Perkenalkan namaku
Abdurrahman. Aku kuliah di fakultas hukum semester tujuh. Aku tinggal di
kawasan perkampungan dan sangat menyukai olah raga. Keluargaku selalu
memotivasi hobiku itu. Melihat postur tubuhku yang tinggi, aku mempunyai impian
untuk menjadi atlit pemain bola basket. Aku ingin menjadi seorang bintang dalam
olah raga tersebut.
Namun,
sesuatu terjadi saat aku pergi ke salah satu Sporting Club terbesar. Diantara persyaratan umum untuk diterima
menjadi anggota klub itu adalah berasal dari daerah perkampungan. Tentu saja
hal itu sangat mempengaruhiku. Keinginanku saat itu adalah menjadi seperti
mereka dengan level yang sama. Aku mulai memasuki dunia mereka, bertemu para
pemuda dan pemudi, lalu mulai keluar bersama, saling adu balap mobil,
berprilaku bebas (sesuka hati), merokok, dan banyak lagi.
Suatu saat,
salah seorang temanku menawariku sebatang rokok. Tentu saja itu bukan jenis
rokok biasa. Aku pun mulai bertransaksi denganya untuk sebatang rokok itu dan
hal-hal lainnya.
Di kampus,
aku mendapati komunitas lain yang berbeda. Para pemudanya seolah tidak terlalu
peduli dengan kuliahnya. Mereka lebih memperhatikan fashion (penampilan) dan
jalan-jalan keluar rumah hingga larut malam. Malam jadi siang, siang jadi
malam. Begitulah pola kehidupan mereka.
Aku menangis
karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli seperti apa yang mereka beli,
atau keluar bersama mereka. Terlebih lagi ketika aku berkenalan dengan dua
orang pemuda yang bekerja di sebuah majalah fashion. Di sinilah awal
kehancuranku, karena aku memilih dan suka mengikuti mereka. Aku mulai berpikir
bagaimana caraya mendapatkan uang? Hal itu menjadi keinginan terbesarku. Aku mulai
berkenalan dengan para pemuda itu. Para pemuda yang sesat jalan dan hanya
memikirkan penampilan lahiriah, serta bagaimana cara meraih uang dengan cepat.
Aku berteman
dengan salah seorang dari mereka. Aku mengemukakan pandanganku tentang uang. Dia
mengatakan bahwa dahulu ia memilik pandangan yang sama sepertiku. Akan tetapi,
ia kemudian mengetahui bagaimana cara mendapatkan uang yang banyak dan cepat.
Karena seringnya
aku berolah raga, badanku menjadi kuat serta atletis (ideal untuk ukuran pria).
Oleh sebab itu, temanku mulai mengenalkanku dengan para jutawan untuk
menjadikan diriku pengawal serta bodyguard
yang dapat melindungi mereka dari hal-hal buruk.
Aku mulai
menghadiri tempat-tempat hiburan malam dan diskotik. Sedikit pun tidak pernah
terbayang dalam pikiranku, bahkan bermimpi pun tidak. Aku minum-minuman keras,
memakai obat-obatan terlarang dan yang sejenisnya. Semua itu berlalu selama tiga
tahun lamanya. Kesehatanku lambat laun mulai memburuk. Aku nampak sangat aneh
di mata semua orang. Pakaian yang aku banggakan pun terlihat aneh. Setiap hati
aku menjadi semakin aneh.
Suatu hati,
aku duduk-duduk di rumahku. Jarum jam menunjukkan angka tiga dini hari. Pandanganku
mengitari dinding rumah sambil berkata, “Di rumah dan tempat inilah aku hidup
dan dididik. Aku sangat merindukan suasana sederhana; suasana kekeluargaan itu.”
Aku pun
mulai bertanya kepada diriku sendiri, “Kenapa Engkau menciptakanku wahai Tuhan?”
Demi Allah,
detik itu juga-Aku bersumpah bahwa hal itu benar. Aku mendengar lantunan ayat
suci al-Qur’an yang menyentuh hatiku. Ayat itu berbunyi,
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Q.S. Adz-Dzariyat (51): 56)
Aku langsung
bersujud dan bersimpuh. Hanya itu yang dapat kuperbuat. Aku menangis
terseduh-seduh, dan mungkin tidak bangun dari sujudku kecuali setelah terbit
fajar.
Aku bangun
dari sujudkku, mandi serta berwudhu. Aku merasakan sesuatu yang menakjubkan,
bahwa diriku haus akan ridha Allah Subhanahu Wata’ala. Baru kusadari, mengapa
selama ini aku merasakan hatiku selalu resah dan tidak tenang. Aku sangat jauh dari Tuhanku, padahal aku
sangat membutuhkan-Nya.
Detik itu juga, aku merasakan seolah sebuah cahaya menyinari hidupku. Aku berjanji pada diriku sendiri, jikalau aku melakukan sebuah dosa, aku akan membalasnya dengan ketaatan kepada Allah subahanahu Wata’ala. Misalnya, kalau aku berbuat salah. Merokok sebatang, aku akan mengantinya dengan berpuasa satu hari.
Sejak itu,
aku merasa seolah sedang membangun pribadi baruku dan menguatkan kemauanku. Aku
menjalani hidup seperti itu selama dua tahun. Aku tidak ingin jauh dari masjid
dan selalu berdoa kepada Allah. Semoga Allah menjadikanku tetap konsisten
(Teguh hati) dalam menempuh jalan baruku ini.
Mahasuci Allah, ulama berkata dengan kalimat indah penuh hikmah, “Perut membutuhkan makanan, ruh membutuhkan cinta kepada Allah dan kerinduan kepada-Nya; sedangkan Abdurrahman mengutarakan perasaannya, dengan kalimat “Haus akan ridha Allah serta kembali kepada-Nya.” Itulah bentuk taubat yang sesungguhnya.
Saya pernah
ditanya berapa lama butuh waktu untuk melakukan perubahan? kebanyakan mereka
mengatakan tidak mudah, butuh waktu lama. Benar. Tetapi, saya meyakini bahwa
perubahan dapat terjadi seketika. Hanya beberapa detik, menit, jam, jika kita
benar-benar ikhlas bertaubat.
Saudaraku tahukah Anda, Apa tanda
taubat kita diterima? Kita memiliki tekat yang kuat untuk tidak kembali lagi ke
jalan kesesatan.
Lalu apa
yang Abdurrahman lakukan di hari-hari pertama saat ia kembali kepada Allah?
Bersambung...
Gambar: insanmadinah
Jakarta, 9
Syawal 1437 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.