Tidak ada
satu pun manusia di dunia yang dapat hidup tanpa berkomunikasi. Komunikasi
merupakan salah satu kebutuhan primer manusia, sama seperti kebutuhan terhadap
sandang, pangan, papan, air dan udara. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana
jadinya kehidupan ini tanpa komunikasi. Dengan demikian, kebutuhan manusia
untuk berkomunikasi tidak terbantahkan. Setiap orang harus berkomunikasi untuk
mendapatkan sesuatu. Apalagi di zaman moderen ketika orang-orang tidak lagi
dapat hidup menyendiri dan harus saling bergantung. Singkatnya, komunikasi
berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia, baik secara
indiviidu maupun sebagai mahkluk sosial (Hermawan: 2012: 1).
Pada
hakikatnya belajar bahasa adalah belajar untuk berkomunikasi. Dalam kehidupan
sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Dalam
mengikuti pendidikan baik di tingkat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi tugas
menyimak sangat sering dan harus dilaksanakan oleh peserta didik atau
mahasiswa. Oleh karena itu, belajar bahasa diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan dalam berkomunikasi baik secara tertulis maupun secara lisan.
Apabila
seseorang menyimak lebih jauh, sebenarnya komunikasi tidak hanya menyangkut
penyampai pesan dan medium yang digunakan, tetapi juga pada penerimaan pesan.
Sayangnya faktor ini sering diabaikan. Akibatnya hingga saat ini, studi
terhadap komunikasi lebih banyak berkisar pada komunikator atau penyampai
pesan. Tetapi studi yang berkenaan dengan penerimaan pesan sangat jarang,
bahkan hampir luput dari perhatian para ahli ilmu komunikasi. Materi-materi
Ilmu Komunikasi yang disampaikan di Perguruan Tinggi pun hampir tidak ada yang
membahas secara meluas dan mendalam mengenai proses komunikasi dari sudut
pandang penerima pesan (Hermawan, 2012: 3).
Dalam dunia
komunikasi, menyimak diakui sebagai suatu keahlian komunikasi verbal yang sulit
dan unik dibandingkan dengan komunikasi verbal lainnya seperti berbicara,
menulis, dan membaca, sebab itu sedikit sekali orang yang dapat melakukannya
dengan baik. Karena ketika menyimak seseorang dituntut untuk mendengarkan dan
memperhatikan pesan-pesan verbal serta non verbal pembicara. Seseorang juga
dituntut untuk memahami isi, maksud, dan berbagai aspek lain yang sifatnya
kompleks seperti suasana hati, kebiasaan, nilai, kepercayaan, motif, sikap,
dorongan, kebutuhan dan pendapat pembicara.
Kegiatan
berbahasa yang pertama kali dilakukan adalah kegiatan menyimak atau mendengar
apa yang dituturkan orang lain melalui sarana lisan. Secara alami bahasa
bersifat lisan dan terwujud dalam kegiatan berbicara dan pemahaman terhadap
pembicaraan yang dilakukan. Hal itu akan lebih nyata terlihat pada masyarakat
bahasa yang belum mengenal sistem tulisan. Oleh karena itu, tes kemampuan
berbahasa lisan (dalam hal ini menyimak) perlu mendapat perhatian.
Menyimak
merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring informasi. Dalam situasi
apapun kita bisa menambah ilmu, baik dengan menyimak berita saat di jalan,
menyimak ilmu melalui televisi, radio,
youtube, dan media lainnya. Peristiwa menyimak selalu diawali dengan
mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau melalui rekaman, radio,
atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasikan
bunyinya, pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan
wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai ucapan pembicara juga turut
diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian
diiinterpretasikan maknanya. Ditelaah kebenarannya atau dinilai, lalu diambil
keputusan menerima atau menolak.
Menyimak
juga merupakan prasyarat mutlak untuk kita menguasai informasi, bahkan
penguasaan ilmu pengetahuan pun diawali dengan kemauan dan kemampuan menyimak
secara sungguh-sungguh. Semakin banyak kita menyimak hal-hal baik dan positif,
semakin banyak informasi yang kita simak, maka akan semakin banyak hal positif,
semakin banyak pengetahuan yang kita kuasai lalu menjadikan kita mudah untuk
membaca, berbicara dan menulis (Nurjamal & Sunirat: 2010: 3).
Bahkan ada
sebuah fakta yang menarik tentang sumber pengetahuan manusia yang dikemukakan
oleh Tarigan (2013: 78) :
“Para Pakar
memperkirakan atau menaksir kira-kira 85 % dari sesuatu yang diketahui insan
manusia berasal dari hasil menyimak, tetapi yang mereka ingat hanya kira-kira
20% dari yang mereka dengar itu. Dengan demikian, jelaslah betapa besarnya
keuntungan yang diperoleh dari keterampilan menyimak itu dalam kehidupan
manusia.”
Sebuah fakta
penting menarik lagi tentang pentingnya menyimak berita dari
www.dailymail.co.uk/health/ dalam www.panduanhidupsehat.com, hasil penelitian
yang telah dipublikasikan di The International Journal of Public Health
menyatakan bahwa menggunakan media masa dapat membuat seseorang semakin sadar
akan pentingnya hidup sehat. Kesimpulan tentang manfaat menyimak berita ini
bukan hanya dikemukakan oleh Dr. Bonanni. Para peneliti lain juga berpendapat
bahwa orang yang up-to-date dengan peristiwa-peristiwa yang tengah terjadi
memiliki tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih tinggi sehingga berpeluang
memiliki umur yang panjang.
Selain itu,
pentingnya menyimak dalam menyerap informasi menurut Arifuddin (2003: 301) :
“Satu
kekurangan dari kebanyakan pendekatan peningkatan kekuatan otak adalah fokus
yang hampir seluruhnya pada membaca. Padahal statistik, dan sedikit pemikiran
ahli, menunjukkan bahwa kita menyerap informasi tiga kali lebih banyak melalui
mendengar, rapat, kuliah, percakapan, radio, televisi, pita audio, dan
sebagainya. Alangkah banyaknya kesempatan untuk mendengar. Namun, kita masih
ragu apakah kita sudah mampu menyimak dengan efektif”.
Pentingnya keterampilan menyimak dikembangkan
karena proses mendengar belum tentu menyimak. Menyimak di sini adalah dapat
memahami ide, gagasan, pendapat orang lain secara lisan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Tarigan (2013: 45) yang menyatakan bahwa kita sama-sama maklum bahwa
mungkin, mendengar dengan sempurna, tetapi belum tentu dapat menyimak dengan
baik. Selanjutnya, ada kemungkinan untuk menyimak, tetapi belum tentu memahami
maksudnya.
Keterampilan
menyimak juga menjadi dasar dalam
mempelajari keterampilan berbahasa yang lainnya : yakni berbicara,
membaca dan menulis. Menyimak sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan
keterampilan yang mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Rankin menyatakan bahwa 42% waktu penggunaan bahasa
tertuju pada menyimak (Tarigan : 2013: 12)
Di samping
itu, pentingnya peranan menyimak dalam komunikasi bukan saja karena ia memiliki
manfaat yang besar dalam aktivitas komunikasi. Berbagai penelitian menunjukkan,
sekitar 50% aktivitas komunikasi adalah menyimak. De Vito dalam Hermawan (2012:
30) memberikan gambaran komparatif mengenai aktivitas menyimak yang dilakukan
oleh orang dewasa dan mahasiswa. Menurut De Vito, orang dewasa meluangkan
sekitar 45% untuk menyimak, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan 9%
untuk menulis, sedangkan mahasiswa meluangkan waktunya sebesar 53% untuk
menyimak, 16% untuk berbicara, 17% untuk membaca, dan 14% untuk menulis.
Meskipun
secara kuantitatif menyimak mengambil ruang paling besar dalam setiap aktivitas
komunikasi, tetapi secara kualitatif aktivitas ini umumnya masih tidak efektif.
Umumnya lembaga-lembaga pendidikan komunikasi lebih menekankan kepada
peningkatan pengetahuan dan keterampilan menyampaikan pesan, baik lisan maupun
tulisan.
Sebagai
Pendidik dalam bidang studi apapun, ia harus mampu pula menggunakan lingkungan
sekitar sebagai media belajar. Pendidik di zaman sekarang seharusnya mampu
memanfaatkan media belajar yang sangat kompleks seperti video, televisi, film,
disamping media pendidikan yang sederhana (Iskandarwassid & Sunendar, 2009:
210)
Selain itu,
Menurut Wachidah (2009) indikator Guru ‘Baru’ adalah mahasiswa yang memiliki
kehalusan budi bahasa yang tinggi, kompetensi literasi yang handal, dan
memiliki jiwa seni. Salah satu sarana untuk mencapai dan mengasah indikator
tersebut adalah keterampilan menyimak.
Dalam
pengalaman penulis belajar dan mengajar menemukan sebuah fakta penting bukan
hanya kemampuan berbicara, menulis, membaca yang penting, dalam menyelesaikan
permasalahan belajar dan kehidupan nyata. Ada satu keterampilan berbahasa yang
jarang kita gunakan dengan penuh tulus ikhlas yaitu kemampuan menyimak orang
lain adalah jalan masuk untuk menguasai hati pendengar atau peserta didik dan
manusia pada umumnya.
Hal di atas
sejalan dengan pendapat Hermawan (2012: 3) tentang menyimak :
“Menyimak
tidak semudah yang sering disangkakan banyak orang. Kegagalan dalam menerima
dan memahami pesan dapat berakibat gagalnya sebuah proses komunikasi. Begitu
pula sebaliknya, keberhasilan dalam menerima dan memahami pesan dapat
mendatangkan keuntungan. Oleh sebab itu, jika kita dapat menjadi seorang
penyimak yang baik, maka kita akan memperbaiki produktivitas kita, dapat
menghindari konflik dan salah paham, dapat memengaruhi dan meyakinkan orang
lain. Singkatnya, keterampilan dalam menyimak dapat mengantarkan kita kepada
kesuksesan…”
Beberapa
alasan penulis memilih mahasiswa semester 1 karena pertama, kita sudah terbiasa
melakukan kegiatan menyimak sejak kecil hingga dewasa. Kedua, materi rekaman
yang penulis gunakan sesuai dengan kondisi mahasiswa semester 1 yang baru
memasuki bangku kuliah mengenai perjuangan seorang pemuda asal gorontalo yang
merantau ke Jakarta dan menjadi pengasong koran untuk melanjutkan pendidikannya
sampai berhasil menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia dengan membawa bekal
hanya uang transfort dari gorontalo ke Depok, Jawa Barat.
Selain itu,
penggunaan rekaman berita dalam penelitian ini dalam rangka menarik minat
mahasiswa untuk menyimak berita adalah melalui rekaman berita, hal ini sejalan
dengan pendapat Tarigan (2013: 40) :
“…yang jauh
lebih efektif serta meyakinkan adalah kutipan-kutipan dari ujaran yang nyata
dan hidup. Pada umumnya, sumber yang paling baik bagi berbagai aspek menyimak
ekstensif adalah rekaman-rekaman yang dibuat oleh guru sendiri karena dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai. Rekaman-rekaman
tersebut dapat memanfaatkan berbagai sumber, seperti siaran radio dan televisi”
Kenyataan di
lapangan, ketika penulis berdiskusi dengan beberapa mahasiswa banyak yang
menuturkan bahwa mereka sering kebingungan dalam menangkap materi maupun tugas
yang disampaikan oleh dosen. Sehingga seringkali mereka kehilangan konsentrasi
dan bingung dalam mengerjakan tugas. Berdasarkan kenyataan di atas, jelas bahwa
keterampilan menyimak perlu dibina dan ditingkatkan karena sangat dibutuhkan
oleh manusia baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk kepentingan di
lingkungan pendidikan.
Menurut Sholihin
(2014) ada beberapa permasalahan menyimak yang dialami mahasiswa:
(a)
Berpura-pura menaruh perhatian. Penyimak hanya berpura-pura menyimak dengan
serius informasi yang disampaikan pembicara. Namun perhatiannya tidak tertuju
kepada pembicara, bahkan penyimak sering mengabaikan apa yang disampikan
pembicara;
(b)
Pertimbangan yang prematur. Penyimak sering menganggap suatu topik sebagai
sesuatu yang tidak menarik, bahkan dianggap sukar untuk penyimak pahami. Hal
ini termasuk satu diantara permasalahan dalam proses menyimak;
(c)
Kebingungan. Saat menyimak keadaan suara di luar dan di dalam ruangan dapat
mengganggu konsentrasi, semua itu dapat membuat penyimak bingung dalam menerima
informasi.
Semoga
Bermanfaat untuk sahabat semua, ini baru pendahuluan.
Semoga bisa
membantu Sahabat.
8 Rabiul
Awal 1436 H
Mantap Tulisannya, Izin Share.
BalasHapusTambaahan Manfaat menyimak :
1).menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi
kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih
berpengalaman;
2) meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khasanah ilmu kita;
3) memperkaya kosa kata kita, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan lebih variatif;
4) memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan objektif;
5) meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial;
6) meningkatkan citra artistik jika yang kita simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya. Banyak menyimak dapat menumbuh suburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau pendapat orang lain dan kehidupan ini serta meningkatkan selera estetis kita;
7) menggugah kreativitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak, kita akan mendapatkan ide-ide yang cemerlang dan segar, pengalaman hidup yang berharga;