Jumat, 22 September 2017

Agar Hidup Lebih Baik Menurut Islam

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Saya ingin bertanya siapa yang  ingin kehidupannya membaik? tentu kita semua akan menjawab saya. Tetapi, harus mulai dari mana? Ketika keadaan semakin sulit. Bingung harus mulai dari mana. Saya  pernah mengalami hal ini dan mungkin jutaan orang di belahan dunia pernah mengalaminya.

Sahabat, saya ingin berbagi pengalaman yang sangat mengubah kehidupanku sejak 10 tahun yang lalu. Jika sebagian besar kita bertanya mengapa hidup saya terasa sempit ya? Mungkin beberapa  pelajaran ini bisa membantu.


“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (Q.S. Thaha: 124)

Mungkin sebagian kita dari kecil sering membaca Al-Qur’an tetapi jarang mempelajari artinya, apalagi maknanya, lalu bagaimana mengamalkannya? Loh emangnya kenapa?


Coba kita perhatikan ayat di atas, salah satu faktor fundamen yang membuat hidup kita sempit adalah berpaling dari peringatan Sang Pencipta. Apa artinya? Mungkinkah orang yang sering baca Al-Qur’an, rajin Sholat, hidupnya juga terasa sempit? Mungkin saja, karena sebagian kita abai terhadap perintah-perintah, larangan yang Allah jelaskan dalam Firman-Nya.

Kesempitan hidup bukan hanya kesempitan dalam hal harta, tetapi kesempitan hati. Hati yang sulit memaafkan, hati yang sulit menerima kebenaran, hati yang selalu iri dan dengki terhadap nikmat yang orang miliki, hati yang tidak pernah puas, hati yang jauh dari mengingat Allah, hati yang belum bisa berdamai dengan masa lalunya yang kelam.

Solusinya? Bagaimana agar Allah menjadikan kehidupan kita menjadi baik?

“Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. “ (Q.S. An-Nahl: 97)

Karena itu, Ibnu Qoyyim memberikan penjelasan orang-orang yang bertakwa lagi berbuat baik berhasil merengkuh nikmat dunia dan akhirat, mendapatkan kehidupan yang baik di dua alam. Karena sesungguhnya kebaikan jiwa, kebaikan hati, suka citanya, kenikmatannya, keceriaannya, ketenangannya, kelapangannya, cahaya, keluasan dan keselamatannya itu terletak pada meninggalkan syahwat yang haram dan syubhat yang batil. Itulah kenikmatan yang hakiki, dan tidak ada kaitannya kenikmatan badan dengannya.

Artinya penghidupan yang baik bukan hanya dari sisi materi, tetapi kelapangan jiwa dalam menerima kebaikan dan hidayah untuk senantiasa beramal. Ia juga telah mengenal Penciptanya dengan sangat baik, yakin dengan pemeliharan-Nya, senantiasa menyembah-Nya, dan tidak bisa berpaling dari-Nya.

Sebagian orang yang pernah mengenyam kenikmatan ini berkata, “Seandainya para raja dan para putra mahkota mengetahui apa yang kami rasakan, niscaya mereka akan merebutnya dengan pedang-pedang mereka dari tangan kami.”

Kenikmatan dan kebahagiaan apa di dunia yang lebih baik daripada kebaikan hati, keselamatan dada, mengenal Allah secara baik dan mencintai-Nya, serta beramal sesuai dengan taufikNya?

Bukankah kehidupan yang sejati hanyalah kehidupan hati yang salim (suci dan selamat)? Sebagaimana Allah memuji khalil-Nya, Nabi Ibrahim ‘alaihisallam dengan kebersihan hatinya.

Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.(Q.S. As-Shaffaat: 83-84)

Keselamatan hati tidak akan terwujud sempurna secara mutlak sehingga ia selamat dari lima penyakit: syirik yang melawan tauhid, bid’ah yang menyelisihi sunnah, syahwat yang menyelisihi perintah, kelalaian yang melawan dzikir, dan hawa nafsu yang melawan keikhlasan dan kemurnian niat.

Jadi, sahabat jika kita merindukan kehidupan yang baik, tidak ada hajat yang lebih mendesak  dan darurat melainkan senantiasa memohon kepada Allah agar selalu membimbing kehidupan kita di jalan yang lurus.

Photo Credit: eventjakarta

Jakarta, 3 Muharram 1439 H | @riosaputranew

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.