Jumat, 12 Oktober 2018

Takdir Allah

Hadirim jamaah shalat jumat yang dirahmati Allah

Beriman dengan takdir adalah diantara enam rukun iman yang wajib diyakini. Sehingga ilmu berkaitan tentang takdir wajib juga untuk diketahui. Karena jika salah memahaminya, salah juga keyakinan tentangnya. Dan jika salah keyakinan tentang takdir maka imannya juga  bermasalah.

Hal terpenting tentang takdir yang harus diketahui bahwa takdir baik dan buruk, yang rinci, bahkan sangat detail, semuanya ketetapan Allah. Dalam sunan At-Tirmidzi diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, bersabda Rasulullah shalaullahhu ‘alaihi wassalam:

لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ حَتَّى يَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَهُ

 "Seorang hamba tidak dikatakan beriman sampai dia mengimani tentang takdir baiknya dan takdir buruknya, sehingga dia yakin bahwa apa yang akan menimpanya tidak mungkin akan meleset darinya, dan sesuatu yang tidak ditetapkan atasnya tidak akan mungkin menimpanya."

Hadirin sekalian.

Seorang yang berniat jahat lalu berhasil melakukan aksinya dan seorang yang berniat baik lalu berhasil melakukan tindakannya. Maka keduanya terjadi sama-sama atas takdir Allah. Namun perbedaannya, seorang yang berniat jahat lalu berhasil melakukan kejahatannya itu atas takdir dan izin Allah dan Allah akan murka padanya jika sampai mati dia tidak bertaubat. Tetapi yang seorang yang berniat baik lalu berhasil melakukan kebaikannya, selain itu karena takdir Allah juga maka itu tanda keridhoan-Nya pada perbuatannya tersebut. Dalam surah Az-Zumar ayat 7 Allah berfirman: 

وَلَا يَرْضٰى لِعِبَادِهِ الْـكُفْرَ  ۚ  وَاِنْ تَشْكُرُوْا يَرْضَهُ لَـكُمْ   

"Dan Dia tidak meridhai kekafiran hamba-hambanya. Jika kamu bersyukur, Dia meridhai kesyukuranmu itu"

Hadirin jamaah shalat jumat yang dirahmati Allah

Dalam ketentuan takdir yang akan terjadi, seseorang dijadikan bisa memilih apa yang dia mau. Walaupun pada akhirnya, ketetapan Allah saja yang akan terjadi.

Baca juga: Bagaimana Menyikapi  Takdir?

Seorang yang tahu diantara salah satu makanan yang ada dihadapannya mengandung racun. Maka tentu ia akan memilih makanan yang tidak beracun. Sungguh keterlaluan jika ia memilih yang beracun karena alasan kalau belum takdir Allah menjadi bahaya maka tidak akan bahaya.

Namun jika ia sudah memilih makanan yang tidak beracun lalu sakit juga, maka memang takdir Allah untuknya harus sakit.

Dalam hal ini ada yang perlu diketahui. Bahwa sakit, bencana, kecurian, kecelakaan dan yang sejenisnya secara kasat mata memang itu tidak enak. Hal itu disebut takdir buruk. Tetapi pada hakikatnya diterangkan dalam banyak hadits, sakit dan ujian lainnya itu mengandung unsur adanya pengampunan dosa dan kebaikan dari Allah ta'ala.

Dalam sohih albukhori diriwayatkan dari Aisyah, bersabda rasulullah:

مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا

"Tidaklah suatu musibah hal yang tidak mengenakkan apa pun yang menimpa seorang muslim melainkan Allah akan menghapus kesalahannya meskipun hanya sekedar tertusuk duri kecil."

Dan diriwayatkan dari Abu Hurairoh, Rasulullah shalaullahhu ‘alaihi wassalam bersabda:

مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

 "Barangsiapa di kehendaki Allah kebaikan, maka Dia akan mengujinya."

Hadirin jamaah shalat jumat yang dirahmati Allah

Dalam Musnad Ahmad dan yang lainnya diriwayatkan sebuah hadits melalui sahabat Abu Sa'id Al-Khudriyyii ia berkata, pada masa kehidupan Rasulullah pernah terjadi harga barang yang melambung tinggi. Para sahabat lantas mendatangi nabi meminta agar harga distabilkan kembali. Maka apa jawab rasulullah:

 إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمُقَوِّمُ أَوْ الْمُسَعِّر

"Sesungguhnya Allah lah yang maha menetapkan ataupun menstabilkan harga".

Artinya adukanlah kejadian tersebut pada Allah. Berdoa dan mintalah pada Allah agar harga kembali normal dan stabil.

Nabi Muhammad saja tidak punya kuasa akan hal tersebut apa lagi kalau cuma sebatas pemimpin dunia. Maka salah jika menuntut pada pemimpin dunia tapi tidak mengadu berdoa pada Allah.

Hadirin jamaah shalat jumat yang dirahmati Allah

Ridho artinya menerima dengan lapang dada segala yang ditakdirkan Allah adalah diantara ibadah hati yang sangat besar nilainya.

Maka jangan pernah terpengaruh dengan ramalan apa pun. Yang memprediksi akan terjadi begini dan begitu. Berbaik sangkalah pada Allah dan pada siapa pun.

Ingat firman Allah dalam surah Al-Baqoroh ayat 216

 وَعَسٰۤى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْــئًا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّـکُمْ ۚ  وَعَسٰۤى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْــئًا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمْ ۗ  وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْـتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

"Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Dan dalam Musnad Ahmad diriwayatkan dari sahabat Muadz bin Jabal, Rasulullah shalaullahhu ‘alaihi wassalam bersabda

لدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ بِالدُّعَاءِ عِبَادَ اللَّهِ

"Doa itu bermanfaat terhadap perubahan yang sudah terjadi dan pencegahan yang belum terjadi. Maka selalulah berdoa wahai hamba-hamba Allah."

Semoga Allah jaga iman kita sampai akhir hayat, mewafatkan kita dalam iman yang benar dan memasukkan kita ke dalam firdaus-Nya kelak. Amiin.

Baca juga: Empat Tingkatan Manusia dalam Menyikapi Takdir

Photo Credit: depokpos.com

Jakarta, 3 Shafar 1440 H | @riosaputranew

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.