Saya merasakan aina begitu tenang dan sangat
berwibawa di dalam dekapan ibunya. Ada rasa bahagia dalam wajah dan sorot
matanya.
Lebih-lebih jika memandangi wajahnya yang teduh. Tidak
cukup sampai di sana, melihat wajahnya yang cantik dan manis dengan berbalut
bando kupu-kupu sangat membahagiakan setiap mata yang memandang walaupun
guratan senyum simpul hanya mampir sejenak di wajahnya itu sudah cukup bagiku.
Jika di suruh memilih mungkin Aina ingin bertutur
lembut menatap wajah bundanya, “Izinkan Aina tetap digendong bunda untuk
mendengar dan menyaksikan bunda tampil depan kakak-kakak yang kece” he
Tenang sobat, cuplikan kisah di atas adalah
sebuah tantangan yang diberikan oleh Mutia Zahra Feriani. dalam acara Smart Writing to Aid Our Generation (SWAG). Dari sana
pulalah akhirnya saya terpilih menjadi salah satu peserta terbaik.
Kembali ke awal, Mutia membawakan talk show
seputar menulis dengan menggendong bayi. Tentunya awalnya saya kira
tantangannya adalah menaklukkan hati aina.
Dari 8 peserta yang merasa tertantang semuanya
menuliskan dalam waktu singkat pengalaman ketika berinteraksi dengan aina. Ajaibnya,
8 orang itu semuanya menulis dengan angel yang berbeda. Tidak ada satu pun yang
sama. Padahal yang ditemui orang yang sama. Dahsyat bukan?
***
“Setiap tulisan pasti akan bertemu dengan pembacanya”
Ingatlah baik-baik quote di atas sahabat. Terkadang
ada rasa minder, tidak percaya diri dengan semua yang pernah kita tulis. Sebagian
orang sudah pernah mencoba menulis, tetapi semua itu tersimpan rapi dalam
folder yang membisu. Kertas yang berdebu. Layu sebelum berkembang. Apakah kamu
pernah merasakannya? Jika pernah. Catat quote di atas dan tempelkan di kamarmu.
Mutia banyak berbagi tentang prosesnya dalam
menulis. Ibu satu anak ini menuturkan kisahnya ketika memulai menulis. Ini bukan
perkara ringan bagi perempuan dengan latar belakang hukum. Sebuah proses
panjang mungkin sebelum ia berhenti menjadi lawyer dan beralih ke dunia
industri kreatif di tahun 2014.
Ia memulai karir menulisnya melalui blog. Dari sana
ia mencoba melempar ke pasar bagaimana respon pembaca terhadap tulisan-tulisan
yang ia rajik. Waktu berhembus cepat akhirnya ia mendapatkan respon yang cukup
menarik dan inspiratif dari pembacanya. Pelan tapi pasti, target pembaca sudah
mulai terbentuk.
“Modal sosial terkadang lebih penting daripada modal kapital”
Quotes di atas menarik untuk kita renungi. Tidak perlu
khawatir jika kita tidak memiliki modal kapital yang besar dalam memulai usaha
apa pun. Selama kita memiliki modal sosial kita bisa melangkah ke arah yang
kita tuju.
Pertanyaannya, apakah kita sudah memiliki modal sosial
tersebut?
Sahabat, jika engkau sudah mendekap impianmu
dengan kuat dan arah yang engkau tuju sudah jelas. Pasti ada jalan.
Founder Logikarasa.com ini juga bercerita tentang
salah satu rubrik yang menarik berjudul “tentang”. Isinya berupa surat yang
ingin disampaikan kepada seseorang tetapi tidak bisa. Kenapa? Mungkin dengan
bermacam alasan. Contoh: Mutia sendiri sempat menampilkan surat yang ia buat
untuk papanya yang telah meninggal. Bisa juga kepada sosok yang tak berani kita
sapa hingga saat ini.
Apa yang mereka (Penulis surat) rasakan setelah
menulis surat kepada seseorang yang tidak pernah tersampaikan? Ternyata mereka
sangat berterima kasih karena diberikan ruang untuk menulis. Apa pelajarannya
sahabat?
Sebuah perasaan itu tidak perlu dipendam,
melepaskannya lewat tulisan adalah pelarian yang baik. Keluarkan agar lega
walaupun orang lain tidak tahu. Tentu yang
terbaik semua keluh kesah biarkan hanya Dia yang tahu.
“Saya menulis untuk menyampaikan sesuatu. Menulis
karena ingin bercerita.” Tandas mutia
Lalu apa yang diceritakan?
“Menulis dengan pengalaman itu tinggi sekali, apalagi ditambah pengetahuan”
tuturnya dengan suara rendah.
Ini bagian terpenting kenapa kita harus menulis?
Karena setiap orang butuh cerita. Bukankah untuk
dekat kepada seseorang, sesorang butuh cerita? Tapi ingat ya jangan cerita ke
sembarang orang. He. Jika solusinya salah bisa berabe.
Suami cerita kepada istri dan istri pun bercerita
pengalamannya hari itu kepada suami. Demikian juga anak yang bercerita
keseruannya di sekolah kepada ayah dan bundanya. Demikian pula dengan sahabat.
Salah satu kriteria kita menilai seseorang
nyambung atau tidak bukan karena fisiknya, tetapi ceritanya. Apakah nyambung
atau tidak?
Orang yang memiliki tujuan yang sama akan
berjalan bersama.
****
Sahabat, tidak perlu minder jika kita bukan orang
bahasa, bukan seorang wartawan, karena setiap orang berhak sukses di bidangnya
masing-masing. Mungkin diantara kita ada yang jurusan teknik, kedokteran,
pertanian, perminyakan, bahkan hukum seperti mutia. Tetapi itulah yang membuat seseorang spesial. karena
teman-teman punya pengalaman sendiri, cerita sendiri, latar belakang yang
berbeda. Itulah yang membuat Anda adalah makluk yang sangat spesial.
Yuk mulai menulis. Berbagi cerita yang
bermanfaat.
Jakarta, 19 Dzulhijjah 1438 H
RS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.