Kamis, 21 September 2017

Kisah Teladan : Pelajaran Tauhid dari Ayah

Ada anak bernama Adi yang ingin mengikuti study tour ke sebuah kota, lalu Adi berkata kepada ayahnya, “Ayah, Sabtu depan Adi mau ikut Study Tour ?”

“ Kamu sudah bilang belum ke Allah ?” Tandas ayahnya

“Belum, yah.” Jawab Adi sambil memelankan suaranya.

“ Bilang dulu deh ke Allah ! masih ada waktu berapa ?” Tanya ayahnya sambil memperhatikan wajah anaknya yang mulai  gusar.

“ Sekarang hari kamis, harus bayar maksimal besok jum’at, sabtu mau berangkat.” Timpal Adi sambil melayangkan pandangan wajahnya ke langit-langit rumah.

Ayahnya kembali menjelaskan “ Ya sudah, masih ada Maghrib, Isya, sholat malam, dan masih ada subuh di jum’at pagi, buat doa. Sudah, kamu sholat dulu, doa dulu sama Allah.”

Adzan Maghrib pun berkumandang, pembicaraan tiba-tiba beralih. Ayahnya telah bersiap-siap ke masjid.

“Ayo kita ke masjid, kita minta sama Allah, supaya kamu nanti bisa berangkat ikut study tour. Harus bayar berapa?” Bujuk ayahnya

“Rp. 27.000 yah” Terang Adi sambil menundukkan kepalanya ke lantai.

“Ayo kita minta Rp. 27.000” Lanjut ayahnya sambil tersenyum tulus kepada anaknya.

Setelah selesai sholat maghrib, si ayah menyuruh Adi berdoa,

“kamu berdoa, silahkan ! jangan dalam hati, supaya ayah bisa mengamini !” Perintah ayahnya.

Lalu Adi berdoa sambil mengangkat kedua tangannya dan menatap ke atas “Ya Allah, saya ingin ikut study tour, tapi ini ya Allah, punya ayah pelit banget, Rp. 27.000 aja harus Sholat dulu, harus doa dulu, ya itulah mudah-mudahan ayah ngasih.”

“hust.., doanya langsung ke Allah.” Celetuk ayahnya

“Ya Allah, tolong bayarin saya” pinta Adi dengan suara yang mulai meninggi.

“hust.., doanya langsung aja, bayarin kek, enggak kek, pokoknya berangkat study tour.” Bisik ayahnya.

ya sudah ” seperti yang dikata ayah ya Allah, Aammiiin” Pungkas Adi.

Aammiiin.

Si Adi diajak lagi sholat Isya, dia doa lagi, ketika si Adi mikir tentang study tour, dibenerin sama ayahnya

“Nak, kamu mikirin Allah, jangan mikirin duit !” ralat ayahnya

“Yaaa, tapi ini harus bayar.” Jawab adi dengan sedikit kesal.

“Tapi itukan kata orang, bukan kata Allah, lihat apa yang yang Allah bilang, kalo Allah bilang ” berangkat ya berangkat “, betapa banyak orang yang bisa bayar, gak ikut karena sakit perut, karena ada masalah dengan orang tuanya, karena bis itu mogok, dll. Sudah kamu tidur besok bangun lagi untuk sholat malam.”  Tandas ayahnya

Dengan nada lembut si ayah menasihati Adi yang gelisah. Dan besok harinya si Adi dipanggil ayahnya

“ Adi, sini nak ! berapa duit bayarnya?” sapa ayahnya dengan suara lembut sambil menatap wajah Adi yang mulai kelihatan cerah.

“Rp 27.000” sahutnyanya dengan gembira

Ayahnya lalu mengeluarkan dompet dan bertutur “ sudah ini ada duit Rp. 27.000”

“ Alhamdullillah” Adi tampak lebih gembira dan bibirny mulai tersenyum

“sssttt, sebentar, kamu bayarin temen kamu yang belum bayar study tour !” terang ayahnya membuat suasana kembali beku.

“ ooohh…, buat Adi?” tanya Adi

“urusan Allah, sudah, nanti juga kamu tau” pungkas ayahnya

“ ya sudah, Assallamu’alaikum” timpal Adi.

Berangkatlah si Adi ke sekolah dan membayarkan uangnya sesuai perintah ayahnya

“ Assallamu’alaikum, Bu ! nih saya mau bayar”

“Wa’alaikumsallam, nah kebetulan memang kamu termasuk yang belum bayar” Sambut Ibu Guru.

“tapi ini bukan buat saya, Bu” ralat Adi

“ la.. lalu buat siapa?” tanya Bu Guru dengan penuh keheranan.

“ siapa temen-temen saya yang belum bayar?” Selidik Adi dengan suara pelan

“ya ada tu, ada satu anak” Bu Guru sambil memperhatikan anak yang belum bayar.

“ ya sudah Bu, kata ayah buat dia” jawab Adi.

“ loh.. kamu kan belum bayar” tanya Bu Guru penuh keanehan dengan sikap Adi.

“tuh dia Bu.., saya juga kagak ngerti. Ya sudah Bu, ini buat dia” ( sambil memberikan uangnya)

“loh buat kamu gimana?” selidik Bu Guru

buat saya ma, kata ayah ” urusan Allah ”

“hmm.. ya tapi, walaupun kamu bayarin orang lain, kamu besok gak bisa ikut loh” timpal  Bu Guru

“ gakpapa, bukan kata orang tua bukan kata ibu, tapi kata Allah” tandas Adi tanpa keragu-raguan.

“ya tapi….”gumamnya Bu Guru melihat sikap Adi yang berbeda dengan anak sebayanya.

“yasudah Bu, wasallamu’alaikum ( si Adi cium tangan lalu pergi)

***

Setelah membayarkan uangnya atas perintah ayahnya si Adi lapor lagi ke Allah dalam sholat dhuhanya. ” Ya Allah, sudah saya bayarkan sesuai dengan perintah dari ayah. Ya Allah titipkan nasibku kepadamu Ya Allah, supaya besok bisa berangkat study tour ”

Si Adi malam sabtu makin gelisah di dalam kamar dan diketahui oleh ayahnya

“Nak tenang, kamu InsyaaAllah kalo takdirnya berangkat, pasti berangkat, kalaupun tidak maka itu takdirmu. sudah sekarang tidur dulu nak. ( Sambil mematikan lampu dan menutup pintu kamar Adi)

Adi pun tidur tanpa menjawab perkataan ayahnya. Lalu pagi harinya Si Adi ini tidak mandi dan tidak berpakaian sekolah karena dia tau dia tidak akan berangkat.

“nak, kamu tidak bakal tau kamu berangkat atau tidak sampai kamu jalan” saran ayahnya

“ tapi yah..”sanggah Adi

“gak ada tapi-tapian, bismilah berangkat” Perintah Ayahnya dengan mantap.

Lalu berangkatlah si Adi, sebelum berangkat dia diajarkan dzikir oleh ayahnya, dan kata ayah Adi ” kalo sampai, masuk dulu mushola, sholat dhuha dulu, lapor sama Allah bahwa sudah sampai mushola, sudah sampai sekolah, walaupun tidak ikut study tour”

melihat si Adi berangkat keluar rumah, ibunya ini sudah menangis. nih anak terlalu kecil untuk diajarkan tauhid.

“ gakpapa Bu, kita kenalkan Allah kepada Adi dan semoga Allah memberi keajaiban kepada Adi” Harap Ayahnya Adi sambil memandang Adi dari kejauhan.

Dan benar, seperti yang diucapkan ayahnya ” belum tentu yang punya duit berangkat, dan belum tentu yang gak punya duit kagak berangkat”.   Lalu diabsenlah satu-satu naik bis. Anak yang kemarin berdoa pagi siang sore malam dan di hari terakhir dia bersedekah, Alhamdullillah tidak berangkat juga. Namun tiba-tiba satu pintu bis terbuka, ada ketua kelas turun

“MasyaAllah, kok kamu gak ikut ?” Selidik temannya

“ya begitulah..” Jawab Adi dengan wajah sedikit malu.

“gitu gimana? belum bayar ya?”  tanya temannya

“ya belum sih.., ya begitulah..” Adi mulai menjawab tidak jelas.

“ya sudah, jagain sekolah ya ! Assallamu’alaikum” kata-kata terakhir dari temannya ini sangat menusuk di hati Adi.

Dengan perasaan sedih Adi menjawab salam dari ketua kelas “Wa’alaikumsallam”.

Lalu berangkatlah bis tersebut. semua orang melambaikan tangan termasuk anak yang dibayarin Adi. Setelahnya dia lapor lagi ke Allah dia sholat dhuha, kali ini dia nangis ” Ya Allah, nasibku begini amat ya..”

Setelah selesai sholat dan bersiap memakai sepatu, datang mobil Alphard warna hitam ke sekolah, turun seorang ibu dan anaknya

Temannya dari kejauhan memanggil “woy Assallamu’alaikum Adi”

“ loh Ade, Waalaikumsallam” jawab Adi

“udah pada berangkat ya?” Lanjut Ade sambil memperhatikan suasana sekolah.

“iya udah pada berangkat” jawab Adi ringkas.

“ kok kamu gak ikut? ketinggalan ya?” Selidik Ade

“ya begitulah, sebenarnya sih bukan ketinggalan, saya belum bayar. lalu kamu sendiri kenapa?” Jawab Adi sambil Bertanya balik.

“ya niatnya mau berangkat, e kok udah ditinggal aja sama bis, soalnya kena macet di jalan. bentar ya”

“ hah, eh iya” Jawab Adi.

Si Ade lalu bilang ke ibunya tentang Adi dan..

“Yuk kita susul teman-teman kalian, kita naik mobil” Ajak Ibu Ade.

Dengan kagetnya Adi menjawab, “Subhanallah, naik mobil ? Alphard hitam ini ?”

“iya naik” Tadas Ibunya Ade

“AllahuAkbar, hmm bismillah.” Wajahnya Adi yang tadinya meredup kembali bersinar cerah

Dengan perasaan bercampur aduk Adi naik dan duduk di dalam mobil tersebut.

“yang enak ya dik, duduknya”

“ iya tante” Sahut Adi.

lalu di perjalanan si Adi nangis, berlinang air mata

“kenapa kamu ? gak pernah naik Alphard ya ? sambil bercanda Ade menghibur Adi

“kagak, ayah saya bener, ayah saya bener” jawab Adi.

“memang ayahmu ngomong apa?” Tanya Ade penuh rasa ingin tahu.

” yang punya duit belum tentu berangkat, yang gak punya duit belum tentu gak berangkat dan yang bayar belum tentu berangkat dan yang belum bayar belum tentu juga gak berangkat ” terang Adi.

“ ooohhh..”  si Ade hanya terdiam bingung dan heran

Lalu berhentilah mobil tersebut di kilometer 26 dan mampir di sebuah rest area, terlihat ibu Ade dari kejauhan membawa makanan yang banyak dan enak untuk Ade dan Adi. lalu si Adi meneteskan air mata lagi.

“walah, nangis lagi, kenapa kamu?” tanya Ade

“enggak, saya lagi ngebayangin temen-temen yang bayar Rp. 27000 cuma dapat 1 roti” terang Adi.

“ oohhh..”  Ade masih terheran sambil memakan makanan dari ibunya

***

Di sisi lain, tepatnya di rumah Adi

Bu, kalo anak kita pulang di jam 9 pagi ini, berarti dia gagal pergi, tapi semoga dia bertemu Allah

“ Aamiiin, Pak” Sahut Ibunya Adi

tetapi siapa sangka si Adi tidak pulang dan pulang jam 7 malam

Assallamu’alaikum, Yah, Bu !” Dengan suara gembira dan wajah yang sumringah Adi menyapa Ayah dan Ibunya.

Waalaikumsallam, wush.. keren, bawa apa itu?” Selidik Ayahnya

“ ini ada tales, singkong, pisang” Jelas Adi

“Subhanallah anak ayah” tutur ayahnya  Sambil mengelus  kepala anaknya

Lalu diceritakanlah perjalanan Adi mulai berangkat sampai pulang kepada ayahnya

“Sipp, bagus, akhirnya berangkat kan, besok pagi, berangkat seperti itu lagi ya. Doa, doa, doa. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus.” Pungkas Ayahnya

******

Sahabat, cerita ini pertama kali saya dengan dalam ceramah Aa Gym ketika beliau sedang di Menunaikan Ibadah Haji 1438 H dan kedua dalam pengajian selasa, 28 Dzulhijjah 1438 H di Masjid Al-Latief Pasar Raya  Blok M.

Pengalaman yang diajarkan oleh Ayahnya ini mungkin sebagian kita pernah mengalaminya, dalam bentuk dan suasana yang berbeda.

Ayahnya Adi  sebenarnya memiliki kemampuan untuk membayar, tetapi dengan learning by doing pembelajaran ilmu Tauhid tentu bukan hanya berbekas bagi Adi dan keluarga. Tapi bagi  kita semua yang menyimak dan membaca cerita ini.

Dalam rangka menyambut tahun baru islam 1439 H ini semoga Allah selalu menjadi tumpuan dan harapan kita semua dalam menggapai cita-cita mulia yang tentunya diridhoi Allah Subhanahu wata’ala.




Semoga bermanfaat.
Jakarta, 1 Muharrom 1439 H | @riosaputranew

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.