Hidup ini
bukan tentang kaya atau miskin sahabat, sakit atau sembuh, tapi tentang
bersyukur dan bersabar sepanjang hidup.
Kedekatan dengan orang tua adalah poin penting pembentukan mental anak. Para Ayah dan Bunda, semoga engkau tunaikan amanah yang Allah titipkan dengan sebaik-baiknya ya.
Tahukah
kita bahwa salah satu tipuan setan adalah membuat orang beragama bukan karena
kebutuhan tapi beragama secara musiman. Ketika bulan romadhan orang
berbondong-bondong ramai ke masjid, berlalunya romadhan kian sepilah masjid. begitu
juga ibadah Haji, di Mekkah dan Madinah gemar ke masjid. setelah tiba di rumah
masjid di samping rumah tidak lagi sempat dihampiri.
Ingatlah sahabat,
perbuatan baik itu tergantung dengan niat dan awalnya adalah ilmu. Ilmulah yang
memupuk iman, ilmu juga yang memberikan kita pemahaman tentang keutamaan dan
bahaya yang akan menimpa di kehidupan kita yang akan datang (akhirat).
Tapikan orangnya
rajin ke majelis ilmu? sering ngaji? Kenapa masih lemah imannya? Pertanyaan ini
sering saya dengar, lihat, dan rasakan secara langsung. Mungkin bisa saja
ilmunya sama, gurunya sama, tapi setiap orang memiliki wadah yang berbeda. Wadah
itulah yang menentukan seberapa baik ia menyerap dan mengamalkan ilmu yang ia
dengar. Apa wadah itu? Hati. Luruskan niat sebelum belajar itu kunci keberkahan
dan masukknya ilmu ke sanubari. Selengkapnya baca: Bila Hati Bercahaya.
Kenapa semua
itu bisa terjadi? Mari kita bahas ketujuh faktor penyebabnya. Dengan mengetahui
sebabnya semoga Allah berikan kita kekuatan untuk mencegahnya.
1. Kurang
Ikhlas dalam Beribadah
Keikhlasan itu
salah satu kata kunci agar amal diterima. Keikhlasan juga yang mengantarkan
kita merasakan kenikmatan dalam beribadah kepada Allah. Baik ketika sholat,
berbuat baik kepada ornag lain, bekerja, memberikan nafkah kepada keluarga,
belajar menuntut ilmu.
Mungkin kita
sering melihat secara tampilan ada orang yang kelihatan sholeh, rajin
beribadah, tetapi urusan hati dan niat adalah ranah yang jarang terjamah oleh
kita. Saya masih ingat, nasihat guru saya bahwa salah satu penyebab orang mati
dalam keadaan su’ul khotimah adalah karena tidak ikhlas dalam beribadah. Mengapa?
Karena di tengah jalan orang seperti ini bisa berbalik arah menuju masa
lalunya. Solusinya, perbaiki niat, ilmu, dan terus beramal.
2.
Konsistensi emosional yang tidak terkontrol
Saya sangat
paham, terkadang emosi seseorang tidak terkontrol. Kadang naik dan kadang
turun. Benar tidak? Setelah ikut ngaji kok masih saja hatinya keras, ngomongnya
kasar, tingkahnya belum berubah.
Saran saya,
kita harus punya sahabat seorang ulama/ ustadz. Tidak cukup di medsos. Temui,
minta nasehat, belajarlah langsung. Bagi yang sudah punya, berapa kali Anda
menghubungi Ustadz untuk berdialog? Saya masih ingat nasehat guru saya, secara
garis besar beliau kurang suka jika orang datang ke rumah untuk minta ruqiah,
tapi jika orang datang ke rumah untuk belajar agama/ konsultasi agama, kapan
saja beliau siap 24 jam. Tapi ini terkadang penyakit kita, sebagian orang
menganggap seolah ustadz itu hanya untuk urusan mengusir jin.
Yakinlah sahabat,
jika kita belajar agama dengan benar. Dengan izin Allah gangguan manusia dan
jin tidak akan mendatangkan bahaya dalam kehidupan kita. Rumah tangga yang
sering dikeluhkan banyak orang menjadi seperti taman-taman surga karena di
dalam rumah ada majelis ilmu, bacaan Al-Qur’an, nasehat menasehati, dan candaan
yang berkelas.
Khusus
untuk membahas tentang rumah tangga, setiap ahad ketiga ada kajian rutin di
Masjid Al-Azhar Kebayoran, Jakarta. Silahkan datang ya.
3. Kecenderungan
akan masa lalu.
Biasanya pemantik
kita untuk kembali ke masa lalu adalah bertemu sahabat lama. Cerita-cerita
tentang masa-masa yang kelam membuat kita rindu dan larut sehingga ingin
kembali mencoba menjalani dunia hitam.
Ujung-ujungnya
saling mentertawakan dosa, bukannya menangisi dosa. Seharusnya kita menjadi
teman yang menangisi bukan mentertawai ketika salah satu sahabat kita berbuat
dosa. Solusinya, jika belum kuat dihindari dan cari teman yang bisa saling mengingatkan
kita untuk tetap istiqomah. Ekosistem yang baik menjadi penting dan mendesak
bagi orang yang baru berhijrah ke jalan Allah.
4. Minimnya
pendidikan mental
Saya masih
yakin salah satu sarana pembentukan mental yang berkesan melalui siroh (kisah)
perjalanan orang-orang sholeh, para sahabat, dan perjuangan para Nabi dan Rosul
Allah. Mengapa? Karena kisah memberikan kita gambaran kehidupan manusia secara
utuh. Coba baca siroh perjalanan hidup Nabi Muhammad sholaullohhu ‘alaihi wassalam. Sudah pernakah? Ngakunya muslim? He.
Cari ya. Atau siroh Sahabat Nabi Umar bin khottob rodhiaullohhu ‘anhu.
Membaca siroh
itu penting sahabat, agar kita memahami bahwa ujian itu dimulai ketika
seseorang beriman. Karena masih ada sebagian orang yang menganggap ketika
beriman, taat, maka hidupnya akan baik-baik saja. Rezeki lancar terus, tidak
pernah sakit. Tapi melalui kisah orang-orang sholeh kita jadi tahu bahwa justru
ujian itulah yang mendewasakan seseorang. Ujian itulah yang membuat seseorang
semakin mendekat mesra kepada Sang Pencipta.
Baca juga:
Cobaan Hidup dan Cara Mengatasinya
Tahukah Anda,
bahkan rumah Nabi, dapurnya tidak berasap selama tiga bulan? Bagaimana rumah
tangga yang digelari rumahku surga itu tetap survive? Baca disini.
Hidup ini
bukan tentang kaya atau miskin sahabat, sakit atau sembuh, tapi tentang
bersyukur dan bersabar sepanjang hidup.
Ibnu Qoyyim
pernah mengibaratkan manusia dengan dua sayap burung. Untuk menuju kepada Allah
kita membutuhkan sayap syukur dan sayap sabar untuk sampai. Yuk, kita pandang
setiap tantangan yang datang adalah cara Allah mendidik kita agar lebih tangguh.
Baca juga: Bagaimana Menyikapi Takdir
Yakinlah sahabat,
tidak ada yang akan membahayakan seseorang jika hidayah sudah hadir di hati
kita. Tempel ustadz yang mejadi jalan engkau mendapatkan hidayah. Mendekatlah dengan orang-orang yang berilmu. Walaupun nafsu kita cenderung menolak dan
banyak bisikan yang menghalang-halangi. Hati-hati dengan para pembisik jahat
baik tampak maupun tidak tampak.
Jangan sampai ribut kepada orang tua dan buatlah bangga mereka dengan kelakuan baik kita. Doakan
mereka. Ibumu merindukan prestasimu sahabat.
Baca: Ada Surga di Rumahmu
Baca: Ada Surga di Rumahmu
Kedekatan dengan orang tua adalah poin penting pembentukan mental anak. Para Ayah dan Bunda, semoga engkau tunaikan amanah yang Allah titipkan dengan sebaik-baiknya ya.
5.
Dangkalnya pemahaman tentang arti ibadah.
Sahabat
pernah kita bertanya kenapa Indonesia yang memiliki jumlah umat muslim terbesar
di dunia tetapi, korupsi merajalela? Ketimpangan ekonomi terjadi mengakibatkan
jurang pemisah yang cukup tajam antara si miskin dan si kaya? Hubungan anak dan
orang tua menjadi renggang? Ada orang yang mengatasnamakan jihad dengan
mengebom gedung/ orang yang tidak bersalah?
Semuanya karena
dangkalnya pemahaman tentang arti ibadah. Kita memang surplus secara ritual
tetapi miskin dalam beramal. Islam kembali kita pertegas cenderung jadi agama
musiman. Tanpa penghayatan mendalam tentang hakikat yang tersembunyi di balik
ibadah yang kita lakukan.
Yakinlah sahabat,
semua ibadah yang Allah syariatkan kepada kita sebenanrnya memiliki potensi
untuk menyucikan hati kita. Karena tidak ada manusia yang tak berdosa, tapi
Allah dengan kasih sayangnya menghadirkan ibadah yang harus kita jalani sebagai
pembersih dari noda yang kita ciptakan sendiri. Jadi Solusinya, meluruskan konsep kita tentang ibadah itu sangat penting. Ibadah bukan hanya di masjid, tetapi dalam semua lini kehidupan manusia. Tapi, bukan juga berarti tidak perlu ke masjid, karena karakter yang baik harus dibangun melalui masjid.
Syeikhul
Islam Ibnu Taimiyah, ibadah adalah sebuah nama yang mencakup seluruh perkara
yang dicintai dan diridhoi Allah baik berupa perkataan dan perbuatan yang batin
maupun zhahir, seperti shalat, zakat, puasa, haji, berkata benar, menunaikan
amanat, berbuat baik kepada kedua orang tua, silaturahim, menunaikan janji,
amar maruf nahi munkar, jihad terhadap orang-orang kafir dan munafik, berbuat
baik kepada tetangga, anak yatim, miskin, ibnu sabil, budak bahkan hewan ternak,
doa, dzikir, membaca dan yang semisalnya. Demikian pula mencintai Allah dan
Rasul-Nya, takut kepada Allah, kembali kepada-Nya, ikhlas didalam agama,
bersabar didalam hukum-Nya, bersyukur atas nikmat-Nya, ridho atas qadha-Nya,
bertawakal kepadanya, mengharapkan rahmat-Nya, takut akan adzab-Nya dan yang
semisalnya adalah bagian dari ibadah.
6. Lalai
melaksanakan ibadah sehari-hari
Pada poin
kedua kita sudah bahas, terkadang emosi kita cenderung tidak terkontrol. Solusinya
adalah menjaga ritme hidup dengan manajemen waktu yang benar.
Mengapa
kita perlu konsisten untuk melaksanakan ibadah harian? Silahka baca: Pengaruh Sholat dan Ibadah. Baca juga: 14 Peran Ibadah dalam Kehidupan.
7. Sedikit
menuntut ilmu.
Di awal
pembahasan kita sudah jelaskan bahwa perbuatan baik itu harus diawali dengan
ilmu dan niat yang benar. Oleh karena itu, yang menyebabkan seseorang itu lemah
imannya salah satunya adalah sedikit sekali meluangkan waktu untuk menuntut
ilmu. Solusinya jadikan ilmu bagian dari kebutuhan hidup layaknya makan dan
mintum. Bukankah setiap pemimpin adalah seorang pembelajar yang hebat!
Baca juga:
Keutamaan Ilmu terhadap Ibadah.
Akankah
kita tukar kehidupan di dunia yang sementara dengan kebahagiaan abadi di
akhirat nanti?
Semoga
pembahasan ini bermanfaat ya. Semoga setelah membaca tulisan ini ilmu kita
bertambah walaupun sedikit. Semoga Allah mudahkan semua hajat baik dan
cita-cita kita.
Jakarta, 26
Dzulqoidah 1438 H
Hamba Allah Yang Selalu mengharapkan Rahmat dan Ampunan-Nya
Hamba Allah Yang Selalu mengharapkan Rahmat dan Ampunan-Nya
Semua yang
saya tulis ini adalah ringkasan catatan pengajian rabu malam kamis bada isya di
Masjid Al-Azhar dengan pengembangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.