Senin, 11 Juli 2016

Reputasimu adalah Pribadimu



Ketika mudik, semua orang berbondong-bodong berusaha menampilkan kemakmuran yang telah dicapai diperantauan. Berbagai atribut dikenakan untuk menunjukkan status yang ia miliki. Berbagai jenis merek mobil parkir di pinggiran rumah. Masuk ke pelosok gang-gang desa-desa di seluruh penjuru.

apa yang sebenarnya paling bernilai dari seseorang? Apakah pakaiannya? Kendaraannya? Dan berbagai atribut yang dia kenakan? Sebagaian orang mungkin akan memandang hal itu dengan terkesima, tetapi bagi pribadi yang memiliki nilai-nilai ilahiah. Yang telah melewati pendidikan di bulan ramadhan. Selain, pakaian indah yang dikenakan seseorang, yang bernilai dari seseorang adalah pribadinya.

Mengapa? Selama bulan ramadhan kita sadari atau tidak sebenarnya kita sedang menenun pakaian takwa yang melekat di dalam jiwa, pikiran, dan tingkah laku kita. Ketika ramadhan berlalu kita diharapkan mengenakan pakaian takwa yang menjadi standar kemuliaan bagi manusia. 

Orang yang berilmu saja walaupun sangat ahli dalam suatu bidang belum tentu berharga dan belum tentu memperoleh kekayaan dalam hidup apabila sekiranya bahan pribadinya yang lain tidak lengkap atau tidak kuat terutama budi dan akhlak. 

Mungkin Anda pernah mendengar, melihat, atau merasakan bertemu dengan orang yang secara ilmu dan kedudukannya memiliki berbagai titel di depan dan belakang namanya. Tetapi, kita merasa tidak nyaman berada di sampingnya, karena ia tidak bisa menjaga perasaan orang lain. Tidak bisa mengendalikan lidahnya untuk merendahkan orang lain.

Banyak guru, dokter, hakim, insinyur, dan orang yang memiliki banyak koleksi buku serta diplomanya segulung besar, dalam masyarakat dia menjadi mati sebab dia bukan “orang masyarakat”. Hidupnya hanya mementingkan diri sendiri dan diplomanya, hanya untuk mencari harta. Hatinya sudah seperti batu, tidak mempunyai cita-cita selain kesenangan dirinya. pribadinya tidak kuat, karena ia bergerak bukan karena dorongan jiwa dan akal. Dan, kepandaiannya yang banyak seringkali menimbulkan ketakutan, bukan menimbulkan keberanian untuk memasuki dan menjalani hidup.

Di suruh merantau? Takut. Alasannya tidak punya saudara atau biaya hidup mahal di kota besar. Di suruh buka usaha? Alasannya tidak punya modal, pesaing banyak. Di suruh bekerja? Alasanya tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 

Memiliki keyakinan yang kuat itu bagus, tindakan yang konsisten itu baik, tetapi jika pekertinya rusak maka hancurlah reputasi seseorang. Oleh karena itu, yakinlah reputasi terbaik yang harus kita bangun bukan depan banyaknya ijazah yang kita kumpulkan tetapi reputasimu yang paling berharga adalah pribadimu.

Jakarta, 5 Syawal 1437 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.