Seandainya
seorang hamba tahu apa yang akan ia terima dibalik setiap cobaan hidup yang ia
terima di dunia, niscaya hilanglah kesedihan dan duka cita yang menyelimuti
hidupnya. Akan tetapi, kesempitan cara pandang dan ilmu membuat sebagian
manusia belum memiliki cara pandang yang benar bagaimana mensikapi takdir.
Jika kita
telah jujur dalam keberimanan dan pertaubatan, maka seorang manusia yang dekat
dengan Robbnya mampu menembus hikmah yang tersembunyi di balik setiap
ketetapanNya. Tetapi, jika mansuia tidak mengenal Yang Maha Bijaksana maka
respon yang diberikan tentulah berbeda.
Syeikh
Utsaimin menjelaskan dalam kitabnya Al-Qaulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid bahwa ada empat tingkatan manusia ketika menghadapi cobaan
atau dalam menerima takdir Allah, khususnya takdir yang buruk (yang tidak
disukai), yaitu:
1. Mengeluh
dan Marah
Tingkatan
yang pertama adalah marah, tidak terima dengan takdir yang Allah berikan. Boleh
jadi ia marah dalam hatinya dengan bergumam, boleh jadi ia ucapkan dengan
lisannya. Orang yang marah dengan takdir Allah, maka ia dikhawatirkan
terjerumus dalam perbuatan kesyirikan dengan sebab ia mencela takdir. Dan marah
kepada takdir pada hakikatnya marah kepada Allah.
Allah Ta’ala
berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ
فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ
انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ
الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
“Dan di antara manusia,
ada yang menyembah Allah di pinggiran. Jika ia diberi nikmat berupa kebaikan,
maka tenanglah hatinya. Namun jika ujian menimpanya, maka berubahlah rona
wajahnya, jadilah ia merugi di dunia dan di akhirat.” (QS. Al-Hajj: 11).
Jika ia
marah dengan lisannya, akan muncul kata-kata berupa umpatan, celaan, bahkan
perkataan celaka dan yang semisal dengannya. Jika ia marah dengan perbuatannya,
ia akan melakukan perbuatan seperti menampar pipi, merobek kerah baju, menarik
narik rambut dan perbuatan yang semisal.
Sampai hari
ini masih banyak yang menganggap bahwa ketaatan seseorang dalam beribadah akan
membuat kehidupannya selalu lancar dan hajat baiknya selalu terpenuhi. Memang
benar dan ada nash yang membenarkan. Tetapi, dalam kehidupan di dunia keadaan
setiap orang tidak selalu sama. Allah Yang Maha Bijaksana lebih mengetahui apa
yang terbaik untuk hamba-Nya.
Siapakah
orang yang paling dekat kepada Allah? Siapa orang yang paling berat ujian
kehidupannya di dunia?
Ya, mereka
para Nabi dan Rosul. Manusia yang paling dekat kepada Allah dan paling besar
pula ujiannya.