“Kalau kita mau sukses, kunci
pertama adalah jujur, dengan bermodalkan kejujuran, orang akan percaya kepada
kita. Kedua, professional. Kita harus cakap sehingga siapapun yang memerlukan
kita merasa puas dengan yang kita kerjakan. Ketika, inovatif, artinya kita
harus mampu menciptakan sesuatu yang baru, jangan hanya menjiplak atau meniru
yang sudah ada.” K.H. Abdullah Gymnastiar
Salah satu nikmat yang sangat berharga tinggal di jakarta adalah akses
ilmu yang melimpah ruah tak terkira. Selain budaya hedonis dan materialisme
yang melaju kencang. Majelis ilmu semarak hampir di setiap sudut kota jakarta. Bahkan
di gedung-gedung pencakar langit ada kajian keislaman secara rutin.
Bertemu langsung dengan para ulama, motivator, guru kehidupan, dan
lintar profesi merupakan anugrah yang tidak terkira selain menuntaskan tugas
kuliah. Salah satu kajian yang rutin saya ikuti adalah Aa gym disamping
beberapa jadwal kajian rutin lainnya. Dalam satu bulan Aa gym mengisi
diberbagai tempat, seperti setiap selasa (Minggu pertama dan ketiga) mengisi kajian
di Masjid Al-Latief Pasar Raya Blok M, Kamis (minggu keempat) di Masjid Bank
Indonesia, Ahad Pagi (Ke 2) di Masjid Istiqlal.
Kisah Aa Gym ini dulunya kami recanakkan sebagai bonus buku setiap
orang berhak suskes. Berhubung terlalu panjang, kami ganti dengan sembilan
peluang bisnis.
Adakah dari kita yang berencana memulai bisnis? Atau bisnisnya sudah
berjalan? Kisah Aa Gym berikut menarik dan sangat menginspirasi. Semoga kita
bisa mengambil pelajaran dari kisah ini.
Sosok kyai muda ini sering kali muncul di acara televisi secara
langsung yang selalu dihadiri oleh ribuan massa menjadi ciri khas dan fenomena
tersendiri. Beliau adalah K.H. Abdullah Gymnastiar atau biasa dipanggil Aa Gym,
pimpinan pesantren Daarut Tauhid Bandung.
Aa Gym memulai pendidikan formal awal di SD Damar sebuah SD swasta
yang kini sudah dibubarkan. Sekolah ini cukup jauh dari rumahnya, sekitar tiga
kilometer. Masa itu, pilihan satu-satunya ke sekolah adalah berjalan kaki.
Menjelang naik ke kelas 3 SD, pindah ke KPAD Gegerkalong. Aa Gym pun pindah
sekolah ke SD Sukarasa 3.
Bakat saya mulai berkembang dan nilai prestasi sekolah pun cukup
bagus. Terbukti ketika tamat, beliau terpilih menjadi ranking terbaik II di
sekolah dengan selisih satu nilai saja dibandingkan ranking I. Di bidang seni,
bakat beliau juga berkembang, seperti menggambar dan menyanyi. Sejak itu pula
Aa Gym sering ditunjuk menjadi ketua kelas dan aktif dalam gerakan Pramuka.
Jiwa dagang Aa Gym sudah terbentuk sejak TK, terbawa-bawa hingga di
Sekolah Dasar. Misalnya, beliau pernah menjual petasan yang memang pada waktu
itu belum dilarang seperti sekarang. Alhasil, beliau pernah mendapat teguran
dan pengurus DKM masjid. Namun, pada waktu itu beliau belum begitu mengerti
ilmu agama dengan baik.
Setelah lulus SMA dan memasuki kuliah Aa Gym tidak lulus tes
Sipenmaru. Aa Gym mencoba daftar ke Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan
(PAAP) Universitas Padjadjaran, yaitu sebuah program D3 di Fakultas Ekonomi.
Alhamdulillah beliau diterima. Namun, kuliah di sini hanya bertahan selama
tahun. Beliau lebih sibuk berbisnis daripada mengikuti kuliah. Teman-teman
kuliah pun lebih mengenal beliau sebagai “tukang dagang”.
Selepas PAAP, beliau masuk ke Akademi Tekhnik Jenderal Abmad Yani
(ATA, sekarang Unjani). Kampusnya waktu itu sangat sederhana karena menumpang
di SD Widyawan atau kadang di PUSDIKJAS. Maklum, karena pemiliknya adalah
Yayasan Kartika Eka Paksi milik Angkatan Darat. Selama kuliah di ATA, beliau
mengontrak sebuah kamar di pinggir sawah karena benar-benar ingin melatih hidup
mandiri. Soal prestasi, banyak yang telah diraih. Beliau mengikuti lomba
menggambar, mencipta lagu, baca puisi, sampai lomba pidato. Allhamdulillah,
beliau selalu meraih juara, walaupun yang mengadakannya adalah senat mahasiswa
dan kebetulan beliau sendirilah ketuanya. Selain menjadi ketua senat, beliau
juga menjadi komandan resimen mahasiswa (Mlenwa) di ATA, maklumlah saingan di
kala itu sedikit.
Kegiatan berbisnis masa kuliah juga semakin menggebu. Beliau pernah
membuat usaha keset dan perca kain. Beliau juga jadi penjual baterai dan film
kamera kalau ada acara wisuda. Aa Gym juga sempat menjadi supir angkot jurusan
Cibeber-Cimahi sekedar menambah pemasukan. Inti dari semua ini, memang Aa Gym
sangat senang untuk membiayai kebutuhan sendiri tanpa menjadi beban siapa pun.
Selain itu, beliau juga melatih diri untuk tidak dibelenggu oleh gengsi dan atribut
pengekang lainnya.
Aa Gym telah menyelesaikan program sarjana muda di ATA walaupun belum
mengikuti ujian negara. Berarti, beliau memang tak berhak menyandang gelar apa
pun. Bahkan, sampai saat ini ijazahnya pun belum beliau ambil dari kampus.
Memang sesudah itu ada upaya untuk melanjutkan kuliah sampai S1, terutama
karena dorongan teman-teman dan beberapa dosen yang baik hati. Beberapa
kegiatan perkuliahan pun diikuti. Akan tetapi, setelah menelusuri hati,
ternyata hanya sekedar untuk mencari status belaka, dan hal itu tak cukup kuat
untuk memotivasi menyelesaikan kuliah. Mungkin hikmahnya untuk memotivasi orang
yang belum dan tak punya gelar agar tetap optimis untuk maju dan sukses.
Untuk menyempurnakan ibadah dan melaksanakan sunnah, Aa Gym pun menikah.
Tepat dua belas Rabiul Awal tahun 1987 adalah salah satu titik sejarah bagi
kehidupan beliau dengan diucapkannya ijab kabul. Gadis yang menjadi pilihan
beliau adalah Ninih Muthmainnah. Pernikahan yang dilaksanakan di Pesantren
Kalangsari, Cijulang,ini dihadiri oleh banyak ulama karena memang berada di
lingkungan pesantren.
Beliau menikah dengan resepsi ala kadarnya. Bahkan, untuk menghemat
jamuan bagi tamu, digunakan niru (nampan) sehingga satu niru bisa menjamu 8
orang sesudah menikah, kami tinggal di rumah orang tua di Kompleks Perumahan
Angkatan Darat (KPAD) Gegerkalong, Bandung. Aa Gym bertekad untuk memberi
nafkah kepada keluarga dengan uang yang jelas kehalalannya. Jelas tak mungkin
rumah tangga akan berkah dan bahagia jika ada makanan atau harta haram yang
dimiliki. Untuk itu, beliau mulai merintis usaha kecil-kecilan. Usaha-usaha
yang beliau rintis antara lain :
1. Buku.
Setiap pagi beliau berjualan buku di Masjid al-Furqon, IMP Bandung.
Sambil belajar tafsir dan ilmu hadits di sana, beliau memikul kardus berisi
buku-buku agama untuk dijual. Jadi, sambil menuntut ilmu juga mencari rezeki.
Alhamdulillah, usaha kecil inilah yang menjadi cikal bakal toko buku dan
sekarang berkembang menjadi supermarket yang saat ini sudah dikelola dan
diserahkan kepada Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Daarut Tauhid.
2. Handicraft.
Sambil mengajar di madrasah KPAD, beliau membuat hasil kerajinan
bersama anak-anak pada sore harinya. Usaha ini terus berkembang hingga bisa
membeli mesin gergaji. Sejak itu kami banyak menerima order plang nama serta
order sablonan. Dari usaha sederhana inilah kemudian berkembang menjadi usaha
percetakan dan penerbitan buku. Subhanallah, benar-benar semuanya dimulai dari
hal yang kecil.
3. Konveksi.
Mengingat istri beliau punya keterampilan menjahit, maka untuk
menambah penghasilan keluarga, beliau menabung agar bisa membeli mesin jahit
bekas. Alhamdulillah, order jahitan berkembang dan bisa mengajak beberapa
muslimah untuk ikut bergabung. Kadang seminggu sekali kami berbelanja untuk membeli
kain yang dijual kiloan.. Dari kegiatan dan perjuangan inilah cikal bakal
lahirnya usaha konveksi.
4. Mie Baso.
Menjual mie baso, inilah pekerjaan yang paling mengesankan. Beliau
mengelola usaha warung baso kecil-kedilan di Perumnas Sarijadi, bekerja sama
dengan pamannya selaku pemilik rumah. Setiap pukul empat subuh beliau sudah
pergi ke Pasar Sederhana untuk mencari tulang karena kuah yang enak harus
dicampur dengan sumsum tulang. Aktivitas berikutnya dilanjutkan dengan
menggiling daging untuk bahan baso, dan pukul sembilan pagi beliau baru bisa
melayani pembeli. Karena beliau tak mau ketinggalan shalat berjamaah, setiap
kali adzan, warung baso beliau tinggalkan. Beliau pergi shalat berjamaah di
sebuah masjid yang letaknya agak jauh dari warung, sementara pembeli beliau
tinggalkan dan dipersilahkan memasukkan uang bayarannya ke tempatnya.
Memang tampaknya seperti mengajak pada kejujuran, tapi hasilnya
pembeli banyak yang bingung justru yang sering datang adalah yang mau
berkonsultasi. Akibatnya, tak jarang saya baru bisa pulang ke rumah sekitar jam
sembilan malam. Lelah sekali rasanya sementara hasilnya pun tak seberapa.
Rupanya masyarakat tak terbiasa dengan cara baru ini. Belum lagi badan yang
selalu bau baso karena seharian bergulat dengan baso. Yang menyedihkan,
ternyata istri agak mual dan kurang suka mencium bau baso. Akhirnya, tutuplah
warung baso ini dengan segudang pengalamannya.
Menurut Aa Gym seorang wirausahawan sejati sangat dipengaruhi oleh
masa kecilnya. Kalau masa kecilnya selalu dimanja, selalu
dimudahkan urusan, selalu ditolong, maka bersiap-siaplah menuai anak yang tidak
berdaya. Oleh karena itu, bagi yang masih muda jangan bercita-cita melamar
pekerjaan, tapi berpikirlah untuk menjadi wirausahawan. Dan bagi orang tua,
tanamkan kepada anak-anak kita jiwa wirausaha sejak dini. Didik anak-anak agar
mandiri sejak kecil.
Latih anak-anak kita untuk selalu bertanggung jawab terhadap apa yang
dia lakukan. Orang tua yang memanjakan anak-anak mereka dengan memberikan
segala keinginannya maka akibatnya akan kembali juga kepada orang tua. Beliau
pun sempat berjualan semenjak di bangku TK dengan menjual jambu tetangga.
Begitu juga ketika di bangku SD dan SMP. Dengan demikian, ketika selesai
kuliah, sudah hafal bagaimana cara “bangkrut efektif”, bagaimana “tertipu
optimal”, dan bagaimana usaha bisa remuk.
Selesai kuliah, ijazah tidak diambil sehingga sampai sekarang saya
tidak tahu ijazah saya seperti apa. Namun, dengan izin Allah tidak kurang
rezeki sampai sekarang. Mencoba mengurus pesantren dengan jiwa wirausaha
jadilah pesantren Daarut Tauhid seperti sekarang ini. Hal ini benar-benar
membuat sebuah keyakinan bahwa jikalau jiwa kewirausahaan tertanam sejak awal
pada diri kita, kita tidak akan pernah takut dengan apa pun. Karena itu, kalau
saja bangsa ini dikelola oleh orang-orang yang berjiwa wirausaha, tidak ada
satu pun yang perlu kita takuti dan krisis ini.
Hal yang paling tak enak didengar beliau adalah kalau ada yang
bertanya, “Berapa sih tarifnya kalau manggil Aa Gym ceramah?” Duh, rasanya sedih
sekali dengan pertanyaan seperti itu.
Alhamdulillah, bagi beliau berdakwah adalah panggilan kewajiban atas
amanah ilmu yang ada. Bisa menyampaikan ilmu saja sudah merupakan rezeki yang
luar biasa. Kalaupun ada yang berterima kasih, itu karunia Allah yang tak
diharapkan, mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi banyak pihak. Itulah sebabnya
beliau berusaha sekuat tenaga agar memiliki penghasilan sendiri.
Apalagi sesudah regenerasi di Yayasan Daarut Tauhid sehingga beliau
lebih leluasa dan sungguh-sungguh untuk membangun MQ Corporation, usaha pribadi
yang beliau harapkan menjadi sumber rezeki yang halal serta mencukupi untuk
keluarga dan biaya dakwah, sehingga dapat menghindari fitnah dan tak menjadi
beban bagi umat.
Selain itu juga bisa membuktikan bahwa bisnis berbasis moral
sangat memungkinkan untuk maju, bermutu, dan bermanfaat banyak. Hal
ini juga menjadi laboratorium saya untuk berlatih mengelola bisnis yang
profesional sebagai bahan untuk berdakwah dan tentunya juga membuat lapangan
kerja yang lebih luas bagi masyarakat, khususnya para tetangga, kaum dhuafa,
dan orang-orang cacat.
Bagi beliau usaha yang ditekuni adalah sarana bagi teman-teman yang
memiliki rezeki berlebih dan ingin usaha yang halal dan maslahat, untuk
bergabung dalam sistem bagi hasil. Oleh karena itu, dan setiap keuntungan,
selain disisihkan untuk zakatnya juga dikeluarkan biaya pendidikan bagi saudara
kita yang dhuafa agar bisa maju bersama-sama.
Alhamdulillah dengan didukung oleh tim yang berakhlak baik, konflik
menjadi minimal dan kebocoran pun nyaris nihil. Bahkan, sesudah kemampuan
pengelolanya dikembangkan, kinerja perusahaan kian baik dan professional. Dulu
beliau berpikir pas-pasan, yaitu pas butuh ada. Tapi kini beliau berpikir
sebaliknya. Beliau ingin menjadi orang kaya yang melimpah rezekinya serta halal
dan berkah.
Mudah-mudahan menjadi contoh bagi orang yang mau kaya dengan tetap
taat kepada Allah. Dan juga supaya orang tak memandang sebelah mata karena
menganggap kita butuh terhadap kekayaan mereka. Di samping itu juga diharapkan
bisa sedikitnya memberi contoh bagaimana memanfaatkan kekayaan di jalan Allah.
Semoga terpelihara dari fitnah dunia karena memang luas dunia ini amat menggoda
dan melalaikan.
Kebanyakan orang selalu meributkan modal berupa finansial, padahal
menurut beliau modal itu adalah:
Pertama,
keyakinan kepada janji dan jaminan Allah.
Kedua,
kegigihan meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar.
Ketiga,
menjadi orang yang terpercaya (kredibel).
Kredibel berarti sikap yang selalu jujur dan terpercaya, selalu
berusaha melakukan yang terbaik dan memuaskan, serta selalu berusaha
mengem-bangkan ilmu, pengalaman, wawasan, sehingga bisa tampil kreatif,
inovatif dan solutif.
Percayalah bahwa sebelum kita lahir, rezeki sudah lengkap disiapkan
oleh Allah Yang Mahakaya. Kita hanya disuruh menjemputnya, bukan mencarinya.
Yang harus diperoleh justru keberkahan dari jatah kita. Dan semua itu akan
datang kalau kita bekerja di jalan yang diridhoi oleh Allah Swt. Adapun
keuntungan bukan hanya berupa uang, harta, kedudukan, atau aksesoris duniawi
lainnya.
Bagi beliau, keuntungan itu adalah ketika bisnis yang dilakukan ada di
jalan Allah, bisnis kita jadi amal shaleh yang disukai Allah, dan menjadi jalan
mendekat kepada-Nya. Nama baik kita terjaga, bahkan menjadi personal guarantie.
Dengan bisnis kita bertambah ilmu, pengalaman, dan wawasan, dengan
bisnis bertambahnya saudara dan tersambungnya silaturahmi, dan dengan bisnis
kita semakin banyak orang yang merasa beruntung. Jadi, walaupun keuntungan
finansial tak seberapa didapat atau bahkan tak mendapatkannya, apabila
keuntungan seperti di atas sudah didapatkan, beliau tetap merasa sangat
beruntung. Beliau yakin pada saatnya Allah akan memberikan keuntungan dunia
yang sesuai dengan waktu dan jumlahnya dengan kadar kebutuhan dan kekuatan iman
beliau.
Berbisnis bagi Aa Gym bukan sekedar urusan duniawi. Jika bisnis
dijalankan dengan cara yang salah hanya akan melahirkan kerakusan dan
ketamakkan manusia. Sebaliknya bisnis yang dijalankan dengan niat dan cara yang
benar adalah ibadah yang besar sekali pahalanya, karena dengan mengokohkan
harga diri bangsa. Seperti disampaikan beliau dalam sebuah kesempatan, bahwa perekonomian
yang kuat akan berimbas pada tingkat kesehatan yang baik, sehingga akan
meningkatkan kemampuan untuk berkarya dengan mengakses ilmu lebih banyak,
hingga melahirkan sebuah bangsa yang cerdas.
Visi Aa Gym dalam membantu Pesantren Daarut Tauhid sekaligus dengan
beragam kegiatan bisnisnya, tidak lepas dari konsep dasar pendidikan di
pesantren ini menyatukan antara dimensi dzikir, fikir dan ikhtiar.
Dimensi dzikir ini sangat menekankan pada keikhlasan dan penyerahan
diri kepada Tuhan. Hal ini merupakan sisi penyeimbang hidup, dimana kita
dituntut untuk senantiasa menyempatkan waktu, untuk berkontemplasi dan
menjadikan setiap detik kehidupan kita bergantung kepada Tuhan.
Dimensi fikir menegaskan pentingnya rasionalitas dalam setiap tindakan
kesehatian kita, sehingga setiap langkah merupakan bagian dari perencanaan yang
matang.
Sementara dimensi ikhtiar menunjukkan pentingnya etos kerja, melalui
hidup penuh kesungguhnya dan kerja keras tanpa kenal putus asa. Ketika dimensi
tersebut jika dilakukan secara sinergis akan melahirkan pribadi yang unggul dan
tangguh dengan tetap dilandasi oleh nilai kearifan.
Kunci kesuksesan Aa Gym dalam menjalankan roda bisnis di pesantrennya,
hingga telah berkembang menjadi 24 bidang usaha dalam 12 tahun, terletak pada
pembangunan kredibilitas para pengelolanya yang meliputi tiga aspek utama
yaitu, nilai kejujuran, kecakapan (profesionalisme), dan inovatif.
Nilai kejujuran yang diajarkan meliputi ketepatan dalam menepati
janji, manajemen waktu, memiliki fakta dan data yang jelas, terbuka, kemampuan
mengevaluasi, rasa tanggung jawab dan pantang putus asa.
Kecakapan dalam berbisnis ini selain diperlukan pendidikan yang
penting juga adalah pelatihan nyata. Seperti ditulis oleh Syafi’i Antonio dalam
artikelnya yang menceritakan tentang riwayat Rasulullah yang telah mendapat
pendidikan entrepreneurship sejak usia 12 tahun, ketika bersama pamannya Abu
Thalib melakukan perjalanan bisnis. Pada usia 17 tahun Beliau telah diberi
tanggung jawab untuk mengurus seluruh bisnis pamannya, dan mulai merasakan
persaingan dengan para pedagang yang lebih professional. Menginjak usia 25
tahun Beliau mendapatkan dukungan finansial dari konglomerat setempat Siti
Khadijah yang kemudian menjadi istri Beliau.
Nilai yang ketika yang dikembangkan Daarut Tauhid yang juga dikenal
dengan bengkel akhlak ini adalah inovatif. Beberapa aspek pendidikannya antara
lain melatih jiwa progressive, dengan menjadikan perubahan ke arah yang lebih
baik sebagai kewajiban massal, mengadakan studi banding, melakukan
pelatihan-pelatihan dan senantiasa memberikan rangsangan untuk melahirkan sikap
kreatif dan inovatif.
Ketiga nilai tersebut telah dilakukan secara integral di Daarut
Tauhid. Bisnis bagi Aa Gym akan terasa hambar jika nilai-nilai moral
dikesampingkan, hanya akan menjadi materi sebagai dewa yang dikejar dan
diagung-agungkan, dan akhirnya akan melahirkan jiwa-jiwa Brutus di setiap
pelaku bisnis.
Aspek-aspek modal dalam bisnis sebetulnya telah diajarkan oleh Rasul
jauh 15 abad yang lalu, lewat sifat-sifat kerasulan yang dimiliki Beliau yaitu sidiq (benar), amanah (terpercaya), fathonah
(cerdas) dan tabligh (komunikasi).
Nilai-nilai moral ini bersifat general truth, melintasi batas waktu, agama dan
budaya. Jika disinergikan dengan strategi bisnis yang tepat akan mampu
membangun kepercayaan konsumen yang kuat. Kepercayaan konsumen ini merupakan
aset yang tidak ternilai.
Kepemimpinan yang berkembang umum di kalangan pesantren pada umumnya
masih tradisional, kyai sentries, komando tunggal, dan iklim demokrasi kurang
berkembang sehingga seringkali timbul blind
faith di kalangan santri. Fungsi manajemen yang dijalankan pun kurang
mendapat sentuhan bahkan cenderung diabaikan.
Pola kepemimpinan Darut Tauhid tidak lagi menempatkan figur sebagai
sentral. Aa Gym sebagai pemimpin pesantren hadir hanya karena nilai khusus yang
dimilikinya. Meminjam istilah Max Webber, pola kepemimpinan yang lahir seperti
ini karena otoritas karismatik.
Kepemimpinan di Daarut Tauhid telah menerapkan system pendelegasian kerja, sebagai pengalihan wewenang formal
manajer kepada bawahannya. Pemimpin diajarkan untuk memiliki sikap rendah hati
dan mau melayani, seperti pernah dikemukakan oleh A.M. Mangunhardjana SJ. Bahwa
pada intinya pemimpin adalah tugas pengabdian mereka menjalankan the golden rule of leadership yaitu knows the way, shows the way and goes the
way.
Dari sisi manajemen Daarut Tauhiid telah menerapkan system lebih dari hanya
sekedar menerapkan sistem manajemen modern. Dimana sistem manajemen modern.
Dimana sistem manajemen yang berkembang saat ini tidak menjadikan manusia hanya
objek pelaku agar materi dan kapital semakin produktif, tapi juga telah
melahirkan aspek-aspek spiritual dan emosi dalam pemikiran manusia. Covey
sendiri dalam hal ini telah melakukan terobosan baru dengan mengemukakan
gagasannya tentang manajemen berbasis kepentingan yang kental dengan nuansa
religius.
Daarut Tauhid sendiri menerapkan inti manajemen dan kepemimpinan
sekaligus dalam konsep Manajemen Qolbu (MQ) yang ditawarkannya. Dalam MQ hati
adalah fakultas utama dalam diri manusia yang sangat menentukan kualitas
manusia itu sendiri, jika dimanajemeni dan dipimpin dengan benar akan
melahirkan manusia paripurna dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Dalam kesehariannya Daarut Tauhid tidak pernah merengek-rengek meminta
sumbangan, apalagi dengan menjaring dana di pinggir jalan. Dilihat dari
fasilitas dan asset Daarut Tauhid termasuk pesantren yang maju dalam waktu
singkat. DT pada awalnya hanya dikenal sebagai bengkel akhlak tetapi sekarang
lebih menonjol di bidang ekonomi.
“Memang kami memiliki strategi
tersendiri, oleh karena itu visi dan misi Daarut Tauhid sendiri harus dikenali
dahulu. Secara garis besar kami ingin membentuk SDM yang memiliki keunggulan
dalam zikir, fikir dan ikhtiar, suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,” demikian
penuturan Abdullah Gymnastiar.
Dzikir, fikir dan ikhtiar ini merupakan konsep dasar dari MQ yang
diajarkan sehari-hari melalui hal-hal kecil. Untuk menerapkan Daarut Tauhid
sendiri memiliki lima aturan dasar pelatihan kepada para santrinya yang juga
merupakan bagian dari roda perekonomian Daarut Tauhid.
Pertama, seorang santri dilatih untuk berfikir keras, mengenal diri
dan potensinya sehingga ia mampu mengenal kekurangan diri lalu memperbaikinya
dan menempat dirinya secara optimal.
Kedua, mereka dilatih untuk mengenal situasi lingkungannya sehingga
bisa mendapatkan manfaat dari lingkungannya secara optimal sekaligus memberikan
manfaat balik kepada lingkungan secara professional.
Ketiga, mereka dilatih untuuk membuat suatu perencanaan yang matang,
sehingga segala sesuatunya berjalan dalam jalur yang telah disepakati.
Keempat, mereka dilatih untuk mengevaluasi setiap hasil karya mereka,
bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan dan senantiasa meningkatkan
kinerja mereka.
Kelima, ciri SDM yang akan dibentuk adalah yang unggul dalam
berikhtiar. Kombinasi ibadah yang bagus, strategi hidup yang tepat dan ikhtiar
dengan bersungguh-sungguh akan menjadikan hidup sebagai mesin penghasil karya.
Pola MQ sampai sejauh ini telah menghasilkan SDM yang unggul, hal ini
terbukti dari berkembangnya perekonomian di lingkungan Daarut Tauhid dan
meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadapnya, diantaranya dengan kepercayaan
untuk mengadakan pelatihan dan pendidikan manajemen untuk para eksekutif di PT
Telkom, BNI, IPTN dan PT Kereta Api Indonesia. Mereka tertarik dengan konsep
manajemen Daarut Tauhid karena diyakini mampu meningkatkan etos kerja dan
menurunkan tingkat penyelewengan kerja, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN).
Semoga kisah Aa Gym menginspirasi kita semua yang sedang merintis
dakwah, bisnis, jalan yang Allah ridhoi. Semoga kita bisa belajar dari kisah
ini bahwa ternyata islam itu keren, unggul, sempurna, jika kita bisa
memaksimalkan seluruh sumber daya yang Allah berikan.
Jakarta, 14 Dzulqoidah 1438 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.