Seperti yang sudah pernah kita bahas di (Dimanakah Jodohku?) Sekali lagi, matematika jodoh itu memang misteri dan sulit ditebak, ia tidak berjalan di atas garis ketampanan atau kecantikan, kekayaan, kedekatan geografis.
Rumus jodoh
bukan ditentukan oleh hukum kepantasan manusia. Karena manusia hanya tahu
permukaannya, berpikir dalam kesempitan ilmunya, memutuskan dalam pengaruh hawa
nafsunya. Semuanya telah memberikan satu titik cerah untuk melihat seseorang
yang akan kita tuju sebagai pasangan hidup.
Berinteraksi
dengan orang yang berpengalaman mengarungi bahtera rumah tangga. Saya mendapatkan
pelajaran berharga yang tidak pernah saya dapati di bangku kuliah sekalipun. Dari
sini, saya mendapat satu perspektif baru dalam memandang manusia. Manusia yang
kita lihat hari ini sejatinya tidak sebenar-benarnya, dalam artian bahwa setiap
manusia memakai topeng. Sejatinya dalam diri manusia terkandung masa lalu dan
masa depan.
Mengapa
harus menikahi potensi?
Sahabat ingatlah
pesan ini baik-baik. Bila dia cantik hari ini, jangan mudah tergoda
kecantikannya. Karena kita belum pernah bertemu dia saat usia diatas 50 tahun
kan? Ketika keriput memenuhi sekujur tubuhnya. Saat dia kaya hari ini, jangan
mudah tergoda. Sebab kekayaan itu tidak ada yang hakiki.
Sesuatu yang
melekat pada manusia dan berasal dari luar dirinya tidak ada yang hakiki.
Popularitas, kecantikan/ketampanan, kekayaan, jabatan, semuanya hanyalah label
yang sifatnya bisa lepas-pasang. Bahkan bisa dibangung dengan pencitraan,
make-up salon, dan lain-lain.
Tulisan
terkait potensi Anda bisa membacanya di (Bertumbuh Menuju Potensi)
Tapi mari,
hari ini kita akan belajar melihat sesorang dari potensi. Potensi adalah
sesuatu yang ada di dalam diri seseorang. Potensi itu lahir dari
karakter-karakter yang melekat pada seseorang. Dan kita bisa melihat masa depan
seseorang hanya dengan melihat dia hari ini.
Ketika kita
melihat seseorang, lihatlah potensinya. Apakah dia berpotensi menjadi seseorang
yang berpengaruh, berpotensi menjadi ayah yang baik, berpotensi menjadi
seseorang yang sukses, berpotensi menjadi ibu yang luar biasa, berpotensi
menjadi kaya raya, berpotensi membangun umat, lihatlah potensi itu. Dan tentu
potensi tertinggi adalah apakah dia berpotensi masuk surga dan kita bisa turut
serta berjalan bersamanya?
Bila hari
ini dia miskin, atau hari ini dia masih belajar. Tidak masalah. Yang terpenting
ia memiliki semangat belajar yang kuat. In Syaa Allah dengan iman dan ilmu yang
ia milikilah Allah akan mengangkatnya ke tempat yang mulia. Bila hari ini dia
kesulitan, atau dia belum mencapai pencapaian standar-standar dunia. Jangan
takut. Bukankah membersamai perjalanan seseorang dari titik nol-nya adalah
sebuah hal yang menarik sekaligus menantang?
Pelajaran
ini akan saya kenang selalu. Pesan dari masa lalu, belajar sejarah kehidupan
manusia yang cenderung berulang. Untukmu sahabatku. Ingat, lihatlah potensi
itu. Bila kita menuntut seseorang mapan (secara materi), ingatlah bahwa itu
tidak melekat. Lihatlah karakternya, sebab dalam kondisi apapun, karakterlah
yang akan menolong seseorang ketika jatuh, pun ketika terbang tinggi.
Menikahlah
dengan potensi seseorang. Gunakanlah mata hatimu untuk melihat seseorang hari
ini dengan refleksi masa depan. Lihatlah potensi itu, ajaklah berbicara atau
berdiskusi, kenalilah pikiran dan karakternya. Tentunya dengan didampingi oleh
keluarga, atau sahabatnya.
Di era digital, terkadang karakter seseorang
bisa dilihat dari luapan emosi dan gejolak jiwanya yang tercermin di media
sosial yang ia miliki. Karena di sana ada banyak hal yang tertutupi oleh paras,
oleh harta, oleh parameter-parameter dunia.
Pertanyaannya,
potensi apa yang sudah kita miliki? Sudah seberapa seriuskah kita mengasah
potensi yang Allah karuniakan?
Menikahlah
dengan potensinya. Sebab kamu tidak akan menikah hanya hari ini. Ketika dia
masih cantik/tampan. Ketika dia masih kaya, terkenal, dan populer. Benar kan? Bagaimana setuju?
Terima Kasih
atas inspirasinya hari ini sahabat.
Gambar : Dunyabizim
Tulisan terkait kriteria pasangan : Cinta Membawa Berkah
Jakarta, 21
Syawal 1437 H
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus