Pernahkah Anda bertanya, sudah benarkah cara kita selama ini
mendidik Anak? Bagaimana hasil pendidikan anak kita saat ini? apakah cukup
pendidikan itu kita titipkan kepada sekolah?
Kemarin baru saja kita saksikan, menteri pendidikan Anis
Baswedan menghimbau para orang tua untuk mengantarkan anaknya ke sekolah.
Apakah cukup hanya mengantarkan? Apakah anda pernah masakan kelelahan dalam
mendidik Anak? Mungkin sering Anda memberikan nasehat, tetapi masuk telinga
kiri dan keluar telinga kanan. Apa penyebab semua ini? mengapa Anak seringkali
susah berubah ketika dinasehati?
Apakah cukup kita menggunakan kata-kata? Atau ada kekuatan
luar biasa untuk mendidik anak kita.
Mari kita cermati kisah inspirasif yang saya dapatkan dalam
salah satu diskusi grup beberapa hari yang lalu.
Ini Cerita Inspiratif dari Dr. Arun Gandhi, cucu Mahatma
Gandhi. Saat itu Dr.Arun Gandhi memberi ceramah di Universitas Puerto Rico, ia
menceritakan suatu kisah dalam hidupnya:
Waktu itu saya masih berusia 16 th dan tinggal bersama orang
tua di sebuah lembaga yang didirikan oleh kakek saya, ditengah kebun tebu, 18
mil di luar Kota Durban, Afrika Selatan. Kami tinggal jauh di pedalaman dan
tidak mempunyai tetangga. Jadi tak heran bila saya dan dua saudara perempuan
saya sangat senang bila ada kesempatan pergi ke kota untuk mengunjungi teman
atau menonton bioskop
Pada suatu hari ayah meminta saya untuk mengantar beliau ke
kota untuk menghadiri konferensi sehari penuh. Dan saya sangat gembira dengan
kesempatan itu. Tahu bahwa saya aka ke kota, ibu memberikan daftar belanjaan
yang ia perlukan. Selain itu, ayah juga meminta saya untuk mengerjakan beberapa
pekerjaan tertunda seperti memperbaiki mobi di bengkel.
Pagi itu setiba di tempat konferensi ayah berkata : “Ayah
tunggu kamu disini jam 5 sore, lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama”
Saya segera menyelesaikan berbagai pekerjaan yang diberikan
oleh ayah dan ibu.
Kemudian saya pergi kebioskop. Saya sungguh asyik menonton
aksi John Wayne sampai lupa waktu. Begitru melihat jam menunjuk 17..30 , saya
langsung berlari menuju bengkel mobil dan buru -buru menjemput ayah yang sudah
menunggu saya.
Saat itu sudah hampir pukul 18.00
“Kenapa kamu terlambat?” tanya ayah.
Saya sangat malu untuk mengakui bahwa saya terlambat karena
menonton bioskop sehingga saya menjawab “ tadi mobilnya belum siap sehingga
saya harus menunggu”
Ternyata tanpa sepengetahuan saya, ayah telah menelepon bengkel
itu sehingga ayah tahu kalau saya berbohong.
Lalu ayah berkata ” Ada sesuatu yang salah dalam
membesarkanmu sehingga kamu tidak punya keberanian untuk menceritakan kebenaran
pada ayah. Untuk menghukum kesalahan ayah ini, biarkan ayah pulang berjalan kaki
dan memikirkannya baik-baik.”
Lalu dengan tetap mengenakan pakaian dan sepatunya ayah mulai
berjalan kaki pulang ke rumah. Padahal hari sudah gelap dan jalanan sama sekali
tidak rata. Saya tidak bisa meninggalkan ayah di jalanan seperti itu, maka selama
5,5 jam saya mengenderai mobil pelan-pelan di belakang beliau , melihat
penderitaan yang dialami beliau hanya karena kebohongan bodoh yang telah saya
lakukan.
Sejak saat itu saya tidak pernah berbohong lagi.Seringkali
saya berpikir mengenai kejadian itu dan merasa heran, Seandainya ayah menghukum
saya sebagaimana kita menghukum anak-anak
kita, apakah saya akan mendapat pelajaran mengenai mendidik tanpa
kekerasan? Kemungkinan saya akan menderita atas hukuman itu, menyadarinya
sedikit dan melakukan hal yang sama lagi. Tetap hanya dgn satu tindakan tanpa
kekerasan yang sungguh luar biasa, saya merasa kejadan itu seokah-olah baru
terjadi kemarin . Itulah kekuatan bertindak tanpa kekerasan.
Pendikan yang paling efektif dan pasti tertanam kuat adalah
pendidikan yang disampaikan hingga tertancap di bawah sadar. Apa yag dilakukan
ayahanda Dr. Arun Gandhi adalah menyampaikan pesan yang sangat mendalam di
pikiran bawah sadar.
Apa makna kisah di atas bagi Anda? Apa yang bisa Anda
pelajari?
Sudahkah kita memberikan keteladanan?
Sudahkah kita dengan jujur mengakui, bahwa kitalah salah-satu
jawaban kenapa anak kita bertingkah seperti itu.
Sudahkah kita menyadari tidak ada institusi terbaik dalam
memperbaiki moral generasi di masa depan kecuali keluarga memberikan suasana
yang nyaman bagi pemimpin masa depan.
Semoga putra-putri Anda suatu hari nanti menjadi generasi
yang cemberlang, dicintai Robbnya, dicintai keluarga, masyarakat, dan
memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk alam, bangsa, dan agama.
Gambar: Paketsofware.com
Jakarta, 14 Syawal 1437 H
Cerita yang sangat inspiratif,
BalasHapusBARAKALLAHU FIIKUM, JAZAKUMULLAHA KHAIRAN KATSIRA
Thanks
Wafiika barakallah Pak Muzakkir. Semoga Allah karuniakan anak yang sholeh dan sholehah.
BalasHapus