Mungkin kita sering mendengar kata takdir. Tidak sedikit yang
menyalah artikan arti takdir atau belum memahami secara tepat serta bagaimana
menyikapi takdir dengan benar. Karena orang yang memahami takdir dengan benar
akan teguh menjalaninya, sedengkan orang yang paling sengsara adalah orang
yang selalu berusaha menentangnya.
Memang ada takdir yang bisa kita ubah dan ada juga takdir
yang tidak bisa kita ubah. Oleh karena itu, kewajiban kita adalah berusaha
menjemput sesuatu yang sudah ditakdirkan bagi kita. Berikhtiar mengerahkan
seluruh upaya guna menggapai takdir yang telah Allah tetapkan.
Seandainya seluruh manusia menghalangimu terhadap sesuatu,
itu tidak akan menghalangi segala yang Allah sudah takdirkan untuk kita. Adakah
yang kita risaukan dalam hidup jika demikian?
Jika kita sukses dan bahagia itu takdir. Jika kita gagal dan
sengsara itu juga takdir. Tetapi takdir selalu diidentikkan dengan musibah,
kesengsaraan, kegagalan. Padahal kebahagiaan, kesuksesan, bisa beramal sholeh
juga merupakan takdir.
Lalu apa sebenarnya
tujuan takdir?
Agar seseorang merasa rendah dihadapan-Nya. Makanya ketika
seseorang berusaha menentang takdir, lenyaplah perasaan rendah diri dihadapan
Allah subhanahu wata’ala. Apa yang muncul kemudian? Keangkuhan dan kesombongan.
Yakinlah, tidak ada sesuatu pun yang terjadi kepada kita
melainkan atas izin Allah. Tidak ada takdir yang Allah tetapkan melainkan itu
pasti yang terbaik bagi kita. Hanya saja, kita sebagai hamba-Nya memiliki
keterbatasan dalam memprediksi apa yang akan terjadi pada masa depan jika kita
mendapatkan apa yang kita inginkan.
Manusia yang menyikapi takdir dengan benar tidak terlalu
bangga diri ketika berhasil dan juga tidak putus asa ketika belum berhasil. Karena
Dia Maha Kuasa, tahu waktu terbaik, tempat terbaik, kapan saat yang tepat untuk
memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya.
Sebagai contoh, mungkin diantara kita pernah mengalami
kesulitan ekonomi. Bisa karena beberapa keputusan hidup yang kita ambil, keluar
dari pekerjaan. Kita bisa bersabar untuk menahan lapar dan penderitaan selama
beberapa bulan pertama. Namun pada saat yang sama, ada kalanya seseoran gitu
tidak sanggup lagi bertahan, maka ia berusaha untuk mencari bantuan dengan
meminta tolong kepada orang lain.
Dalam hatinya, ia merasa malu kepada Allah Subahanahu Wata’ala
bagaimana mungkin ia meminta-minta meskipun dengan alasan yang memaksanya? Pada
saat itu kesabarannya terkalahkan, tetapi tetap merasa malu kepada Allah.
Orang seperti itu bisa menyikapi takdir dengan benar.
Mungkin banyak orang yang di luar sana mengalami kondisi yang sama.
Mahasuci Allah yang menjadikan semua perkara dengan sebab dan
akibatnya, agar seseorang yang arif tahu bahwa semua perkara itu ada hikmahnya.
Ini hanya soal waktu.
Selamat menjemput takdir. Selamat berkencan dengan takdir. Semoga
kita hari ini bisa menyikapi setiap takdir dengan benar dan bijak.
Foto: Florence
Jakarta, 25 Syaban 1437 H/ 2 Juni 2016 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.