Kamis, 02 Juni 2016

Bagaimana Menyikapi Takdir ?



Mungkin kita sering mendengar kata takdir. Tidak sedikit yang menyalah artikan arti takdir atau belum memahami secara tepat serta bagaimana menyikapi takdir dengan benar. Karena orang yang memahami takdir dengan benar akan teguh menjalaninya, sedengkan orang yang paling sengsara adalah orang yang selalu berusaha menentangnya. 

Memang ada takdir yang bisa kita ubah dan ada juga takdir yang tidak bisa kita ubah. Oleh karena itu, kewajiban kita adalah berusaha menjemput sesuatu yang sudah ditakdirkan bagi kita. Berikhtiar mengerahkan seluruh upaya guna menggapai takdir yang telah Allah tetapkan.

Seandainya seluruh manusia menghalangimu terhadap sesuatu, itu tidak akan menghalangi segala yang Allah sudah takdirkan untuk kita. Adakah yang kita risaukan dalam hidup jika demikian?

Jika kita sukses dan bahagia itu takdir. Jika kita gagal dan sengsara itu juga takdir. Tetapi takdir selalu diidentikkan dengan musibah, kesengsaraan, kegagalan. Padahal kebahagiaan, kesuksesan, bisa beramal sholeh juga merupakan takdir. 

Lalu apa sebenarnya tujuan takdir?

Agar seseorang merasa rendah dihadapan-Nya. Makanya ketika seseorang berusaha menentang takdir, lenyaplah perasaan rendah diri dihadapan Allah subhanahu wata’ala. Apa yang muncul kemudian? Keangkuhan dan kesombongan.

Yakinlah, tidak ada sesuatu pun yang terjadi kepada kita melainkan atas izin Allah. Tidak ada takdir yang Allah tetapkan melainkan itu pasti yang terbaik bagi kita. Hanya saja, kita sebagai hamba-Nya memiliki keterbatasan dalam memprediksi apa yang akan terjadi pada masa depan jika kita mendapatkan apa yang kita inginkan.

Manusia yang menyikapi takdir dengan benar tidak terlalu bangga diri ketika berhasil dan juga tidak putus asa ketika belum berhasil. Karena Dia Maha Kuasa, tahu waktu terbaik, tempat terbaik, kapan saat yang tepat untuk memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya.

Sebagai contoh, mungkin diantara kita pernah mengalami kesulitan ekonomi. Bisa karena beberapa keputusan hidup yang kita ambil, keluar dari pekerjaan. Kita bisa bersabar untuk menahan lapar dan penderitaan selama beberapa bulan pertama. Namun pada saat yang sama, ada kalanya seseoran gitu tidak sanggup lagi bertahan, maka ia berusaha untuk mencari bantuan dengan meminta tolong kepada orang lain.

Dalam hatinya, ia merasa malu kepada Allah Subahanahu Wata’ala bagaimana mungkin ia meminta-minta meskipun dengan alasan yang memaksanya? Pada saat itu kesabarannya terkalahkan, tetapi tetap merasa malu  kepada Allah.

Orang seperti itu bisa menyikapi takdir dengan benar. Mungkin banyak orang yang di luar sana mengalami kondisi yang sama. 

Mahasuci Allah yang menjadikan semua perkara dengan sebab dan akibatnya, agar seseorang yang arif tahu bahwa semua perkara itu ada hikmahnya. Ini hanya soal waktu.

Selamat menjemput takdir. Selamat berkencan dengan takdir. Semoga kita hari ini bisa menyikapi setiap takdir dengan benar dan bijak.

Foto: Florence

Jakarta, 25 Syaban 1437 H/ 2 Juni 2016 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.