Berbagai fenomena yang melanda dunia
akhir-akhir ini mengirimkan pesan penting kepada kita, pentingnya mengembangkan
sumber daya manusia yang berkarakter baik. Pertanyaannya, bagaimana cara
mewujudkan manusia yang membawa kebaikan bagi sesama manusia dan alam semesta?
Pendidikan yang diharapkan menjadi
ujung tombak perubahan kiranya baru mengubah manusia pada taraf pikiran, belum
sepenuhnya menyentuh hal yang mendasar yaitu hati. Ya, hati yang berpikir yang jika dikolaborasikan
menghasilkan kearifan dalam berpikir, bertutur, bertindak, dan membuat
keputusan.
Mau bukti?
Jika ada pesan wa/ kiriman orang lain
yang masuk ke handphone satu tulisan/ gagasan dari seorang pakar, berita, dan
sejenisnya dan satu lagi isinya ayat-ayat Allah. Mana yang lebih fokus kita
renungi lebih dalam? Kebanyakan yang ditadabburi adalah pendapat-pendapat
(opini) manusia. Ya, yang beredar disekitar kita akhir-akhir ini lebih banyak opini daripada ilmu
(khususnya wahyu).
Apa sumber yang bisa mengasah
kecerdasan hati, pikiran, dan fisik manusia secara holistik? Alhamdulillah sebagai
orang yang Allah anugrahi mengenyam dunia pendidikan tinggi di kampus, saya
telah merasakan efek perubahan dalam jiwa, pikiran, dan perubahan fisik (baca:
kesehatan) melalui agama islam.
Kenapa agama? Karena itu sumbu pemicu
potensi manusia yang sebenarnya. Islam yang mengubah para budak menjadi
manusia-manusia mulia. Mengubah cara kita memandang dunia, melihat sekitar kita. Islam mengajarkan cara pandang
yang unik untuk melihat hidup dan segala pernak-perniknya.
“jika Anda menginginkan perubahan
kecil, ubahlah perilaku Anda. Jika Anda menginginkan perubahan dengan lompatan
kuantum, ubahalah cara Anda memandang dunia”
Agama ini mengajarkan manusia untuk
mampu melihat jauh ke depan (Akhirat). Mengapa? Segala pikiran, lintasan mata,
hati, ucapan, tindakan akan memiliki konsekuensi logis terhadap kehidupan
sesorang di dunia, terlebih lagi di akhirat. Karena itu, seorang muslim sejati
adalah orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam mengisi waktunya dengan aneka
kebaikan (Ibadah). Detik demi detik, menit, jam, dan hari. Sehingga ia menjadi
manusia yang produktif dan penuh semangat menyongsong masa depan.
Contohnya?
Generasi sahabat adalah contoh umat
terbaik yang pernah dilahirkan di pentas muka bumi ini. bagaimana rasul
mendidik mereka sehingga mampu menjadi generasi terbaik?
Ada 4 ayat dalam Al-Quran yang
berkaitan dengan 3 hal misi khusus Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam.
1 (satu) ayat sebagai doa (permohonan
Nabiyullaah Ibrahim 'alaihissalaam) dengan susunan:
• Tilawah - membacakan (apa
adanya sebagaimana yang diturunkan).
• Ta'lim - mengajarkan.
• Tazkiyyah - menyucikan.
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ
وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ
“Ya Tuhan kami, utuslah di tengah
mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada
mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan
menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
[Surat Al-Baqarah (2), Ayat 129]
3 (ayat) sebagai "jawaban"
dari Allah subhanahu wata’ala terhadap permohonan Nabi Ibrahim tersebut
yaitu dengan susunan:
• Tilawah - membacakan.
• Tazkiyyah - menyucikan,
• Ta'lim - mengajarkan.
Sekarang mari kita renungkan, dari
ketiga tahap di atas, ada yang hilang dari pendidikan kita secara umum. apa
itu? Tazkiyyah – menyucikan hati. Kebersihan hati itulah yang akan membuat ilmu
itu menjadi berkah, mudah memahami kebenaran, memiliki dorongan yang kuat untuk
mengamalkan ilmu, dan memiliki rasa takut kepada Allah.
___________
Ketiga hal itu adalah pola pembinaan
Sumber Daya Manusia (SDM) (baca: tarbiyyah).
1. Tilawah : Asholah dakwah
(originalitas nilai)
2. Tazkiyyah : penyiapan jiwa
untuk siap menampung ilmu yang bersih agar terjaga kebersihan ilmu itu saat
diwujudkan dalam kalimat (lisan/tulisan) dan perbuatan.
3. Ta'lim : proses penuangan
ilmu dari sumber-sumber yang bersih ke wadah yang sudah bersih.
[QS. 2:151, 3:164 & 62:2]
Dan susunan urutan yang dimohonkan
oleh Nabi Ibrahim 'alaihissalaam tentang tugas-tugas khusus yang dijalankan
oleh Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, oleh Allah subhanahu
wata’ala dijawab dengan susunan urutan yang berbeda. Ini menjelaskan
bahwa proses tazkiyyah harus dilakukan bahkan sebelum ditambahkannya
ilmu.
Agar nilai itu yang asalnya original
tetap murni tidak bercampur kotoran-kotoran saat dikeluarkan melalui
lisan/tulisan serta amal perbuatan.
Pada akhirnya, ibadah yang dilandasi
ilmu akan melahirkan ketenangan, kedamaian, dan terjadinya proses tazkiyyah
(pembersihan hati) dari kotoran-kotoran dan belenggu jiwa yang menghinggapinya.
Idealnya seperti itu, tetapi jika ibadah belum bisa mengubah akhlak seseoang,
kedamaian hati juga belum datang. Berarti ada yang salah akibat
terkontaminasinya hati dan pikiran dari
sumber-sumber yang membahayakan (Bacaan, informasi, penglihatan, ilmu,
keyakinan, pemikiran, dsb).
Baca juga; Peran Ibadah dalam Kehidupan
كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا
وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ
تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
“Sebagaimana Kami telah mengutus
kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat
Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah
(Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.”
[Surat Al-Baqarah, Ayat 151]
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا
مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ
وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Sungguh, Allah telah memberi karunia
kepada orang-orang beriman ketika (Allah) mengutus seorang Rasul (Muhammad) di
tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada
mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka
Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.”
[Surat Ali 'Imran, Ayat 164]
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ
آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا
مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
“Dialah yang mengutus seorang Rasul
kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan
kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam
kesesatan yang nyata.”
[Surat Al-Jumu'ah, Ayat 2]
__________________
3 hal itu adalah misi khusus الرسالة الخاصة
risalah khoshoh Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam (menyiapkan SDM)
untuk mencapai misi umum الرسالة العامة risalah 'ammah, yaitu merealisasikan ad-dien إظهار الدين izh-haarud diin [QS. 9:33, 48:28 dan
61:9]
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ
عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya
dengan petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala
agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.
[Surat At-Taubah, Ayat 33]
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ
عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا
Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan
membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua
agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.
[Surat Al-Fath, Ayat 28]
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ
رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ
كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan
membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala
agama meskipun orang-orang musyrik membencinya.
[Surat Ash-Shaf, Ayat 9]
Semoga Allah memberikan kita kekuatan
untuk selalu istiqomah dalam meniti jalan yang diridhoi-Nya.
Photo Credit: araconsultants.com
Jakarta, 4 Rabiul Akhir 1440 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.