Kamis, 13 Desember 2018

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia ala Nabi Muhammad

Berbagai fenomena yang melanda dunia akhir-akhir ini mengirimkan pesan penting kepada kita, pentingnya mengembangkan sumber daya manusia yang berkarakter baik. Pertanyaannya, bagaimana cara mewujudkan manusia yang membawa kebaikan bagi sesama manusia dan alam semesta?

Pendidikan yang diharapkan menjadi ujung tombak perubahan kiranya baru mengubah manusia pada taraf pikiran, belum sepenuhnya menyentuh hal yang mendasar yaitu hati. Ya, hati  yang berpikir yang jika dikolaborasikan menghasilkan kearifan dalam berpikir, bertutur, bertindak, dan membuat keputusan.

Mau bukti?

Jika ada pesan wa/ kiriman orang lain yang masuk ke handphone satu tulisan/ gagasan dari seorang pakar, berita, dan sejenisnya dan satu lagi isinya ayat-ayat Allah. Mana yang lebih fokus kita renungi lebih dalam? Kebanyakan yang ditadabburi adalah pendapat-pendapat (opini) manusia. Ya, yang beredar disekitar kita akhir-akhir  ini lebih banyak opini daripada ilmu (khususnya wahyu).

Apa sumber yang bisa mengasah kecerdasan hati, pikiran, dan fisik manusia secara holistik? Alhamdulillah sebagai orang yang Allah anugrahi mengenyam dunia pendidikan tinggi di kampus, saya telah merasakan efek perubahan dalam jiwa, pikiran, dan perubahan fisik (baca: kesehatan) melalui agama islam.

Kenapa agama? Karena itu sumbu pemicu potensi manusia yang sebenarnya. Islam yang mengubah para budak menjadi manusia-manusia mulia. Mengubah cara kita memandang dunia, melihat  sekitar kita. Islam mengajarkan cara pandang yang unik untuk melihat hidup dan segala pernak-perniknya.

“jika Anda menginginkan perubahan kecil, ubahlah perilaku Anda. Jika Anda menginginkan perubahan dengan lompatan kuantum, ubahalah cara Anda memandang dunia”

Agama ini mengajarkan manusia untuk mampu melihat jauh ke depan (Akhirat). Mengapa? Segala pikiran, lintasan mata, hati, ucapan, tindakan akan memiliki konsekuensi logis terhadap kehidupan sesorang di dunia, terlebih lagi di akhirat. Karena itu, seorang muslim sejati adalah orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam mengisi waktunya dengan aneka kebaikan (Ibadah). Detik demi detik, menit, jam, dan hari. Sehingga ia menjadi manusia yang produktif dan penuh semangat menyongsong masa depan.

Contohnya?

Generasi sahabat adalah contoh umat terbaik yang pernah dilahirkan di pentas muka bumi ini. bagaimana rasul mendidik mereka sehingga mampu menjadi generasi terbaik?

Ada 4 ayat dalam Al-Quran yang berkaitan dengan 3 hal misi khusus Rasulullaah shallallaahu 'alaihi wasallam.

1 (satu) ayat sebagai doa (permohonan Nabiyullaah Ibrahim 'alaihissalaam) dengan susunan:
Tilawah - membacakan (apa adanya sebagaimana yang diturunkan).
Ta'lim - mengajarkan.
Tazkiyyah - menyucikan.

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
[Surat Al-Baqarah (2), Ayat 129]


3 (ayat) sebagai "jawaban" dari Allah subhanahu wata’ala terhadap permohonan Nabi Ibrahim tersebut yaitu dengan susunan:
Tilawah - membacakan.
Tazkiyyah - menyucikan,
Ta'lim - mengajarkan.

Sekarang mari kita renungkan, dari ketiga tahap di atas, ada yang hilang dari pendidikan kita secara umum. apa itu? Tazkiyyah – menyucikan hati. Kebersihan hati itulah yang akan membuat ilmu itu menjadi berkah, mudah memahami kebenaran, memiliki dorongan yang kuat untuk mengamalkan ilmu, dan memiliki rasa takut kepada Allah.
___________

Ketiga hal itu adalah pola pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) (baca: tarbiyyah).

1. Tilawah : Asholah dakwah (originalitas nilai)

2. Tazkiyyah : penyiapan jiwa untuk siap menampung ilmu yang bersih agar terjaga kebersihan ilmu itu saat diwujudkan dalam kalimat (lisan/tulisan) dan perbuatan.

3. Ta'lim : proses penuangan ilmu dari sumber-sumber yang bersih ke wadah yang sudah bersih.
[QS. 2:151, 3:164 & 62:2]

Dan susunan urutan yang dimohonkan oleh Nabi Ibrahim 'alaihissalaam tentang tugas-tugas khusus yang dijalankan oleh Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam, oleh Allah subhanahu wata’ala dijawab dengan susunan urutan yang berbeda. Ini menjelaskan bahwa proses tazkiyyah harus dilakukan bahkan sebelum ditambahkannya ilmu.

Agar nilai itu yang asalnya original tetap murni tidak bercampur kotoran-kotoran saat dikeluarkan melalui lisan/tulisan serta amal perbuatan.

Pada akhirnya, ibadah yang dilandasi ilmu akan melahirkan ketenangan, kedamaian, dan terjadinya proses tazkiyyah (pembersihan hati) dari kotoran-kotoran dan belenggu jiwa yang menghinggapinya. Idealnya seperti itu, tetapi jika ibadah belum bisa mengubah akhlak seseoang, kedamaian hati juga belum datang. Berarti ada yang salah akibat terkontaminasinya  hati dan pikiran dari sumber-sumber yang membahayakan (Bacaan, informasi, penglihatan, ilmu, keyakinan, pemikiran, dsb).



كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ

“Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.”
[Surat Al-Baqarah, Ayat 151]


لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

“Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Allah) mengutus seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
[Surat Ali 'Imran, Ayat 164]


هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

“Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
[Surat Al-Jumu'ah, Ayat 2]
__________________


3 hal itu adalah misi khusus  الرسالة الخاصة risalah khoshoh Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam (menyiapkan SDM) untuk mencapai misi umum  الرسالة العامة  risalah 'ammah, yaitu merealisasikan ad-dien  إظهار الدين  izh-haarud diin [QS. 9:33, 48:28 dan 61:9]

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar untuk diunggulkan atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.
[Surat At-Taubah, Ayat 33]


هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.
[Surat Al-Fath, Ayat 28]


 هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama meskipun orang-orang musyrik membencinya.
[Surat Ash-Shaf, Ayat 9]

Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk selalu istiqomah dalam meniti jalan yang diridhoi-Nya.

Photo Credit: araconsultants.com

Jakarta, 4 Rabiul Akhir 1440 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.