Kamis, 29 September 2016

Fokus

Hari ini kita hidup di alam yang sangat cepat berubah, dengan sangat cepat dan kreatif secara otomatis menjawab setiap kebutuhan setiap orang yang hidup di dunia ini.

Rahasianya, Anda harus smart  memilih apa yang Anda fokuskan. Karena, jika Anda percaya (fokus) bahwa segala sesuatunya terbatas, sulit, dan Anda harus bersaing keras dengan sesama untuk mendapatkannya, maka kenyataan itulah yang akan Anda ciptakan secara individual maupun kolektif bersama mereka yang memiliki kepercayaan (fokus) yang sama.

Tetapi jika Anda percaya (fokus) bahwa segala sesuatunya disediakan Tuhan dalam jumlah yang selalu cukup untuk siapa pun dalam jumlah tak terbatas dan fun untuk bekerja sama meraihnya. Maka kenyataan itu jugalah yang akan Anda ciptakan dan nikmati bersama setiap orang lainnya.

Sahabat, yakinlah kemana fokus kita menuju, disana ENERGI kita mengalir, dimana energi mengalir disana ia akan tumbuh. Mari kita selalu fokus ke SOLUSI, bukan emosi.

Pilihan hidup ada di tangan Anda. Make Smart Choices!

Gambar: Succes

Jakarta, 27 Dzulhijjah 1437 H

Rabu, 28 September 2016

Apakah Benar Kita Pengikut Nabi Muhammad?

Alhamdulillah akhir-akhir ini animo belajar agama generasi muda semakin meningkat, walaupun tidak kalah banyak dengan manusia yang masih jauh dari Tuhannya. Di tengah geliat belajar agama itu kita menemukan sebuah fenomena yang unik.

Jika tidak mau dibilang sedikit, Banyak yang memproklamirkan diri KITA sebagai ahlus sunnah (ahli mengikuti Nabi) dan selain golongannya adalah ahlu bid'ah. Katanya si begitu.  

Memasang atribut Sunnah yang tampak oleh mata manusia, namun mungkin lupa atau melupakan bahwa Nabi juga menyatakan,

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
 Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
[Diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal dengan lafadz ini dalam Musnad-nya 2/381, Imam Al Haakim dalam Mustadrak-nya 2/613, dan Imam Al Bukhari dalam kitabnya Adabul Mufrad no. 273]

Tidak seharusnya seorang siddiq adalah seorang pelaknat.”
[HR.Muslim: IV/2005,(2597).]

Sekarang kita lihat, sesama muslim ada-ada saja yang saling melaknat. Akhirnya ini menimbulkan efek negatif bagi orang muslim yang mau belajar agama islam dan orang yang belum masuk islam. Mungkin ini salah penyebab orang yang mau kembali ke jalan Allah malah menjauh, bukannya mendekat.

Selasa, 27 September 2016

Berpikir Menang-Menang

Dalam pertandingan tamiya yang diikuti beberapa anak berusia 10 tahunan, tampak seorang anak berkomat-kamit dengan kedua tangannya menengadah ke langit seperti berdoa. Seorang bapak yang betindak sebagai panitia menghampirinya dan bertanya,"Berdoa untuk menang ya nak?" Jawab anak,"Bukan pak, saya berdoa agar siapapun yang kalah, untuk siap menerimanya dengan lapang dada."

Selengkapnya Baca : Sikap Sang Juara

Ada pula, kisah petenis Roddick yang merupakan pelajaran menarik untuk kita renungkan. Ketika wasit memutuskan bahwa bola lawannya keluar dan Roddick diputuskan oleh wasit memenangkan pertandingan, namun, Roddick melihat bahwa bola lawannya masuk dan memprotes keputusan wasit.

Wasit menerima protesnya. Akhirnya Roddick kalah. Namun semua orang berdiri memberi tepuk tangan kepada Roddick atas  integritasnya.

Kedua kisah di atas merupakan inspirasi yang patut kita renungkan dan menjadi pembelajaran bahwa kehidupan ini bukan kalah-menang, kuat-lemah, dan keras-lunak semata. Namun bagaimana dengan pilkada di Indonesia sekarang?

Senin, 26 September 2016

Merahasiakan Rencana

Bagaiamana perasaan Anda jika rencana yang telah Anda buat terwujud? Apa yang Anda dengar dari orang-orang disekitar Anda? Bagaimana raut wajah orang-orang terdekat Anda? Tentu bahagia sekali rasanya.

Sebagian motivator dan penulis terkenal dunia sering memberikan nasehat untuk mendeklarasikan rencana Anda kepada dunia agar Seseorang memiliki dorongan yang kuat untuk mewujudkannya. Rasa malu jika tidak terwujud dan komitmen mungkin dapat mendorong seeorang dalam mengungkit daya juang manusia.

Tidak ada yang salah jika Anda mengumumkan rencana Anda, tetapi dalam perjalanannya saya melihat fakta lain. Hendaknya kita harus berhati-hati menceritakan rencana-rencana yang kita miliki. Kenapa?

Sabtu, 24 September 2016

Ikhlas Berdakwah

Ikhlas adalah sebuah kata yang ringan diucapkan tetapi berat dilaksanakan. Secara fitroh manusia senang jika kata-kata/ sarannya diikuti oleh orang lain. Layaknya seorang orang tua menasehati anaknya lalu anaknya berbakti. Seperti seorang guru/ ustadz memberikan nasehat kepada santrinya, dosen kepada mahasiswanya.

Realitanya  tidak sedikit kita merasa jengkel, kesal, dan kecewa jika nasehat kita tidak diterima. Apakah Anda pernah merasakannya?

Rabu, 21 September 2016

Ketika Passion dan Karier Tidak Perlu Bertentangan

Bersama penulis Buku /My Career/is/ Multi-Career Batik Kiri (Lestari Nurhajati) dan Batik Kanan (Ardiningtiyas Pitaloka)
Salah satu sesi yang menarik perhatian saya selama acara Pameran dan Konferensi Global Education Supply and Solutions (GESS) Indonesia adalah Topik “Ketika Passion dan Karier tidak perlu bertentangan”. Ardiningtiyas Pitaloka menyajikan materi ini dengan renyah, hidup dan menyenangkan.

Pandangan masyarakat secara umum cenderung “memaksa” individu agar memiliki satu identitas karier. Sementara itu, pribadi yang memiliki lebih dari satu karier cenderung dianggap negatif karena adanya anggapan bahwa pribadi tersebut belum mampu menemukan identitas karier. Padahal, dengan cara pandang seperti itu, keunikan individu menjadi terabaikan.

Lestari Nurhajati dan Ardiningtiyas Pitaloka penulis buku /My Career/is/ Multi-Career mengungkapkan buku ini hadir bagi Anda yang mulai bertanya apakah karier yang selama ini Anda jalani adalah karier ideal, sementara hati dan pikiran sering kali berjalan ke “dunia karier lain”. Anda tidak sendiri. Sebab, tulisan dalam buku ini merupakan buah perjalanan penulis sebagai multikarier, pemilihan identitas karier yang memerlukan proses cukup panjang dan melawan arus awam tentang karier, terutama di Indonesia.

Anda ataupun Saya pun jarang mendengar istilah ini. multi karier adalah seseorang yang penuh talenta dalam berbagai hal yang kemudian mengembangkan diri dan menjalankan bakat serta kemampuannya secara bersama-sama sebagai identitas dirinya.

Multikarier disebut juga dengan istilah “slash careers” alias karir garis miring. Hal ini merujuk pada cara penulisan petunjuk karier mereka di kartu nama yang menggunakan tanda garis miring, misalnya Ardiningtiyas Pitaloka, M.Si., CPC Multiple Career : Consultant/Lecturer/Writer. Atau contoh lainnya Marci Alboher; Lawyer/journalist/Speaker/Writing coach.  Sebuah fenomena yang tentu saja amat jarang kita temui, termasuk di Indonesia, meskipun bisa dipastikan banyak orang yang memiliki karunia atas talenta karier yang beragam.

Pameran dan Konferensi Global Educational Supplies And Solutions (GESS) Indonesia


Alhamdulillah saya banyak belajar dari acara GESS minggu lalu, acara ini mendapat dukungan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi serta Dinas Pendidikan DKI Jakarta.

Acara yang dilaksanakan selama 3 hari di Jakarta Convention Center (JCC) (14-16/9) menyajikan ratusan supplier perlengkapan pendidikan dan sarana prasarana sekolah, memamerkan produk paling mutakhir dan terbaik untuk kebutuhan pendidikan.  Menurut saya, para bule ini intinya ingin berdagang. Dengan mensinergiskan antara materi konferensi dengan produk yang mereka tawarkan.

Selain pameran, yang tidak kalah menarik adalah sesi-sesi konferensi yang beragam dan terbuka untuk umum. Tidak tangung-tanggung para pemimpin industri pendidikan dari dalam negeri dan manca negara beraksi menyadikan sebuah pembahasan yang inspirasional dan juga interaktif. Selain itu, setiap pengunjung bisa mengambil sertifikat kehadiran di area pameran.

Apa saja yang dibahas?
Topik pembicaraan tahun ini seputar: Digital Education, Virtual Learning, Core Skills and Teacher Training, Special Educational Needs, Neuro-Linguistic Programming, Music and Art Education, Reading and Literacy, Education for Employability, Green Learing,  dan lain-lain. Sangat banyak lagi.

Selasa, 20 September 2016

Kisah Indah dan Mengharukan: Panglima Perang Yang Dipecat Karena Tidak Pernah Berbuat Kesalahan

Pada zaman pemerintahan Khalifah Syaidina Umar bin Khatab, ada seorang panglima perang yang disegani lawan dan dicintai kawan. Panglima perang yang tak pernah kalah sepanjang karirnya memimpin tentara di medan perang. Baik pada saat beliau masih menjadi panglima Quraish, maupun setelah beliau masuk Islam dan menjadi panglima perang umat muslim. Beliau adalah Jenderal Khalid bin Walid.

Namanya harum dimana-mana. Semua orang memujinya dan mengelu-elukannya. Kemana beliau pergi selalu disambut dengan teriakan, _"Hidup Khalid, hidup Jenderal, hidup Panglima Perang, hidup Pedang Allah yang Terhunus."_ Ya! .. beliau mendapat gelar langsung dari Rasulullah SAW yang menyebutnya sebagai Pedang Allah yang Terhunus.

Dalam suatu peperangan beliau pernah mengalahkan pasukan tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. Padahal pasukan muslim yang dipimpinnya saat itu hanya berjumlah 46.000 orang. Dengan kejeliannya mengatur strategi, pertempuran itu bisa dimenangkannya dengan mudah. Pasukan musuh lari terbirit-birit.

Itulah Khalid bin Walid, beliau bahkan tak gentar sedikitpun menghadapi lawan yang jauh lebih banyak.

Ada satu kisah menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sangat sempurna di bidangnya; ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas.

Pada suatu ketika, di saat beliau sedang berada di garis depan, memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul mukminin, Syaidina Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat. Di dalam surat tersebut tertulis pesan singkat, _"Dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid dipecat sebagai panglima perang. Segera menghadap!"_

Menerima kabar tersebut tentu saja sang jenderal sangat gusar hingga tak bisa tidur. Beliau terus-menerus memikirkan alasan pemecatannya. Kesalahan apa yang telah saya lakukan? Kira-kira begitulah yang berkecamuk di dalam pikiran beliau kala itu.

Senin, 19 September 2016

Kebutuhan Vs Keinginan

Apakah Anda pernah kesulitan dalam mengontrol antara kebutuhan dan keinginan? Tanpa sadar dalam diri setiap manusia terkadang terjadi pertentangan antara kebutusan vs keinginan dalam hidup. Memahami apa yang sebenarnya kita butuhkan sangat penting dalam hidup, karena kita pasti akan dihadapkan dengan berbagai keinginan yang tiada bertepi.

Hari ini banyak orang yang tersiksa dengan keinginannya yang tidak dapat bendung. Apakah karena penghasilannya tidak cukup? Bukan karena keinginannya terkadang melebihi kebutuhan.

Pagi ini saya akan berbagi ilmu sedikit tentang Need Vs Want atau bahasa halusnya Kebutuhan Vs Keinginan. Sebelum kita masuk ke pembahasan mari kita pahami terlabih dahulu dua konsep dasar ini.

Pertama, Kebutuhan didesain oleh Tuhan
Kedua, Keinginan didesain oleh manusia.

Jumat, 09 September 2016

Perjalanan Dalam Menggapai Hidayah dan Kesesatan


Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Setiap orang pasti memiliki pengalaman tersendiri ketika pertama kali mendapatkan hidayah Islam. Salah satu guru saya pernah berkata, jika seseorang mendapatkan nikmat agama, tetapi tidak mendapatkan nikmat dunia maka ia masih beruntung. jika seseorang mendapatkan nikmat dunia, tetapi tidak mendapatkan nikmat agama maka ia merugi. jika ia tidak mendapatkan nikmat dunia dan nikmat agama maka ia celaka. kalau ada orang yang mendapatkan nikmat dunia dan agama itu hanya bonus.

Saudaraku, terkadang seseorang bertanya dalam dirinya, mengapa saya tidak merasakan kebahagiaan dalam hidup? Dimana saya harus mencari kebahagiaan? pertanyaan itu bukan hanya ditanyakan oleh orang yang tidak mendapatkan nikmat dunia. Tetapi, banyak juga ditanyakan oleh orang yang telah meraih puncak kenikmatan dunia lalu merasa kehampaan dalam hidup.

Lalu bagaimana perjalanan seseorang menggapai hidayah? Apa yang harus dilakukan agar hidayah bisa hadir dalam kehidupan seseorang? Mengapa ada orang yang tetap dalam kesesatan?


Kamis, 08 September 2016

Fajar dan Kegelapan

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Ada sebuah pepatah arab yang mengatakan bahwa jika malam sudah semakin kelam maka yakinlah bahwa fajar akan segera tiba. Dalam kehidupan kita akan mengalami situasi sama halnya seperti cahaya. Terkadang terang benderang, redup dan gelap. Ada yang saat ini berada pada kondisi terang benderang dan di sisi lain ada yang gelap. Tetapi, yakinlah Perubahan adalah sebuah keniscayaan


Kegelapan itu dapat berupa, tabiat buruk, suka bermaksiat, dan segala macam bentuk kejahatan. Sedangkan terang benderang dapat diibaratkan bagaikan, kegemaran melakukan kebajikan, akhlak yang baik, petunjuk, jalan yang lurus, dan aneka kebajikan yang kita lakukan. Situasi redup dapat kita ibaratkan sebuah masa peralihan atau menurunnya iman seseorang, kembali ke tabiat lama, ketidakkonsistenan dalam beramal.

Rabu, 07 September 2016

4 Tingkatan Manusia Dalam Menyikapi Takdir

Seandainya seorang hamba tahu apa yang akan ia terima dibalik setiap cobaan hidup yang ia terima di dunia, niscaya hilanglah kesedihan dan duka cita yang menyelimuti hidupnya. Akan tetapi, kesempitan cara pandang dan ilmu membuat sebagian manusia belum memiliki cara pandang yang benar bagaimana mensikapi takdir.

Jika kita telah jujur dalam keberimanan dan pertaubatan, maka seorang manusia yang dekat dengan Robbnya mampu menembus hikmah yang tersembunyi di balik setiap ketetapanNya. Tetapi, jika mansuia tidak mengenal Yang Maha Bijaksana maka respon yang diberikan tentulah berbeda.

Syeikh Utsaimin menjelaskan dalam kitabnya Al-Qaulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid bahwa ada empat tingkatan manusia ketika menghadapi cobaan atau dalam menerima takdir Allah, khususnya takdir yang buruk (yang tidak disukai), yaitu:

1. Mengeluh dan Marah
 
Tingkatan yang pertama adalah marah, tidak terima dengan takdir yang Allah berikan. Boleh jadi ia marah dalam hatinya dengan bergumam, boleh jadi ia ucapkan dengan lisannya. Orang yang marah dengan takdir Allah, maka ia dikhawatirkan terjerumus dalam perbuatan kesyirikan dengan sebab ia mencela takdir. Dan marah kepada takdir pada hakikatnya marah kepada Allah.


Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ

Dan di antara manusia, ada yang menyembah Allah di pinggiran. Jika ia diberi nikmat berupa kebaikan, maka tenanglah hatinya. Namun jika ujian menimpanya, maka berubahlah rona wajahnya, jadilah ia merugi di dunia dan di akhirat.” (QS. Al-Hajj: 11).

Jika ia marah dengan lisannya, akan muncul kata-kata berupa umpatan, celaan, bahkan perkataan celaka dan yang semisal dengannya. Jika ia marah dengan perbuatannya, ia akan melakukan perbuatan seperti menampar pipi, merobek kerah baju, menarik narik rambut dan perbuatan yang semisal.

Sampai hari ini masih banyak yang menganggap bahwa ketaatan seseorang dalam beribadah akan membuat kehidupannya selalu lancar dan hajat baiknya selalu terpenuhi. Memang benar dan ada nash yang membenarkan. Tetapi, dalam kehidupan di dunia keadaan setiap orang tidak selalu sama. Allah Yang Maha Bijaksana lebih mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya.

Siapakah orang yang paling dekat kepada Allah? Siapa orang yang paling berat ujian kehidupannya di dunia?

Ya, mereka para Nabi dan Rosul. Manusia yang paling dekat kepada Allah dan paling besar pula ujiannya.

Senin, 05 September 2016

Menembus Hikmah Yang Tersembunyi

Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Saudaraku, ada kalanya hidup ini berjalan tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Di  satu sisi kita selalu tersenyum dan bangga dengan keberhasilan yang telah kita raih. Di saat lain kita diseret untuk merasakan kesulitan dan keperihan hidup dengan kondisi yang hadir tanpa bisa kita duga.

Manusia secara umum tentu menginginkan hal-hal yang mengenakkan terjadi dalam hidupnya, tapi fakta berbicara lain. Sepintar apa pun seseorang, uang berlimpah, koneksi yang banyak, bukan jaminan bagi manusia untuk menghindarkan diri dari takdir Allah.

Ada  hal yang kita anggap baik untuk diri kita hari ini dan masa depan yang cerah sesuai rencana yang kita buat, hancur berantakan dan kita dilanda keputusasaan yang akut. Terkadang kekhawatiran, kesedihan, dan ketakutan kita hari ini karena kita tidak memahami apa yang akan kita dapatkan dikemudian hari.

Beragam problema hidup yang kita alami hari ini atau melihat orang-orang terdekat mengalami kesulitan hidup bukan hal yang mudah. Ada yang ditimpa penyakit bertahun-tahun, sebagian tidak diterima di Perguruan Tinggi yang ia idam-idamkan, Profesional yang di PHK oleh Perusahaan tempat ia bekerja, gagal meraih beasiswa yang ia impikan, penempatan kerja yang jauh dan terpencil, usaha yang belum juga menghasilkan profit, atau gagal dalam meminang pasangan hidup.

Jumat, 02 September 2016

Berhenti Merokok Karena Allah

Beberapa minggu ini nandang belum bisa tidur nyenyak, karena isu kenaikan rokok membuatnya harus berpikir ulang tentang kebiasannya yang sudah dilakukannya puluhan tahun. Ia berpikir kembali tentang kebiasannya merokok yang jika uangnya di tabung mungkin bisa memberangkatkan dirinya pergi ke tanah suci. Tapi ia segera menepis, pikiran-pikiran yang terbang ke sana kemari dengan segera bangun dari tempat tidurnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi, artinya sebentar lagi sudah mau masuk waktu sholat subuh. Untuk menenangkan jiwa dan pikirannya segera ia meluncur ke kamar mandi untuk segera mandi dan berangkat ke masjid. Entah kekuatan apa yang mendorongnya untuk melangkahkan kaki ke masjid. Dorongan itu semakin kuat sehingga akhirnya ia ikut sholat subuh berjamaah.

Matanya yang sayup-sayup setelah sholat subuh tidak mau berkompromi untuk segera melabuhkan badannya ke tempat tidur, tetapi ada hal yang menarik yang ia yakin dapat menambah keyakinannya untuk segera berhenti merokok.

Ternyata kuliah subuh pagi itu membahas tentang rokok. Nandang segera menaikkan kepalanya, membuka matanya lebar-lebar, menyiapkan pendengarannya ke arah sumber suara, dan meluruskan punggunya untuk menyimak dengan baik.

“Rokok memang sesuatu yang tidak ditemukan di zaman Nabi, akan tetapi agama Islam telah menurunkan nash-nash yang universal, semua hal yang membahayakan diri, mencelakakan orang lain dan menghambur-hamburkan harta adalah hal yang haram.” Ujar Sang Ustadz

Kamis, 01 September 2016

Muslim dan Profesionalisme

Bangsa ini membutuhkan generasi baru yang memiliki visi besar. Generasi yang ikut memikirkan kontribusi apa yang dapat kita berikan untuk bangsa dan agama. Saya terlanjur menyenangi dunia pegembangan diri, karena saya yakin sumber daya manusia salah satu kunci kemajuan suatu bangsa.

Hidup di era digital yang serba cepat.  Arus informasi mengalir deras menembus sekat-sekat teritorial.  Persaingan bukan lagi antar-negara, melainkan antar-kota, bahkan antar-pribadi berbeda bangsa.  Kemajuan teknologi informasi dan transportasi memaksa kita menyesuaikan diri tanpa excuse sama sekali.  Siapa yang lambat akan tertinggal, dan siapa yang tak mampu berinovasi akan mati.

Kita melihat beberapa industri keratif mati suri di telan perubahan yang masif. Sayangnya, sumber daya manusia kita terlalu disibukkan dengan rutinitas sehingga lupa mengupgrade kapasitas dirinya untuk terus tumbuh dan maju.

Bagi kita, umat Islam, perubahan global seperti yang terjadi saat ini bukanlah hal mengherankan. Dalam Islam, perubahan merupakan bagian dari sunnah kauniyah yang berlaku dalam kehidupan. Karenanya, setiap muslim harus mempersiapkan diri menyongsong perubahan itu. Islam menyuruh kita untuk memperhatikan hari esok, dan Islam juga membekali kita prinsip-prinsip mulia untuk bersaing di kancah global.

Bekalan paling utama adalah ketakwaan. Prinsip fundamental untuk dapat eksis menghadapi perubahan. Bekalan teknis diajarkan Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya tentang ihsan.
Ihsan memiliki dimensi luas: