Kamis, 23 Juni 2016

Bagaimana Memulai Perubahan?


Salah satu yang pasti dalam hidup adalah perubahan. kita tidak bisa menghindari ada banyak hal yang berubah dalam kehidupan manusia akhir-akhir ini. semua dimensi sisi manusia mengalami perubahan yang sangat drastis. Tapi bagaimana kita seharusnya menyikapi perubahan tersebut? Bagaimana cara kita memulai perubahan?

Setiap orang menginginkan sebuah perubahan dalam hidupnya. Jika kita ingin berbicara jujur, diri kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan,keburukan,mau pun kelalaian. Namun, ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah.

Pernahkah  Anda melihat, mendengar, atau merasakan Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah, tapi ternyata yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang bersamaan, ternyata keluarganya 'babak belur', di kantor sendiri tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya mimpi di siang bolong.

Jangankan mengubah Indonesia, mengubah anaknya saja tidak mampu. Banyak yang menginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap istri saja tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadahi untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik.

Sama halnya kita menginginkan pemimpin yang baik, tegas, adil, jujur, amanah dan shaleh. Tapi apakah setelah kita memiliki pemimpin yang adil keadaan negara kita akan berubah?

Renungkankanlah firman Allah “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.S. Ar-Ra’d: 11)

Allah Ta’ala mengabarkan tentang salah satu diantara sunnah-sunnah-Nya yang terjadi pada makhluk, yaitu sesungguhnya Allah Ta’ala tidak akan menghilangkan nikmat yang telah ia berikan kepada suatu kaum berupa keselamatan, keamanan, dan kesejahteraan sebab keimanan dan amal baik mereka sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri berupa kemurniaan, dan kesucian akibat melakukan dosa-dosa dan bergemilang dengan kemaksiatan sebagai hasil dari berpalingnya mereka dari kitab Allah, melalaikan Syariat-Nya, membatalkan hukum-hukum, tenggelam dalam nafsu syahwat, dan juga menempuh jalan kesesatan.

Siapa pun pemimpinnya selama masyarakatnya yang terdiri dari kumpulan individu-individu tidak memiliki kesadaran dan mau berubah, maka perubahan itu masih jauh dari yang kita harapkan. Kita bukanlah bangsa/ manusia budak yang harus dicemeti, dipukul, dihukum baru bergerak, baru bertindak. Itu namanya kita belum benar-benar merdeka dari nafsu syahwat.

Lagi-lagi ramadhan mengajarkan kita untuk melatih diri dalam mengendalikan nafsu syahwat. Kenapa? Karena Syawat sampai kapan pun akan menjadi ancaman permanen dan terbesar selain setan yang dapat menggelincirkan manusia ke jurang kebinasaan dan kehinaan.

Siapa pun yang bercita-cita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri. Ingin mengubah Indonesia, caranya ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di sekitar kita akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita.

Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois.Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu hasilnya juga hanya untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini adalah memi kirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk  memulai dari diri sendiri, memberikan contoh, memperbaiki diri secara terus menerus, guna menebar manfaat  yang lebih luas.

Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi untuk membuat rumah atau gedung. Apalah artinya kita memikirkan dinding, memikir kan genteng, memikirkan tiang sehebat apa pun, kalau pondasinya tidak pernah kita bangun.

Di tengah kesibukan kita hari ini, kita harus jujur mengakui bahwa terkadang kita kurang jujur untuk mengakui untuk melihat kekurangan diri. Jadi yang merupakan titik kelemahan manusia adalah lemahnya kesungguhan untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan keberanian melihat kekurangan diri.

Pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah dirinya. karena menganggap dirinyalah yang paling hebat, tidak butuh masukan. Apalagi masukan itu dari orang-orang yang memiliki ilmu. Orang sukses mana pun bakal rubuh kalau dia tidak punya keberanian untuk  mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah keberanian. Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu gampang, tapi, tidak sembarang orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang- orang yang sukses sejati.

Bulan ramadhan adalah sebuah momentum besar bagi setiap muslim untuk kembali memperbaharui komitmen. Memperbaharui keyakinan, pola pikir, sikap, tutur kata, di bawah naungan Al-Qur’an dan petunjuk Rosululloh Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam.

Saudaraku yakinlah Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan orang yang tidak punya apa-apa sekali pun. Tapi, kalau ada orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan itu secara sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya, inilah calon orang besar.

Mengubah diri dengan sadar sebenarnya secara tidak langsung,  berarti kita juga mengubah orang lain. Walaupun dia tidak mengucap sepatah kata pun untuk perubahan itu, perbuatannya sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, kegigihan kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan merasakannya.

Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar.  Diri sendiri-Keluarga-Masyarakat-Negara-Dunia.


Jadi kalau ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah anak, sulitnya mengubah istri, jawabannya dalam diri orang itu sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah. Kalau kita sebagai guru, ustadz, kyai, jangan banyak menyalahkan murid/ santrinya. Tanya dulu diri sendiri. Kalau kita sebagai pemimpin, jangan banyak menyalahkan karyawan, lihat dulu diri sendiri seperti apa.

Kalau kita sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya. Lebih baik para penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga bisa menjadi teladan. In syaa Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani memperbaiki diri. Itu lebih baik dibanding banyak berkata, tapi tanpa keberanian menjadi suri teladan.

Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik bersungguh-sungguh memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin halus, sikap makin mulia, etos kerja makin sungguh-sungguh, ibadah kian tangguh. Ini akan disaksikan orang. Yang di langit yang Maha Melihat dan Mendengar melihat segala yang kita perbuat.

Membicarakan dalil, ayat, hadist itu suatu kebaikan. Tapi pembicaraan itu akan menjadi bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan. Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil tersebut.

Mudah-mudahan, Dengan momentum ramadhan kali ini kita memperbaharui komitmen kita untuk terus berbenah, memperbaiki diri tanpa henti, dan kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa kesuksesan diawali dari keberanian melihat kekurangan diri sendiri.  

Gambar: Armaix

Jakarta, 18 Ramadhan 1437 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.