Jumat, 15 Juli 2016

Ketika Ayat Al-Qur’an Menyentuh Hatiku



Perkenalkan namaku Abdurrahman. Aku kuliah di fakultas hukum semester tujuh. Aku tinggal di kawasan perkampungan dan sangat menyukai olah raga. Keluargaku selalu memotivasi hobiku itu. Melihat postur tubuhku yang tinggi, aku mempunyai impian untuk menjadi atlit pemain bola basket. Aku ingin menjadi seorang bintang dalam olah raga tersebut.

Namun, sesuatu terjadi saat aku pergi ke salah satu Sporting Club terbesar. Diantara persyaratan umum untuk diterima menjadi anggota klub itu adalah berasal dari daerah perkampungan. Tentu saja hal itu sangat mempengaruhiku. Keinginanku saat itu adalah menjadi seperti mereka dengan level yang sama. Aku mulai memasuki dunia mereka, bertemu para pemuda dan pemudi, lalu mulai keluar bersama, saling adu balap mobil, berprilaku bebas (sesuka hati), merokok, dan banyak lagi.

Suatu saat, salah seorang temanku menawariku sebatang rokok. Tentu saja itu bukan jenis rokok biasa. Aku pun mulai bertransaksi denganya untuk sebatang rokok itu dan hal-hal lainnya.

Di kampus, aku mendapati komunitas lain yang berbeda. Para pemudanya seolah tidak terlalu peduli dengan kuliahnya. Mereka lebih memperhatikan fashion (penampilan) dan jalan-jalan keluar rumah hingga larut malam. Malam jadi siang, siang jadi malam. Begitulah pola kehidupan mereka.

Aku menangis karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli seperti apa yang mereka beli, atau keluar bersama mereka. Terlebih lagi ketika aku berkenalan dengan dua orang pemuda yang bekerja di sebuah majalah fashion. Di sinilah awal kehancuranku, karena aku memilih dan suka mengikuti mereka. Aku mulai berpikir bagaimana caraya mendapatkan uang? Hal itu menjadi keinginan terbesarku. Aku mulai berkenalan dengan para pemuda itu. Para pemuda yang sesat jalan dan hanya memikirkan penampilan lahiriah, serta bagaimana cara meraih uang dengan cepat.

Aku berteman dengan salah seorang dari mereka. Aku mengemukakan pandanganku tentang uang. Dia mengatakan bahwa dahulu ia memilik pandangan yang sama sepertiku. Akan tetapi, ia kemudian mengetahui bagaimana cara mendapatkan uang yang banyak dan cepat.

Karena seringnya aku berolah raga, badanku menjadi kuat serta atletis (ideal untuk ukuran pria). Oleh sebab itu, temanku mulai mengenalkanku dengan para jutawan untuk menjadikan diriku pengawal serta bodyguard yang dapat melindungi mereka dari hal-hal buruk.

Aku mulai menghadiri tempat-tempat hiburan malam dan diskotik. Sedikit pun tidak pernah terbayang dalam pikiranku, bahkan bermimpi pun tidak. Aku minum-minuman keras, memakai obat-obatan terlarang dan yang sejenisnya. Semua itu berlalu selama tiga tahun lamanya. Kesehatanku lambat laun mulai memburuk. Aku nampak sangat aneh di mata semua orang. Pakaian yang aku banggakan pun terlihat aneh. Setiap hati aku menjadi  semakin aneh.

Suatu hati, aku duduk-duduk di rumahku. Jarum jam menunjukkan angka tiga dini hari. Pandanganku mengitari dinding rumah sambil berkata, “Di rumah dan tempat inilah aku hidup dan dididik. Aku sangat merindukan suasana sederhana; suasana kekeluargaan itu.”

Aku pun mulai bertanya kepada diriku sendiri, “Kenapa Engkau menciptakanku wahai Tuhan?”

Demi Allah, detik itu juga-Aku bersumpah bahwa hal itu benar. Aku mendengar lantunan ayat suci al-Qur’an yang menyentuh hatiku. Ayat itu berbunyi,

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Q.S.  Adz-Dzariyat (51): 56)

Aku langsung bersujud dan bersimpuh. Hanya itu yang dapat kuperbuat. Aku menangis terseduh-seduh, dan mungkin tidak bangun dari sujudku kecuali setelah terbit fajar.

Aku bangun dari sujudkku, mandi serta berwudhu. Aku merasakan sesuatu yang menakjubkan, bahwa diriku haus akan ridha Allah Subhanahu Wata’ala. Baru kusadari, mengapa selama ini aku merasakan hatiku selalu resah dan tidak tenang.  Aku sangat jauh dari Tuhanku, padahal aku sangat membutuhkan-Nya. 

Detik itu juga, aku merasakan seolah sebuah cahaya menyinari hidupku. Aku berjanji pada diriku sendiri, jikalau aku melakukan sebuah dosa, aku akan membalasnya dengan ketaatan kepada Allah subahanahu Wata’ala. Misalnya, kalau aku berbuat salah. Merokok sebatang, aku akan mengantinya dengan berpuasa satu hari.

Sejak itu, aku merasa seolah sedang membangun pribadi baruku dan menguatkan kemauanku. Aku menjalani hidup seperti itu selama dua tahun. Aku tidak ingin jauh dari masjid dan selalu berdoa kepada Allah. Semoga Allah menjadikanku tetap konsisten (Teguh hati) dalam menempuh jalan baruku ini.

Mahasuci Allah, ulama berkata dengan kalimat indah penuh hikmah, “Perut membutuhkan makanan, ruh membutuhkan cinta kepada Allah dan kerinduan kepada-Nya; sedangkan Abdurrahman mengutarakan perasaannya, dengan kalimat “Haus akan ridha Allah serta kembali kepada-Nya.” Itulah bentuk taubat yang sesungguhnya.

Saya pernah ditanya berapa lama butuh waktu untuk melakukan perubahan? kebanyakan mereka mengatakan tidak mudah, butuh waktu lama. Benar. Tetapi, saya meyakini bahwa perubahan dapat terjadi seketika. Hanya beberapa detik, menit, jam, jika kita benar-benar ikhlas bertaubat.

Saudaraku tahukah Anda, Apa tanda taubat kita diterima? Kita memiliki tekat yang kuat untuk tidak kembali lagi ke jalan kesesatan.

Lalu apa yang Abdurrahman lakukan di hari-hari pertama saat ia kembali kepada Allah?

Bersambung...

Gambar: insanmadinah
Jakarta, 9 Syawal 1437 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.