Salah satu yang pasti dalam hidup adalah perubahan. kita tidak bisa menghindari ada banyak hal yang berubah dalam kehidupan manusia akhir-akhir ini. semua dimensi sisi manusia mengalami perubahan yang sangat drastis. Tapi bagaimana kita seharusnya menyikapi perubahan tersebut? Bagaimana cara kita memulai perubahan?
Setiap orang
menginginkan sebuah perubahan dalam hidupnya. Jika kita ingin berbicara jujur,
diri kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk
memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan,keburukan,mau pun
kelalaian. Namun, ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak
efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah.
Pernahkah Anda melihat, mendengar, atau merasakan Banyak
orang yang menginginkan orang lain berubah, tapi ternyata yang diinginkannya
itu tak kunjung terwujud. Kita sering melihat orang yang menginginkan Indonesia
berubah. Tapi, pada saat yang bersamaan, ternyata keluarganya 'babak belur', di
kantor sendiri tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu
namanya mimpi di siang bolong.
Jangankan
mengubah Indonesia, mengubah anaknya saja tidak mampu. Banyak yang menginginkan
situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap istri saja tidak sanggup.
Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadahi untuk
bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak
benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik.
Sama halnya
kita menginginkan pemimpin yang baik, tegas, adil, jujur, amanah dan shaleh. Tapi
apakah setelah kita memiliki pemimpin yang adil keadaan negara kita akan
berubah?
Renungkankanlah
firman Allah “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak
ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. Ar-Ra’d: 11)
Allah Ta’ala
mengabarkan tentang salah satu diantara sunnah-sunnah-Nya yang terjadi pada
makhluk, yaitu sesungguhnya Allah Ta’ala tidak akan menghilangkan nikmat yang
telah ia berikan kepada suatu kaum berupa keselamatan, keamanan, dan
kesejahteraan sebab keimanan dan amal baik mereka sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri berupa kemurniaan, dan kesucian
akibat melakukan dosa-dosa dan bergemilang dengan kemaksiatan sebagai hasil
dari berpalingnya mereka dari kitab Allah, melalaikan Syariat-Nya, membatalkan
hukum-hukum, tenggelam dalam nafsu syahwat, dan juga menempuh jalan kesesatan.
Siapa pun
pemimpinnya selama masyarakatnya yang terdiri dari kumpulan individu-individu
tidak memiliki kesadaran dan mau berubah, maka perubahan itu masih jauh dari
yang kita harapkan. Kita bukanlah bangsa/ manusia budak yang harus dicemeti,
dipukul, dihukum baru bergerak, baru bertindak. Itu namanya kita belum
benar-benar merdeka dari nafsu syahwat.
Lagi-lagi
ramadhan mengajarkan kita untuk melatih diri dalam mengendalikan nafsu syahwat.
Kenapa? Karena Syawat sampai kapan pun akan menjadi ancaman permanen dan
terbesar selain setan yang dapat menggelincirkan manusia ke jurang kebinasaan
dan kehinaan.
Siapa pun
yang bercita-cita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri. Ingin
mengubah Indonesia, caranya ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan
kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri,
semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan menjadi bahan
tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di sekitar kita akan
menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita.
Boleh jadi
orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois.Pandangan itu ada
benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu hasilnya juga hanya untuk diri
sendiri. Tapi yang dimaksud di sini adalah memi kirkan diri sendiri, justru
sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk memulai dari diri sendiri, memberikan contoh, memperbaiki
diri secara terus menerus, guna menebar manfaat yang lebih luas.
Perumpamaan
yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi
untuk membuat rumah atau gedung. Apalah artinya kita memikirkan dinding,
memikir kan genteng, memikirkan tiang sehebat apa pun, kalau pondasinya tidak
pernah kita bangun.
Di tengah
kesibukan kita hari ini, kita harus jujur mengakui bahwa terkadang kita kurang
jujur untuk mengakui untuk melihat kekurangan diri. Jadi yang merupakan titik
kelemahan manusia adalah lemahnya kesungguhan untuk mengubah dirinya, yang
diawali dengan keberanian melihat kekurangan diri.
Pemimpin
mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah dirinya. karena
menganggap dirinyalah yang paling hebat, tidak butuh masukan. Apalagi masukan
itu dari orang-orang yang memiliki ilmu. Orang sukses mana pun bakal rubuh
kalau dia tidak punya keberanian untuk mengubah
dirinya. Kata kuncinya adalah keberanian. Berani mengejek itu gampang, berani
menghujat itu gampang, tapi, tidak sembarang orang yang berani melihat
kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang- orang yang sukses sejati.
Bulan
ramadhan adalah sebuah momentum besar bagi setiap muslim untuk kembali
memperbaharui komitmen. Memperbaharui keyakinan, pola pikir, sikap, tutur kata,
di bawah naungan Al-Qur’an dan petunjuk Rosululloh Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam.
Saudaraku
yakinlah Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang
berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan
orang yang tidak punya apa-apa sekali pun. Tapi, kalau ada orang yang berani
melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan itu secara
sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya, inilah calon
orang besar.
Mengubah
diri dengan sadar sebenarnya secara tidak langsung, berarti kita juga mengubah orang lain.
Walaupun dia tidak mengucap sepatah kata pun untuk perubahan itu, perbuatannya
sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, kegigihan
kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan merasakannya.
Memang
pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan dirasakan.
Tapi percayalah, itu akan membekas dalam benak orang. Makin lama, bekas itu
akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga melakukan perubahan ke arah
yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya seperti bola salju.
Perubahan bergulir semakin besar. Diri
sendiri-Keluarga-Masyarakat-Negara-Dunia.
Jadi kalau
ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah anak, sulitnya mengubah
istri, jawabannya dalam diri orang itu sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang
lain, ketika mereka tidak mau berubah. Kalau kita sebagai guru, ustadz, kyai,
jangan banyak menyalahkan murid/ santrinya. Tanya dulu diri sendiri. Kalau kita
sebagai pemimpin, jangan banyak menyalahkan karyawan, lihat dulu diri sendiri
seperti apa.
Kalau kita
sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya. Lebih baik para
penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga bisa menjadi teladan. In syaa
Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia akan membuat perubahan cepat terasa,
jika berani memperbaiki diri. Itu lebih baik dibanding banyak berkata, tapi
tanpa keberanian menjadi suri teladan.
Jangan
terlalu banyak bicara. Lebih baik bersungguh-sungguh memperbaiki diri sendiri.
Jadikan perkataan makin halus, sikap makin mulia, etos kerja makin sungguh-sungguh,
ibadah kian tangguh. Ini akan disaksikan orang. Yang di langit yang Maha
Melihat dan Mendengar melihat segala yang kita perbuat.
Membicarakan
dalil, ayat, hadist itu suatu kebaikan. Tapi pembicaraan itu akan menjadi
bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan. Jauh
lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat sesuai dalil.
Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil tersebut.
Mudah-mudahan,
Dengan momentum ramadhan kali ini kita memperbaharui komitmen kita untuk terus
berbenah, memperbaiki diri tanpa henti, dan kita bisa menjadi orang yang sadar
bahwa kesuksesan diawali dari keberanian melihat kekurangan diri sendiri.
Gambar: Armaix
Jakarta, 18
Ramadhan 1437 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.