Karunia adalah dambaan setiap insan. Kemudahan,
rezeki, harta, dan aneka karunia (pemberiaan Allah) yang baik-baik adalah
sebuah harapan yang senantiasa dinanti. Siapa yang tidak mau mendapatkan
karunia seperti itu?
Sekarang
coba kita bayangkan, dalam sejarah perjalanan para nabi dan rasul. Bagaimana mereka
mensikpai setiap karunia yang Allah berikan? Di tengah-tengah manusia tidak
jarang terjadi hal yang sebaliknya, karunia itu berubah menjadi ujian. Demikianlah
Al-Qur’an juga mengingatkan bahwa, setiap manusia akan di uji dengan kebaikan
dan keburukan.
Menurut
ulama, tidak selayaknya kita iri hati dengan derajat yang diperoleh para nabi.
Sebab, ketinggian derajat mereka sebanding lurus dengan beratnya cobaan yang
mereka hadapi. Cobaan atau bala yang dihadapi para nabi bukan hanya yang
berwujud penderitaan, tapi juga berupa karunia kenikmatan. Dan, mereka, para
nabi itu, sangatlah layak memperoleh derajat tinggi di sisi Allah karena
keteguhan mereka dalam menghadapi setiap ujian dari Allah.
Nabi
Sulaiman, misalnya, meskipun diberi kekuasaan besar oleh Allah, tidak lantas
menjadi lalai dan silau. Ia setiap harinya menerima tamu dan memberi mereka
makan berupa tepung halus. Sedangkan keluarganya sendiri, yakni istri-istri dan
anak-anaknya, diberi makan tepung kasar. Sementara itu, ia sendiri setiap
harinya hanya makan gandum yang belum ditumbuk.
Saudaraku,
jika ada pilihan, mana yang lebih berat antara ujian kenikmatan dan ujian
kesempitan? Banyak orang yang berhasil melewati ujian kesempitan, tetapi
terlena dan lupa diri ketika diuji melalui kenikmatan.
Demikian
pula Nabi Yusuf, sang bendaharawan Mesir itu, selama hidupnya tidak pernah
kenyang. Ketika ditanya alasannya, ia selalu menjawab, ''Aku takut, jika
perutku sampai kenyang, maka aku akan melupakan orang-orang yang lapar.''
Nabi
Muhammad SAW juga tak jauh berbeda dengan mereka. Suatu ketika Jibril sedang
bersama beliau, dan tiba-tiba datang seorang malaikat yang lain.
''Aku
khawatir, jangan-jangan ia membawa sebuah tugas untukku,'' kata Jibril.
Tetapi,
sang malaikat terus berjalan menuju Rasulullah, dan kemudian berkata, ''Salam
dari Allah untukmu, ya Muhammad. Saya membawa kunci-kunci perbendaharaan bumi
untuk Anda. Jika Anda mau, ambillah, niscaya semua yang ada di bumi ini akan
menjadi emas dan perak. Semua itu akan abadi bersamamu hingga hari kiamat, dan
tidak mengurangi sedikit pun dari apa yang akan engkau peroleh di sisi Allah
SWT.''
Mendengar
hal itu, Rasulullah SAW tidak silau oleh tawaran duniawi dari Allah lewat malaikat
tersebut. Beliau menjawab, ''Biarlah saya terkadang lapar dan terkadang merasa
kenyang.'' Karenanya, Allah SWT berfirman, ''Dan janganlah kamu tergiur oleh
kesenangan yang Kami berikan kepada beberapa keluarga di antara mereka sebagai
bunga kehidupan dunia. Kami hendak menguji mereka dengan kesenangan itu.''
(Thaha: 131).
Para
nabi dan rasul tersebut senantiasa menghindarkan diri jangan sampai menikmati
kelezatan yang mungkin mereka raup dari karunia Allah. Mereka berkeyakinan,
segala bentuk nikmat yang datang adalah medan ujian yang mahaberat dari Allah.
Mereka lebih suka menikmati dzikir dan ibadah pada-Nya. Mereka tidak pernah
terpikat dengan kekayaan yang mereka miliki, sehingga tak pernah pula merasa
berduka jika kekayaan itu lenyap dari tangan mereka. Juga tak merasa gembira
dengan kekayaan tersebut, sehingga tak perlu berpikir panjang jika hendak
memberikannya kepada orang lain.
Sekali lagi,
mereka adalah contoh-contoh yang patut dijadikan tauladan. Di tengah kenikmatan
yang ada, mereka tetap bisa mengingat Allah dan berbagi kepada sesama.
Menurut
ahli tafsir Abu Said Kharraz, mereka adalah sebagaimana yang difirmankan Allah,
''Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Maka
ikutilah jalan petunjuk yang mereka lalui itu. (Al An'am: 90). Wallahu a'lam.
Jakarta,
19 Muharram 1440
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.