Sabtu, 19 Agustus 2017

7 Penyebab Lemahnya Iman dan Solusi mengatasinya

Hidup ini bukan tentang kaya atau miskin sahabat, sakit atau sembuh, tapi tentang bersyukur dan bersabar sepanjang hidup.

Tahukah kita bahwa salah satu tipuan setan adalah membuat orang beragama bukan karena kebutuhan tapi beragama secara musiman. Ketika bulan romadhan orang berbondong-bondong ramai ke masjid, berlalunya romadhan kian sepilah masjid. begitu juga ibadah Haji, di Mekkah dan Madinah gemar ke masjid. setelah tiba di rumah masjid di samping rumah tidak lagi sempat dihampiri.

Ingatlah sahabat, perbuatan baik itu tergantung dengan niat dan awalnya adalah ilmu. Ilmulah yang memupuk iman, ilmu juga yang memberikan kita pemahaman tentang keutamaan dan bahaya yang akan menimpa di kehidupan kita yang akan datang (akhirat).

Tapikan orangnya rajin ke majelis ilmu? sering ngaji? Kenapa masih lemah imannya? Pertanyaan ini sering saya dengar, lihat, dan rasakan secara langsung. Mungkin bisa saja ilmunya sama, gurunya sama, tapi setiap orang memiliki wadah yang berbeda. Wadah itulah yang menentukan seberapa baik ia menyerap dan mengamalkan ilmu yang ia dengar. Apa wadah itu? Hati. Luruskan niat sebelum belajar itu kunci keberkahan dan masukknya ilmu ke sanubari. Selengkapnya baca: Bila Hati Bercahaya.

Kenapa semua itu bisa terjadi? Mari kita bahas ketujuh faktor penyebabnya. Dengan mengetahui sebabnya semoga Allah berikan kita kekuatan untuk mencegahnya.

1. Kurang Ikhlas dalam Beribadah
Keikhlasan itu salah satu kata kunci agar amal diterima. Keikhlasan juga yang mengantarkan kita merasakan kenikmatan dalam beribadah kepada Allah. Baik ketika sholat, berbuat baik kepada ornag lain, bekerja, memberikan nafkah kepada keluarga, belajar menuntut ilmu.

Baca juga: Sudahkah kita Ikhlas.

Mungkin kita sering melihat secara tampilan ada orang yang kelihatan sholeh, rajin beribadah, tetapi urusan hati dan niat adalah ranah yang jarang terjamah oleh kita. Saya masih ingat, nasihat guru saya bahwa salah satu penyebab orang mati dalam keadaan su’ul khotimah adalah karena tidak ikhlas dalam beribadah. Mengapa? Karena di tengah jalan orang seperti ini bisa berbalik arah menuju masa lalunya. Solusinya, perbaiki niat, ilmu, dan terus beramal.

2. Konsistensi emosional yang tidak terkontrol
Saya sangat paham, terkadang emosi seseorang tidak terkontrol. Kadang naik dan kadang turun. Benar tidak? Setelah ikut ngaji kok masih saja hatinya keras, ngomongnya kasar, tingkahnya belum berubah.

Saran saya, kita harus punya sahabat seorang ulama/ ustadz. Tidak cukup di medsos. Temui, minta nasehat, belajarlah langsung. Bagi yang sudah punya, berapa kali Anda menghubungi Ustadz untuk berdialog? Saya masih ingat nasehat guru saya, secara garis besar beliau kurang suka jika orang datang ke rumah untuk minta ruqiah, tapi jika orang datang ke rumah untuk belajar agama/ konsultasi agama, kapan saja beliau siap 24 jam. Tapi ini terkadang penyakit kita, sebagian orang menganggap seolah ustadz itu hanya untuk urusan mengusir jin.

Yakinlah sahabat, jika kita belajar agama dengan benar. Dengan izin Allah gangguan manusia dan jin tidak akan mendatangkan bahaya dalam kehidupan kita. Rumah tangga yang sering dikeluhkan banyak orang menjadi seperti taman-taman surga karena di dalam rumah ada majelis ilmu, bacaan Al-Qur’an, nasehat menasehati, dan candaan yang berkelas.

Khusus untuk membahas tentang rumah tangga, setiap ahad ketiga ada kajian rutin di Masjid Al-Azhar Kebayoran, Jakarta. Silahkan datang ya.

3. Kecenderungan akan masa lalu.
Biasanya pemantik kita untuk kembali ke masa lalu adalah bertemu sahabat lama. Cerita-cerita tentang masa-masa yang kelam membuat kita rindu dan larut sehingga ingin kembali mencoba menjalani dunia hitam.

Ujung-ujungnya saling mentertawakan dosa, bukannya menangisi dosa. Seharusnya kita menjadi teman yang menangisi bukan mentertawai ketika salah satu sahabat kita berbuat dosa. Solusinya, jika belum kuat dihindari dan cari teman yang bisa saling mengingatkan kita untuk tetap istiqomah. Ekosistem yang baik menjadi penting dan mendesak bagi orang yang baru berhijrah ke jalan Allah.

4. Minimnya pendidikan mental
Saya masih yakin salah satu sarana pembentukan mental yang berkesan melalui siroh (kisah) perjalanan orang-orang sholeh, para sahabat, dan perjuangan para Nabi dan Rosul Allah. Mengapa? Karena kisah memberikan kita gambaran kehidupan manusia secara utuh. Coba baca siroh perjalanan hidup Nabi Muhammad sholaullohhu ‘alaihi wassalam. Sudah pernakah? Ngakunya muslim? He. Cari ya. Atau siroh Sahabat Nabi Umar bin khottob rodhiaullohhu ‘anhu.

Membaca siroh itu penting sahabat, agar kita memahami bahwa ujian itu dimulai ketika seseorang beriman. Karena masih ada sebagian orang yang menganggap ketika beriman, taat, maka hidupnya akan baik-baik saja. Rezeki lancar terus, tidak pernah sakit. Tapi melalui kisah orang-orang sholeh kita jadi tahu bahwa justru ujian itulah yang mendewasakan seseorang. Ujian itulah yang membuat seseorang semakin mendekat mesra kepada Sang Pencipta.


Tahukah Anda, bahkan rumah Nabi, dapurnya tidak berasap selama tiga bulan? Bagaimana rumah tangga yang digelari rumahku surga itu tetap survive? Baca disini.

Hidup ini bukan tentang kaya atau miskin sahabat, sakit atau sembuh, tapi tentang bersyukur dan bersabar sepanjang hidup.

Ibnu Qoyyim pernah mengibaratkan manusia dengan dua sayap burung. Untuk menuju kepada Allah kita membutuhkan sayap syukur dan sayap sabar untuk sampai. Yuk, kita pandang setiap tantangan yang datang adalah cara Allah mendidik kita agar lebih tangguh.


Yakinlah sahabat, tidak ada yang akan membahayakan seseorang jika hidayah sudah hadir di hati kita. Tempel ustadz yang mejadi jalan engkau mendapatkan hidayah. Mendekatlah dengan orang-orang yang berilmu. Walaupun nafsu kita cenderung menolak dan banyak bisikan yang menghalang-halangi. Hati-hati dengan para pembisik jahat baik tampak maupun tidak tampak.

Jangan sampai ribut kepada orang tua dan buatlah bangga mereka dengan kelakuan baik kita. Doakan mereka. Ibumu merindukan prestasimu sahabat.

Baca: Ada Surga di Rumahmu

Kedekatan dengan orang tua adalah poin penting pembentukan mental anak. Para Ayah dan Bunda, semoga engkau tunaikan amanah yang Allah titipkan dengan sebaik-baiknya ya.

5. Dangkalnya pemahaman tentang arti ibadah.
Sahabat pernah kita bertanya kenapa Indonesia yang memiliki jumlah umat muslim terbesar di dunia tetapi, korupsi merajalela? Ketimpangan ekonomi terjadi mengakibatkan jurang pemisah yang cukup tajam antara si miskin dan si kaya? Hubungan anak dan orang tua menjadi renggang? Ada orang yang mengatasnamakan jihad dengan mengebom gedung/ orang yang tidak bersalah?

Semuanya karena dangkalnya pemahaman tentang arti ibadah. Kita memang surplus secara ritual tetapi miskin dalam beramal. Islam kembali kita pertegas cenderung jadi agama musiman. Tanpa penghayatan mendalam tentang hakikat yang tersembunyi di balik ibadah yang kita lakukan.

Yakinlah sahabat, semua ibadah yang Allah syariatkan kepada kita sebenanrnya memiliki potensi untuk menyucikan hati kita. Karena tidak ada manusia yang tak berdosa, tapi Allah dengan kasih sayangnya menghadirkan ibadah yang harus kita jalani sebagai pembersih dari noda yang kita ciptakan sendiri. Jadi Solusinya, meluruskan konsep kita tentang ibadah itu sangat penting. Ibadah bukan hanya di masjid, tetapi dalam semua lini kehidupan manusia. Tapi, bukan juga berarti tidak perlu ke masjid, karena karakter yang baik harus dibangun melalui masjid.

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah, ibadah adalah sebuah nama yang mencakup seluruh perkara yang dicintai dan diridhoi Allah baik berupa perkataan dan perbuatan yang batin maupun zhahir, seperti shalat, zakat, puasa, haji, berkata benar, menunaikan amanat, berbuat baik kepada kedua orang tua, silaturahim, menunaikan janji, amar maruf nahi munkar, jihad terhadap orang-orang kafir dan munafik, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, miskin, ibnu sabil, budak bahkan hewan ternak, doa, dzikir, membaca dan yang semisalnya. Demikian pula mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, kembali kepada-Nya, ikhlas didalam agama, bersabar didalam hukum-Nya, bersyukur atas nikmat-Nya, ridho atas qadha-Nya, bertawakal kepadanya, mengharapkan rahmat-Nya, takut akan adzab-Nya dan yang semisalnya adalah bagian dari ibadah.

6. Lalai melaksanakan ibadah sehari-hari
Pada poin kedua kita sudah bahas, terkadang emosi kita cenderung tidak terkontrol. Solusinya adalah menjaga ritme hidup dengan manajemen waktu yang benar.

Mengapa kita perlu konsisten untuk melaksanakan ibadah harian? Silahka baca: Pengaruh Sholat dan Ibadah. Baca juga: 14 Peran Ibadah dalam Kehidupan.


7. Sedikit menuntut ilmu.
Di awal pembahasan kita sudah jelaskan bahwa perbuatan baik itu harus diawali dengan ilmu dan niat yang benar. Oleh karena itu, yang menyebabkan seseorang itu lemah imannya salah satunya adalah sedikit sekali meluangkan waktu untuk menuntut ilmu. Solusinya jadikan ilmu bagian dari kebutuhan hidup layaknya makan dan mintum. Bukankah setiap pemimpin adalah seorang pembelajar yang hebat!


Akankah kita tukar kehidupan di dunia yang sementara dengan kebahagiaan abadi di akhirat nanti?

Semoga pembahasan ini bermanfaat ya. Semoga setelah membaca tulisan ini ilmu kita bertambah walaupun sedikit. Semoga Allah mudahkan semua hajat baik dan cita-cita kita.


Jakarta, 26 Dzulqoidah 1438 H
Hamba Allah Yang Selalu mengharapkan Rahmat dan Ampunan-Nya

Semua yang saya tulis ini adalah ringkasan catatan pengajian rabu malam kamis bada isya di Masjid Al-Azhar dengan pengembangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.