Beriman dengan
takdir adalah diantara enam rukun iman yang wajib diyakini. Sehingga ilmu berkaitan tentang takdir wajib juga untuk diketahui. Karena jika salah
memahaminya, salah juga keyakinan tentangnya. Dan jika salah keyakinan tentang
takdir maka imannya juga bermasalah.
Hal terpenting
tentang takdir yang harus diketahui bahwa takdir baik dan buruk, yang rinci,
bahkan sangat detail, semuanya ketetapan Allah. Dalam sunan At-Tirmidzi diriwayatkan
dari Jabir bin Abdillah, bersabda Rasulullah shalaullahhu ‘alaihi wassalam:
لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ حَتَّى يَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَهُ
"Seorang hamba tidak dikatakan beriman sampai dia mengimani tentang takdir baiknya dan takdir buruknya, sehingga dia yakin bahwa apa yang akan menimpanya tidak mungkin akan meleset darinya, dan sesuatu yang tidak ditetapkan atasnya tidak akan mungkin menimpanya."
Hadirin sekalian.
Seorang yang
berniat jahat lalu berhasil melakukan aksinya dan seorang yang berniat baik
lalu berhasil melakukan tindakannya. Maka keduanya terjadi sama-sama atas
takdir Allah. Namun perbedaannya, seorang yang berniat jahat lalu berhasil
melakukan kejahatannya itu atas takdir dan izin Allah dan Allah akan murka
padanya jika sampai mati dia tidak bertaubat. Tetapi yang seorang yang berniat
baik lalu berhasil melakukan kebaikannya, selain itu karena takdir Allah juga
maka itu tanda keridhoan-Nya pada perbuatannya tersebut. Dalam surah Az-Zumar ayat
7 Allah berfirman:
وَلَا يَرْضٰى لِعِبَادِهِ الْـكُفْرَ ۚ وَاِنْ تَشْكُرُوْا يَرْضَهُ لَـكُمْ
"Dan Dia tidak
meridhai kekafiran hamba-hambanya. Jika kamu bersyukur, Dia meridhai
kesyukuranmu itu"
Hadirin jamaah
shalat jumat yang dirahmati Allah
Dalam ketentuan
takdir yang akan terjadi, seseorang dijadikan bisa memilih apa yang dia mau.
Walaupun pada akhirnya, ketetapan Allah saja yang akan terjadi.
Baca juga: Bagaimana Menyikapi Takdir?
Baca juga: Bagaimana Menyikapi Takdir?
Seorang yang tahu
diantara salah satu makanan yang ada dihadapannya mengandung racun. Maka tentu
ia akan memilih makanan yang tidak beracun. Sungguh keterlaluan jika ia memilih
yang beracun karena alasan kalau belum takdir Allah menjadi bahaya maka tidak
akan bahaya.
Namun jika ia sudah
memilih makanan yang tidak beracun lalu sakit juga, maka memang takdir Allah
untuknya harus sakit.
Dalam hal ini ada
yang perlu diketahui. Bahwa sakit, bencana, kecurian, kecelakaan dan yang
sejenisnya secara kasat mata memang itu tidak enak. Hal itu disebut takdir
buruk. Tetapi pada hakikatnya diterangkan dalam banyak hadits, sakit dan ujian
lainnya itu mengandung unsur adanya pengampunan dosa dan kebaikan dari Allah
ta'ala.
Dalam sohih
albukhori diriwayatkan dari Aisyah, bersabda rasulullah:
مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
"Tidaklah
suatu musibah hal yang tidak mengenakkan apa pun yang menimpa seorang muslim
melainkan Allah akan menghapus kesalahannya meskipun hanya sekedar tertusuk
duri kecil."
Dan diriwayatkan
dari Abu Hurairoh, Rasulullah shalaullahhu ‘alaihi wassalam bersabda:
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
"Barangsiapa di kehendaki Allah kebaikan,
maka Dia akan mengujinya."
Hadirin jamaah
shalat jumat yang dirahmati Allah
Dalam Musnad Ahmad
dan yang lainnya diriwayatkan sebuah hadits melalui sahabat Abu Sa'id Al-Khudriyyii
ia berkata, pada masa kehidupan Rasulullah pernah terjadi harga barang yang
melambung tinggi. Para sahabat lantas mendatangi nabi meminta agar harga
distabilkan kembali. Maka apa jawab rasulullah:
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمُقَوِّمُ أَوْ الْمُسَعِّر
"Sesungguhnya
Allah lah yang maha menetapkan ataupun menstabilkan harga".
Artinya adukanlah
kejadian tersebut pada Allah. Berdoa dan mintalah pada Allah agar harga kembali
normal dan stabil.
Nabi Muhammad saja
tidak punya kuasa akan hal tersebut apa lagi kalau cuma sebatas pemimpin dunia.
Maka salah jika menuntut pada pemimpin dunia tapi tidak mengadu berdoa pada
Allah.
Hadirin jamaah
shalat jumat yang dirahmati Allah
Ridho artinya
menerima dengan lapang dada segala yang ditakdirkan Allah adalah diantara
ibadah hati yang sangat besar nilainya.
Maka jangan pernah
terpengaruh dengan ramalan apa pun. Yang memprediksi akan terjadi begini dan
begitu. Berbaik sangkalah pada Allah dan pada siapa pun.
Ingat firman Allah
dalam surah Al-Baqoroh ayat 216
وَعَسٰۤى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْــئًا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّـکُمْ ۚ وَعَسٰۤى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْــئًا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْـتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
"Boleh jadi
kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu
menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui."
Dan dalam Musnad Ahmad diriwayatkan dari sahabat Muadz bin Jabal, Rasulullah shalaullahhu ‘alaihi
wassalam bersabda
لدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ فَعَلَيْكُمْ بِالدُّعَاءِ عِبَادَ اللَّهِ
"Doa itu
bermanfaat terhadap perubahan yang sudah terjadi dan pencegahan yang belum
terjadi. Maka selalulah berdoa wahai hamba-hamba Allah."
Semoga Allah jaga
iman kita sampai akhir hayat, mewafatkan kita dalam iman yang benar dan
memasukkan kita ke dalam firdaus-Nya kelak. Amiin.
Baca juga: Empat Tingkatan Manusia dalam Menyikapi Takdir
Baca juga: Empat Tingkatan Manusia dalam Menyikapi Takdir
Photo Credit: depokpos.com
Jakarta, 3 Shafar
1440 H | @riosaputranew
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.