Kamis, 29 Januari 2015

Pentingnya Kemampuan Menyimak Dalam Kehidupan



Tidak ada satu pun manusia di dunia yang dapat hidup tanpa berkomunikasi. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan primer manusia, sama seperti kebutuhan terhadap sandang, pangan, papan, air dan udara. Kita tidak dapat membayangkan bagaimana jadinya kehidupan ini tanpa komunikasi. Dengan demikian, kebutuhan manusia untuk berkomunikasi tidak terbantahkan. Setiap orang harus berkomunikasi untuk mendapatkan sesuatu. Apalagi di zaman moderen ketika orang-orang tidak lagi dapat hidup menyendiri dan harus saling bergantung. Singkatnya, komunikasi berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia, baik secara indiviidu maupun sebagai mahkluk sosial (Hermawan: 2012: 1).

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar untuk berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Dalam mengikuti pendidikan baik di tingkat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi tugas menyimak sangat sering dan harus dilaksanakan oleh peserta didik atau mahasiswa. Oleh karena itu, belajar bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi baik secara tertulis maupun secara lisan.

Apabila seseorang menyimak lebih jauh, sebenarnya komunikasi tidak hanya menyangkut penyampai pesan dan medium yang digunakan, tetapi juga pada penerimaan pesan. Sayangnya faktor ini sering diabaikan. Akibatnya hingga saat ini, studi terhadap komunikasi lebih banyak berkisar pada komunikator atau penyampai pesan. Tetapi studi yang berkenaan dengan penerimaan pesan sangat jarang, bahkan hampir luput dari perhatian para ahli ilmu komunikasi. Materi-materi Ilmu Komunikasi yang disampaikan di Perguruan Tinggi pun hampir tidak ada yang membahas secara meluas dan mendalam mengenai proses komunikasi dari sudut pandang penerima pesan (Hermawan, 2012: 3).

Dalam dunia komunikasi, menyimak diakui sebagai suatu keahlian komunikasi verbal yang sulit dan unik dibandingkan dengan komunikasi verbal lainnya seperti berbicara, menulis, dan membaca, sebab itu sedikit sekali orang yang dapat melakukannya dengan baik. Karena ketika menyimak seseorang dituntut untuk mendengarkan dan memperhatikan pesan-pesan verbal serta non verbal pembicara. Seseorang juga dituntut untuk memahami isi, maksud, dan berbagai aspek lain yang sifatnya kompleks seperti suasana hati, kebiasaan, nilai, kepercayaan, motif, sikap, dorongan, kebutuhan dan pendapat pembicara.

Kegiatan berbahasa yang pertama kali dilakukan adalah kegiatan menyimak atau mendengar apa yang dituturkan orang lain melalui sarana lisan. Secara alami bahasa bersifat lisan dan terwujud dalam kegiatan berbicara dan pemahaman terhadap pembicaraan yang dilakukan. Hal itu akan lebih nyata terlihat pada masyarakat bahasa yang belum mengenal sistem tulisan. Oleh karena itu, tes kemampuan berbahasa lisan (dalam hal ini menyimak) perlu mendapat perhatian.

Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring informasi. Dalam situasi apapun kita bisa menambah ilmu, baik dengan menyimak berita saat di jalan, menyimak ilmu  melalui televisi, radio, youtube, dan media lainnya. Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau melalui rekaman, radio, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasikan bunyinya, pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai ucapan pembicara juga turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian diiinterpretasikan maknanya. Ditelaah kebenarannya atau dinilai, lalu diambil keputusan menerima atau menolak.

Menyimak juga merupakan prasyarat mutlak untuk kita menguasai informasi, bahkan penguasaan ilmu pengetahuan pun diawali dengan kemauan dan kemampuan menyimak secara sungguh-sungguh. Semakin banyak kita menyimak hal-hal baik dan positif, semakin banyak informasi yang kita simak, maka akan semakin banyak hal positif, semakin banyak pengetahuan yang kita kuasai lalu menjadikan kita mudah untuk membaca, berbicara dan menulis (Nurjamal & Sunirat: 2010: 3).

Bahkan ada sebuah fakta yang menarik tentang sumber pengetahuan manusia yang dikemukakan oleh Tarigan (2013: 78) :

“Para Pakar memperkirakan atau menaksir kira-kira 85 % dari sesuatu yang diketahui insan manusia berasal dari hasil menyimak, tetapi yang mereka ingat hanya kira-kira 20% dari yang mereka dengar itu. Dengan demikian, jelaslah betapa besarnya keuntungan yang diperoleh dari keterampilan menyimak itu dalam kehidupan manusia.”

Sebuah fakta penting menarik lagi tentang pentingnya menyimak berita dari www.dailymail.co.uk/health/ dalam www.panduanhidupsehat.com, hasil penelitian yang telah dipublikasikan di The International Journal of Public Health menyatakan bahwa menggunakan media masa dapat membuat seseorang semakin sadar akan pentingnya hidup sehat. Kesimpulan tentang manfaat menyimak berita ini bukan hanya dikemukakan oleh Dr. Bonanni. Para peneliti lain juga berpendapat bahwa orang yang up-to-date dengan peristiwa-peristiwa yang tengah terjadi memiliki tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih tinggi sehingga berpeluang memiliki umur yang panjang.

Selain itu, pentingnya menyimak dalam menyerap informasi menurut Arifuddin (2003: 301) :

“Satu kekurangan dari kebanyakan pendekatan peningkatan kekuatan otak adalah fokus yang hampir seluruhnya pada membaca. Padahal statistik, dan sedikit pemikiran ahli, menunjukkan bahwa kita menyerap informasi tiga kali lebih banyak melalui mendengar, rapat, kuliah, percakapan, radio, televisi, pita audio, dan sebagainya. Alangkah banyaknya kesempatan untuk mendengar. Namun, kita masih ragu apakah kita sudah mampu menyimak dengan efektif”.

 Pentingnya keterampilan menyimak dikembangkan karena proses mendengar belum tentu menyimak. Menyimak di sini adalah dapat memahami ide, gagasan, pendapat orang lain secara lisan. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (2013: 45) yang menyatakan bahwa kita sama-sama maklum bahwa mungkin, mendengar dengan sempurna, tetapi belum tentu dapat menyimak dengan baik. Selanjutnya, ada kemungkinan untuk menyimak, tetapi belum tentu memahami maksudnya.

Keterampilan menyimak juga menjadi dasar dalam  mempelajari keterampilan berbahasa yang lainnya : yakni berbicara, membaca dan menulis. Menyimak sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Rankin  menyatakan bahwa 42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak (Tarigan : 2013: 12)

Di samping itu, pentingnya peranan menyimak dalam komunikasi bukan saja karena ia memiliki manfaat yang besar dalam aktivitas komunikasi. Berbagai penelitian menunjukkan, sekitar 50% aktivitas komunikasi adalah menyimak. De Vito dalam Hermawan (2012: 30) memberikan gambaran komparatif mengenai aktivitas menyimak yang dilakukan oleh orang dewasa dan mahasiswa. Menurut De Vito, orang dewasa meluangkan sekitar 45% untuk menyimak, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan 9% untuk menulis, sedangkan mahasiswa meluangkan waktunya sebesar 53% untuk menyimak, 16% untuk berbicara, 17% untuk membaca, dan 14% untuk menulis.

Meskipun secara kuantitatif menyimak mengambil ruang paling besar dalam setiap aktivitas komunikasi, tetapi secara kualitatif aktivitas ini umumnya masih tidak efektif. Umumnya lembaga-lembaga pendidikan komunikasi lebih menekankan kepada peningkatan pengetahuan dan keterampilan menyampaikan pesan, baik lisan maupun tulisan.

Sebagai Pendidik dalam bidang studi apapun, ia harus mampu pula menggunakan lingkungan sekitar sebagai media belajar. Pendidik di zaman sekarang seharusnya mampu memanfaatkan media belajar yang sangat kompleks seperti video, televisi, film, disamping media pendidikan yang sederhana (Iskandarwassid & Sunendar, 2009: 210)

Selain itu, Menurut Wachidah (2009) indikator Guru ‘Baru’ adalah mahasiswa yang memiliki kehalusan budi bahasa yang tinggi, kompetensi literasi yang handal, dan memiliki jiwa seni. Salah satu sarana untuk mencapai dan mengasah indikator tersebut adalah keterampilan menyimak.

Dalam pengalaman penulis belajar dan mengajar menemukan sebuah fakta penting bukan hanya kemampuan berbicara, menulis, membaca yang penting, dalam menyelesaikan permasalahan belajar dan kehidupan nyata. Ada satu keterampilan berbahasa yang jarang kita gunakan dengan penuh tulus ikhlas yaitu kemampuan menyimak orang lain adalah jalan masuk untuk menguasai hati pendengar atau peserta didik dan manusia pada umumnya.

Hal di atas sejalan dengan pendapat Hermawan (2012: 3) tentang menyimak :

“Menyimak tidak semudah yang sering disangkakan banyak orang. Kegagalan dalam menerima dan memahami pesan dapat berakibat gagalnya sebuah proses komunikasi. Begitu pula sebaliknya, keberhasilan dalam menerima dan memahami pesan dapat mendatangkan keuntungan. Oleh sebab itu, jika kita dapat menjadi seorang penyimak yang baik, maka kita akan memperbaiki produktivitas kita, dapat menghindari konflik dan salah paham, dapat memengaruhi dan meyakinkan orang lain. Singkatnya, keterampilan dalam menyimak dapat mengantarkan kita kepada kesuksesan…”

Beberapa alasan penulis memilih mahasiswa semester 1 karena pertama, kita sudah terbiasa melakukan kegiatan menyimak sejak kecil hingga dewasa. Kedua, materi rekaman yang penulis gunakan sesuai dengan kondisi mahasiswa semester 1 yang baru memasuki bangku kuliah mengenai perjuangan seorang pemuda asal gorontalo yang merantau ke Jakarta dan menjadi pengasong koran untuk melanjutkan pendidikannya sampai berhasil menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia dengan membawa bekal hanya uang transfort dari gorontalo ke Depok, Jawa Barat.

Selain itu, penggunaan rekaman berita dalam penelitian ini dalam rangka menarik minat mahasiswa untuk menyimak berita adalah melalui rekaman berita, hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (2013: 40)  :

“…yang jauh lebih efektif serta meyakinkan adalah kutipan-kutipan dari ujaran yang nyata dan hidup. Pada umumnya, sumber yang paling baik bagi berbagai aspek menyimak ekstensif adalah rekaman-rekaman yang dibuat oleh guru sendiri karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai. Rekaman-rekaman tersebut dapat memanfaatkan berbagai sumber, seperti siaran radio dan televisi”

Kenyataan di lapangan, ketika penulis berdiskusi dengan beberapa mahasiswa banyak yang menuturkan bahwa mereka sering kebingungan dalam menangkap materi maupun tugas yang disampaikan oleh dosen. Sehingga seringkali mereka kehilangan konsentrasi dan bingung dalam mengerjakan tugas. Berdasarkan kenyataan di atas, jelas bahwa keterampilan menyimak perlu dibina dan ditingkatkan karena sangat dibutuhkan oleh manusia baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk kepentingan di lingkungan pendidikan.

Menurut Sholihin (2014) ada beberapa permasalahan menyimak yang dialami mahasiswa:

(a) Berpura-pura menaruh perhatian. Penyimak hanya berpura-pura menyimak dengan serius informasi yang disampaikan pembicara. Namun perhatiannya tidak tertuju kepada pembicara, bahkan penyimak sering mengabaikan apa yang disampikan pembicara;

(b) Pertimbangan yang prematur. Penyimak sering menganggap suatu topik sebagai sesuatu yang tidak menarik, bahkan dianggap sukar untuk penyimak pahami. Hal ini termasuk satu diantara permasalahan dalam proses menyimak;

(c) Kebingungan. Saat menyimak keadaan suara di luar dan di dalam ruangan dapat mengganggu konsentrasi, semua itu dapat membuat penyimak bingung dalam menerima informasi.

Semoga Bermanfaat untuk sahabat semua, ini baru pendahuluan.

Semoga bisa membantu Sahabat.




8 Rabiul Awal 1436 H

1 komentar:

  1. Mantap Tulisannya, Izin Share.

    Tambaahan Manfaat menyimak :

    1).menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi
    kemanusiaan sebab menyimak memiliki nilai informatif yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita lebih
    berpengalaman;
    2) meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khasanah ilmu kita;
    3) memperkaya kosa kata kita, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan lebih variatif;
    4) memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan objektif;
    5) meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial;
    6) meningkatkan citra artistik jika yang kita simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya. Banyak menyimak dapat menumbuh suburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau pendapat orang lain dan kehidupan ini serta meningkatkan selera estetis kita;
    7) menggugah kreativitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak, kita akan mendapatkan ide-ide yang cemerlang dan segar, pengalaman hidup yang berharga;

    BalasHapus

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.