Dalam perjalanan hidup yang penuh ujian ini, kita sering kali terbebani oleh keinginan untuk menjadi sempurna. Namun, penting untuk kita sadari: Allah tidak menuntut kesempurnaan dari manusia. Yang diminta oleh Allah adalah kesungguhan dalam memperbaiki diri dan kesetiaan untuk kembali kepada-Nya setiap kali tergelincir.
Allah menegaskan dalam firman-Nya:
"Katakanlah: 'Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka tetaplah istiqomah kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.'"
(QS. Fussilat: 6)
Ayat ini mengandung pelajaran mendalam. Setelah Allah memerintahkan untuk beristiqomah, kita langsung diperintahkan untuk beristighfar. Ini bukan tanpa alasan. Ini adalah isyarat bahwa dalam proses istiqomah, kita pasti pernah tergelincir. Kekeliruan, kelalaian, atau bahkan dosa adalah bagian dari tabiat dasar manusia. Maka, ketika kita merasa lelah, jatuh, atau bersalah dalam perjuangan menjadi lebih baik, itu bukanlah kegagalan itu adalah momen untuk kembali dan memperkuat keimanan.
Nabi Pun Mengajarkan: Kita Tak Bisa Sempurna
Rasulullah ﷺ, manusia terbaik sekalipun, tidak menuntut umatnya untuk tampil tanpa cela. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Nabi bersabda:
“Istiqomahlah kalian, namun kalian tidak akan mampu (beristiqomah) dengan sempurna.”
Artinya, perjuangan menuju istiqomah adalah proses seumur hidup, bukan destinasi akhir yang bisa diraih secara total. Kita akan terus diuji, tergoda, terkadang kalah oleh nafsu, dan lalai dalam amal. Namun semua itu tidak menjadikan kita tercela selama kita tidak berhenti untuk bangkit dan memperbaiki diri.
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
“Setiap anak Adam pasti berbuat kesalahan. Dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang segera bertaubat.”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)
Maka jangan pernah malu untuk mengakui kesalahan, karena menyesal bukan tanda kelemahan, tapi tanda hidupnya hati. Namun juga, jangan biarkan penyesalan berubah menjadi keputusasaan.
Kesempurnaan Bukan untuk Dicapai, Tapi Didekati
Nabi mengajarkan prinsip yang indah:
“Saddidu wa qaribu.”
Artinya: "Dekatilah kesempurnaan, dan jika tidak mampu, maka setidaknya hampirilah ia."
Dalam konteks ini, Allah tidak menuntut kita menjadi manusia tanpa salah. Tapi Allah mencintai mereka yang tidak berhenti berusaha, belajar dari kesalahan, dan kembali kepada-Nya. Karena sejatinya, istiqomah bukanlah soal selalu benar, tapi tentang selalu ingin kembali ke jalan yang benar.
Jangan Terlalu Keras pada Diri Sendiri
Betapa seringnya kita merasa gagal hanya karena satu kegagalan kecil? Ketika rumah tangga diuji, kita langsung merasa “aku sudah gagal jadi suami” atau “aku tidak pantas jadi istri.” Padahal, satu kesalahan tidak pernah mendefinisikan seluruh hidup kita. Allah sendiri Maha Pemaaf dan Maha Penyayang.
Firman Allah yang luar biasa menggugah hati:
"Katakanlah (wahai Muhammad), 'Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'"
(QS. Az-Zumar: 53)
Dan jika merasa berat untuk bangkit, maka ingatlah firman Allah yang lain:
"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kemampuanmu..."
(QS. At-Taghabun: 16)
Artinya, Allah tidak melihat besar kecilnya hasil, tapi usaha dan keikhlasan kita untuk terus bertakwa meski dalam keterbatasan. Maka jika pasangan kita khilaf, jangan segera menghakimi. Ingatkan dengan cinta, ajak untuk beristighfar, dan bersama-sama memperbaiki diri.
Istiqomah Itu Realistis, Bukan Perfeksionis
Istiqomah bukanlah tentang tampil tanpa cacat, tetapi tentang komitmen untuk terus kembali kepada Allah di setiap langkah, meski terkadang langkah itu goyah.
Karena itu, jangan merasa gagal saat terjatuh. Justru bangkit itulah bentuk keberhasilan sejati. Allah lebih mencintai mereka yang berjuang dalam ketaatan meski dengan keterbatasan, daripada mereka yang berhenti mencoba karena ingin hasil yang sempurna.
Semoga Allah senantiasa memberikan kita istiqomah yang jujur, istiqomah yang rendah hati, istiqomah yang menerima bahwa kita manusia yang tak sempurna, tapi terus berusaha.
Aamiin.
Malang, 18 Syawal 1446 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung. Semoga langkah Anda hari ini membawa semangat baru untuk terus bertumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijak. Saya menghargai setiap dedikasi dan perjalanan Anda. Sampai kita berjumpa kembali, dalam tulisan atau kehidupan nyata.