Era
Globalisasi kita bukan hanya dihadapkan dengan produk-produk berupa
tekologi atau barang-barang impor. tapi yang lebih penting, era
globalisasi membawa ideologi, gaya hidup, keyakinan, prinsip-prinsip,
yang semuanya itu belum tentu benar dan bisa membahayakan keyakinan kita
sebagai seorang muslim dan budaya bangsa kita yang terkenal dengan adat
dan sopan santunya.
Ketika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merambah
ke segala aspek kehidupan, nilai-nilai . Problematika kehidupan juga semakin
kompleks sehingga muncullah tradisi-tradisi baru. Zaman boleh saja berubah,
tetapi umat islam harus tetap berada dalam koridor syariat. Mereka tidak boleh
menerima tradisi dan gaya hidup modern itu tanpa filterisasi yang kuat. Di
sinilah pentingnya kita untuk kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Keduanya
merupakan sumber utama tempat kembalinya semua urusan kehidupan manusia.
Al-Qur’an dan Hadis adalah dua sumber hukum yang tidak
terpisahkan. Tidak bisa Anda mengikuti yang satu untuk kemudian mengabaikan
yang lain. Walaupun AL-Qur’an sumber pertama, ia tidak bisa dijadikan sumber
tunggal. Pesan-pesan yang ada dalam Al-Qur’an membutuhkan penjelas dan penjelas
itu tidak lain adalah Hadis. Karena sebagai penjelas, sudah tentu jumlah hadis
jauh lebih banyak daripada jumlah ayat dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, kita
akan menemukan ribuan hadis dengan kualitas yang bermacam-macam. Dari sejak
masa sahabat hingga sekarang, puluhan bahkan ratusan kitap telah disusun untuk
mengodifikasikan hadis-hadis Rosululloh saw.
Saya
berusaha untuk menembus keterbatasan, melawan gelapnya malam, menembus
dinginnya udara di pagi hari untuk mempelajari ilmu, salah satunya kitab
Bulughul Maram. di Masjid Al Iman Tanah Patah setiap Selasa pagi bada subuh.
Saya selalu bertanya, haruskah saya mempelajarinya? maka saya katakan
dengan tegas kepada hati saya HARUS. Semakin banyak saya belajar, saya
semakin berdaya, dan saya yakin apa yang saya pelajari akan bermanfaat
untuk diri saya dan orang banyak di masa yang akan datang, khususnya akhirat.
Banyak di antara kitab-kitab hadis tersebut yang bertahan
hingga berabad-abad dan menjadi rujukan utama umat islam. Salah satunya adalah Bulughul Maram. Kitab yang disusun oleh
Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-“Asqalany ini sudah berusia lebih dari 13 abad.
Lantas, siapakah Imam Al-Hafidz ibnu Hajar Al’Asqalany? Seberapa besar manfaat
karya Bulughul Maram ini bagi kita?
Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalany dilahirkan di Mesir.
Beliau adalah ulama besar abad pertengahan yang melahirkan karya-karya
monumental dalam khazanah intelektual islam. Dari sekitar 150 karya beliau,
setidaknya tercatat empat kitab yang tidak lekang waktu, yaitu Fath al-Bari bi-Syarh Shahih Al-Bukhari,
Tahdz Al-Tahdzib, Al-Ishabah fi Tamyiz al-shahabah, dan Bulughul Maram min Adillah al-Ahkam.
Kitab Bulughul Maram merupakan kitab yang penuh berkah dan
faedah. Para ulama sejak dulu hingga sekarang memberikan apresiasi yang besar
terhadap kitab ini. bahkan hampir setiap halaqoh
(kelompok diskusi) ulama menjadikan kitab Bulughul
Maram sebagai bahan kajian utama. Para pelajar juga memberikan perhatian
yang besar dengan menghafal dan mendiskusikannya. Untuk ukuran kitab sejenis,
para ulama dan pelajar cukup merujuk pada kitab ini. Bulughul Maram adalah kitab yang diterima oleh banyak kalangan
sehingga dalam setiap kurun, banyak orang yang mengambil manfaatnya.
Kitab ini telah menyebar ke seluruh penjuru dunia, mulai
dari teks asli bahasa Arabnya hingga yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
asing. Di Indonesia sendiri, kitab ini sudah berkali-kali diterjemahkan oleh
banyak penerbit dan telah berkali-kali pula dicetak. Namun, bagai tidak kenal
lelah, kitab ini terus diburu oleh pembaca setianya. Berbagai macam kalangan
pembaca dari Muslim awam hingga cedik pandai berbondong-bondong membeli kitab
ini. tentu saja dengan berbagai alasan, ada yang membeli untuk bacaan
sehari-hari, untuk dijadikan referensi dalam forum-forum kajian, untuk buku
pegangan dalam pengajian-pengajian rutin, bahkan ada yang membeli hanya untuk
dijadikan koleksi.
Dibandingkan dengan kitab-kitab lain sejenis, kitab Bulughul Maram memiliki kelebihan,
diantaranya sebagai berikut :
1.
Penyusun menjelaskan derajat hadis yang
digunakan, baik shahih, hasan, maupun dha’if sehingga yang mempelajarinya tidak
perlu merujuk pada kitab lain;
2.
Mengenai satu masalah tertentu, penyusun cukup
mengemukakan hadis pokok, tetapi tidak mengurangi makna yang dimaksud. Dengan
cara ini, kitab ini menjadi ringkas-berisi;
3.
Jika suatu hadis memiliki riwayat lain yang
padanya terdapat tambahan kalimat, penyusun menambahkannya dengan ringkas,
namun jelas. Dengan demikian, antara satu riwayat dengan riwayat lain dalam
satu tema yang sama saling menyempurnakan;
4.
Penyusun memilihkan hadis-hadis dari induk
kitab-kitab hadis yang masyhur dan mu’tabar (diakui). Yang laing terkenal
adalah Musnad Imam Ahmad, Shahih Bukhori,
Shohih Muslim, dan kitab sunan yang empat (Sunan Al-Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah, dan Sunan An-Nasa’i);
5.
Biasanya, penyusun lebih dulu mencantumkan hadis
yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim atau salah satunya, baru kemudian diikuti
oleh hadis-hadis yang ada dalam kitab sunan atau kitab lainnya. Hal demikian
dilakukan agar hadis yang shahih dijadikan pengangan tentang suatu masalah dan
dijadikan rujukan dalam berbagai masalah, sedangkan hadist lain menjadi
pengenap dan penyempurna;
6.
Penyusun menyelidiki dengan saksama cacat-cacat
dalam suatu hadis, kemudian menyebutkannya;
7.
Jika suatu hadis memiliki tabi’ (Hadis penguat dari jalan yang lain) atau syahid (Hadis
penguat dari jalan yang sama), penulis menujukkannya dengan cara yang halus.
Dengan cara seperti itu, faedah kitab ini dari sisi “Keringkasannya” lebih
terasa daripada ditunjukkan secara langsung;
8.
Penyusun mengelompokkan tema-tema hadis sesuai
dengan bab-bab dalam kitab-kitab fikih agar pembaca dapat menelaahnya dengan
mudah dan agar dapat menjadi pendamping kitab-kitab hukum sebagai rujukan
dali-dalilnya;
9.
Pada akhir pembahasan, penyusun menulis satu bab
khusus yang menghimpun hadis-hadis pilihan mengenai adab (akhlak dan sopan
santun) yang sangat baik. Beliau menamainya Al-Jami’ Fi Al-Adab (bab
penghimpunan tentang Adab-Adab). Dengan mencantumkan bab ini diharapkan pembaca
dapat memperoleh manfaat sekaligus dari sisi hukum dan suluk (Prilaku hidup
sehari-hari).
Bengkulu, 22 Muharram 1437 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.