harta - sesama) dalam merespon peristiwa tersebut.


● Ada 5 kelompok ayat Al-Quranul Kariim yang perlu kita ingat setiap terjadi musibah.

1. QS. At-Taubah (9) : 51

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.”

2. QS. Al-Hadid (57) : 22-23

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.


لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.


3. QS. Ar-Rum (30) :41

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).


QS. Asy-Syuura (42): 30


وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).

4. QS. Al-Baqarah (2): 155-156

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).

5. QS. Al-A’raaf (7): 164

 وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا ۙ اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا ۖ قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, “Mengapa kamu menasihati kaum yang akan dibinasakan atau diazab Allah dengan azab yang sangat keras?” Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai alasan (lepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan agar mereka bertakwa.”

● Dan untuk melengkapinya, perlu kita pahami hadits-hadits berikut:



عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنَهْلِكُ وفينا الصَّالِحُونَ؟ قَالَ: نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ”.


Dari Zainab binti Jahsy radhiyaLLaahu 'anha bahwasanya ia bertanya kepada RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihiwasallam, “Wahai RasuluLLaah, apakah kami akan dibinasakan padahal ada orang-orang shalih ada di tengah kami.?” Beliau menjawab, “Ya, bila keburukan telah demikian banyak.”
(HR. Muslim)

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: “إِذَا ظَهَرَتِ الْمَعَاصِي فِي أُمَّتِي، عَمَّهم اللَّهُ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ”. فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَمَا فِيهِمْ أُنَاسٌ صَالِحُونَ؟ قَالَ: “بَلَى”، قَالَتْ: فَكَيْفَ يَصْنَعُ أُولَئِكَ؟ قَالَ: “يُصِيبُهُمْ مَا أَصَابَ النَّاسُ، ثُمَّ يَصِيرُونَ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ”

Dari Ummu Salamah, dia berkata,
“Aku mendengar RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Bila perbuatan-perbuatan maksiat di tengah umatku telah nyata, maka ALLaah akan menimpakan azab-Nya kepada mereka secara merata.” Ia berkata, “Lalu aku bertanya, ‘Wahai RasuluLLaah, bukankah di tengah mereka itu ada orang-orang yang shalih.?’ Beliau menjawab, “Benar.”
Beliau (ummu Salamah) berkata lagi, “Bagaimana jadinya mereka.?” Beliau bersabda, “Apa yang menimpa orang-orang menimpa mereka juga, kemudian nasib akhir mereka mendapatkan ampunan dan keridlaan dari ALLaah.”
(HR Ahmad).

Semoga Allah jaga dan lindungi iman kita hingga ajal menjemput wafat dalam keimanan. Amiin.

Photo credit: fglen.com

Jakarta, 19 Safar 1440 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.