Ada anak bernama Adi yang ingin
mengikuti study tour ke sebuah kota, lalu Adi berkata kepada ayahnya, “Ayah,
Sabtu depan Adi mau ikut Study Tour ?”
“ Kamu sudah bilang belum ke
Allah ?” Tandas ayahnya
“Belum, yah.” Jawab Adi sambil
memelankan suaranya.
“ Bilang dulu deh ke Allah !
masih ada waktu berapa ?” Tanya ayahnya sambil memperhatikan wajah anaknya yang
mulai gusar.
“ Sekarang hari kamis, harus
bayar maksimal besok jum’at, sabtu mau berangkat.” Timpal Adi sambil
melayangkan pandangan wajahnya ke langit-langit rumah.
Ayahnya kembali menjelaskan “
Ya sudah, masih ada Maghrib, Isya, sholat malam, dan masih ada subuh di jum’at
pagi, buat doa. Sudah, kamu sholat dulu, doa dulu sama Allah.”
Adzan Maghrib pun berkumandang,
pembicaraan tiba-tiba beralih. Ayahnya telah bersiap-siap ke masjid.
“Ayo kita ke masjid, kita minta
sama Allah, supaya kamu nanti bisa berangkat ikut study tour. Harus bayar
berapa?” Bujuk ayahnya
“Rp. 27.000 yah” Terang Adi
sambil menundukkan kepalanya ke lantai.
“Ayo kita minta Rp. 27.000”
Lanjut ayahnya sambil tersenyum tulus kepada anaknya.
Setelah selesai sholat maghrib,
si ayah menyuruh Adi berdoa,
“kamu berdoa, silahkan ! jangan
dalam hati, supaya ayah bisa mengamini !” Perintah ayahnya.
Lalu Adi berdoa sambil
mengangkat kedua tangannya dan menatap ke atas “Ya Allah, saya ingin ikut study
tour, tapi ini ya Allah, punya ayah pelit banget, Rp. 27.000 aja harus Sholat
dulu, harus doa dulu, ya itulah mudah-mudahan ayah ngasih.”
“hust.., doanya langsung ke
Allah.” Celetuk ayahnya
“Ya Allah, tolong bayarin saya”
pinta Adi dengan suara yang mulai meninggi.
“hust.., doanya langsung aja,
bayarin kek, enggak kek, pokoknya berangkat study tour.” Bisik ayahnya.
ya sudah ” seperti yang dikata
ayah ya Allah, Aammiiin” Pungkas Adi.
Aammiiin.
Si Adi diajak lagi sholat Isya,
dia doa lagi, ketika si Adi mikir tentang study tour, dibenerin sama ayahnya
“Nak, kamu mikirin Allah, jangan
mikirin duit !” ralat ayahnya
“Yaaa, tapi ini harus bayar.”
Jawab adi dengan sedikit kesal.
“Tapi itukan kata orang, bukan
kata Allah, lihat apa yang yang Allah bilang, kalo Allah bilang ” berangkat ya
berangkat “, betapa banyak orang yang bisa bayar, gak ikut karena sakit perut,
karena ada masalah dengan orang tuanya, karena bis itu mogok, dll. Sudah kamu
tidur besok bangun lagi untuk sholat malam.”
Tandas ayahnya
Dengan nada lembut si ayah
menasihati Adi yang gelisah. Dan besok harinya si Adi dipanggil ayahnya
“ Adi, sini nak ! berapa duit
bayarnya?” sapa ayahnya dengan suara lembut sambil menatap wajah Adi yang mulai
kelihatan cerah.
“Rp 27.000” sahutnyanya dengan
gembira
Ayahnya lalu mengeluarkan dompet
dan bertutur “ sudah ini ada duit Rp. 27.000”
“ Alhamdullillah” Adi tampak
lebih gembira dan bibirny mulai tersenyum
“sssttt, sebentar, kamu bayarin
temen kamu yang belum bayar study tour !” terang ayahnya membuat suasana
kembali beku.
“ ooohh…, buat Adi?” tanya Adi
“urusan Allah, sudah, nanti juga
kamu tau” pungkas ayahnya
“ ya sudah, Assallamu’alaikum”
timpal Adi.
Berangkatlah si Adi ke sekolah
dan membayarkan uangnya sesuai perintah ayahnya
“ Assallamu’alaikum, Bu ! nih
saya mau bayar”
“Wa’alaikumsallam, nah kebetulan
memang kamu termasuk yang belum bayar” Sambut Ibu Guru.
“tapi ini bukan buat saya, Bu”
ralat Adi
“ la.. lalu buat siapa?” tanya
Bu Guru dengan penuh keheranan.
“ siapa temen-temen saya yang
belum bayar?” Selidik Adi dengan suara pelan
“ya ada tu, ada satu anak” Bu
Guru sambil memperhatikan anak yang belum bayar.
“ ya sudah Bu, kata ayah buat
dia” jawab Adi.
“ loh.. kamu kan belum bayar”
tanya Bu Guru penuh keanehan dengan sikap Adi.
“tuh dia Bu.., saya juga kagak
ngerti. Ya sudah Bu, ini buat dia” ( sambil memberikan uangnya)
“loh buat kamu gimana?” selidik
Bu Guru
buat saya ma, kata ayah ” urusan
Allah ”
“hmm.. ya tapi, walaupun kamu
bayarin orang lain, kamu besok gak bisa ikut loh” timpal Bu Guru
“ gakpapa, bukan kata orang tua
bukan kata ibu, tapi kata Allah” tandas Adi tanpa keragu-raguan.
“ya tapi….”gumamnya Bu Guru
melihat sikap Adi yang berbeda dengan anak sebayanya.
“yasudah Bu, wasallamu’alaikum ( si Adi cium tangan
lalu pergi)
***
Setelah membayarkan uangnya atas
perintah ayahnya si Adi lapor lagi ke Allah dalam sholat dhuhanya. ” Ya Allah,
sudah saya bayarkan sesuai dengan perintah dari ayah. Ya Allah titipkan nasibku
kepadamu Ya Allah, supaya besok bisa berangkat study tour ”
Si Adi malam sabtu makin gelisah
di dalam kamar dan diketahui oleh ayahnya
“Nak tenang, kamu InsyaaAllah kalo takdirnya berangkat,
pasti berangkat, kalaupun tidak maka itu takdirmu. sudah sekarang tidur dulu
nak. ( Sambil mematikan lampu dan menutup pintu kamar Adi)
Adi pun tidur tanpa menjawab
perkataan ayahnya. Lalu pagi harinya Si Adi ini tidak mandi dan tidak
berpakaian sekolah karena dia tau dia tidak akan berangkat.
“nak, kamu tidak bakal tau kamu
berangkat atau tidak sampai kamu jalan” saran ayahnya
“ tapi yah..”sanggah Adi
“gak ada tapi-tapian, bismilah
berangkat” Perintah Ayahnya dengan mantap.
Lalu berangkatlah si Adi,
sebelum berangkat dia diajarkan dzikir oleh ayahnya, dan kata ayah Adi ” kalo
sampai, masuk dulu mushola, sholat dhuha dulu, lapor sama Allah bahwa sudah
sampai mushola, sudah sampai sekolah, walaupun tidak ikut study tour”
melihat si Adi berangkat keluar
rumah, ibunya ini sudah menangis. nih anak terlalu kecil untuk diajarkan tauhid.
“ gakpapa Bu, kita kenalkan
Allah kepada Adi dan semoga Allah memberi keajaiban kepada Adi” Harap Ayahnya
Adi sambil memandang Adi dari kejauhan.
Dan benar, seperti yang
diucapkan ayahnya ” belum tentu yang punya duit berangkat, dan belum tentu yang
gak punya duit kagak berangkat”. Lalu
diabsenlah satu-satu naik bis. Anak yang kemarin berdoa pagi siang sore malam
dan di hari terakhir dia bersedekah, Alhamdullillah tidak berangkat juga. Namun
tiba-tiba satu pintu bis terbuka, ada ketua kelas turun
“MasyaAllah, kok kamu gak ikut ?”
Selidik temannya
“ya begitulah..” Jawab Adi
dengan wajah sedikit malu.
“gitu gimana? belum bayar ya?” tanya temannya
“ya belum sih.., ya begitulah..”
Adi mulai menjawab tidak jelas.
“ya sudah, jagain sekolah ya ! Assallamu’alaikum” kata-kata terakhir
dari temannya ini sangat menusuk di hati Adi.
Dengan perasaan sedih Adi
menjawab salam dari ketua kelas “Wa’alaikumsallam”.
Lalu berangkatlah bis tersebut.
semua orang melambaikan tangan termasuk anak yang dibayarin Adi. Setelahnya dia
lapor lagi ke Allah dia sholat dhuha, kali ini dia nangis ” Ya Allah, nasibku
begini amat ya..”
Setelah selesai sholat dan
bersiap memakai sepatu, datang mobil Alphard warna hitam ke sekolah, turun
seorang ibu dan anaknya
Temannya dari kejauhan memanggil
“woy Assallamu’alaikum Adi”
“ loh Ade, Waalaikumsallam” jawab Adi
“udah pada berangkat ya?” Lanjut
Ade sambil memperhatikan suasana sekolah.
“iya udah pada berangkat” jawab
Adi ringkas.
“ kok kamu gak ikut? ketinggalan
ya?” Selidik Ade
“ya begitulah, sebenarnya sih
bukan ketinggalan, saya belum bayar. lalu kamu sendiri kenapa?” Jawab Adi
sambil Bertanya balik.
“ya niatnya mau berangkat, e kok
udah ditinggal aja sama bis, soalnya kena macet di jalan. bentar ya”
“ hah, eh iya” Jawab Adi.
Si Ade lalu bilang ke ibunya
tentang Adi dan..
“Yuk kita susul teman-teman
kalian, kita naik mobil” Ajak Ibu Ade.
Dengan kagetnya Adi menjawab, “Subhanallah,
naik mobil ? Alphard hitam ini ?”
“iya naik” Tadas Ibunya Ade
“AllahuAkbar, hmm bismillah.”
Wajahnya Adi yang tadinya meredup kembali bersinar cerah
Dengan perasaan bercampur aduk
Adi naik dan duduk di dalam mobil tersebut.
“yang enak ya dik, duduknya”
“ iya tante” Sahut Adi.
“kenapa kamu ? gak pernah naik
Alphard ya ? sambil bercanda Ade menghibur Adi
“kagak, ayah saya bener, ayah
saya bener” jawab Adi.
“memang ayahmu ngomong apa?”
Tanya Ade penuh rasa ingin tahu.
” yang punya duit belum tentu
berangkat, yang gak punya duit belum tentu gak berangkat dan yang bayar belum
tentu berangkat dan yang belum bayar belum tentu juga gak berangkat ” terang
Adi.
“ ooohhh..” si Ade hanya terdiam bingung dan heran
Lalu berhentilah mobil tersebut
di kilometer 26 dan mampir di sebuah rest area, terlihat ibu Ade dari kejauhan
membawa makanan yang banyak dan enak untuk Ade dan Adi. lalu si Adi meneteskan
air mata lagi.
“walah, nangis lagi, kenapa
kamu?” tanya Ade
“enggak, saya lagi ngebayangin
temen-temen yang bayar Rp. 27000 cuma dapat 1 roti” terang Adi.
“ oohhh..” Ade masih terheran sambil memakan makanan dari
ibunya
***
Di sisi lain, tepatnya di rumah
Adi
Bu, kalo anak kita pulang di jam
9 pagi ini, berarti dia gagal pergi, tapi semoga dia bertemu Allah
“ Aamiiin, Pak” Sahut Ibunya Adi
tetapi siapa sangka si Adi tidak
pulang dan pulang jam 7 malam
“ Assallamu’alaikum, Yah, Bu !” Dengan suara gembira dan wajah yang
sumringah Adi menyapa Ayah dan Ibunya.
“Waalaikumsallam, wush.. keren, bawa apa itu?” Selidik Ayahnya
“ ini ada tales, singkong,
pisang” Jelas Adi
“Subhanallah anak ayah” tutur
ayahnya Sambil mengelus kepala anaknya
Lalu diceritakanlah perjalanan
Adi mulai berangkat sampai pulang kepada ayahnya
“Sipp, bagus, akhirnya berangkat
kan, besok pagi, berangkat seperti itu lagi ya. Doa, doa, doa. Allah dulu,
Allah lagi, Allah terus.” Pungkas Ayahnya
******
Sahabat, cerita ini pertama kali
saya dengan dalam ceramah Aa Gym ketika beliau sedang di Menunaikan Ibadah Haji
1438 H dan kedua dalam pengajian selasa, 28 Dzulhijjah 1438 H di Masjid
Al-Latief Pasar Raya Blok M.
Pengalaman yang diajarkan oleh
Ayahnya ini mungkin sebagian kita pernah mengalaminya, dalam bentuk dan suasana
yang berbeda.
Ayahnya Adi sebenarnya memiliki kemampuan untuk membayar,
tetapi dengan learning by doing pembelajaran
ilmu Tauhid tentu bukan hanya berbekas bagi Adi dan keluarga. Tapi bagi kita semua yang menyimak dan membaca cerita
ini.
Dalam rangka menyambut tahun baru
islam 1439 H ini semoga Allah selalu menjadi tumpuan dan harapan kita semua
dalam menggapai cita-cita mulia yang tentunya diridhoi Allah Subhanahu wata’ala.
Semoga bermanfaat.
Jakarta, 1 Muharrom 1439 H |
@riosaputranew
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.