Kamis, 30 Maret 2017

Membangun Masa Depan

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan menetapi kesabaran. (QS. Al-'Ashr: 1-3).

Saudaraku, bukankah Kita sepakat bahwa orang yang paling rugi di dunia ini adalah orang yang diberikan modal, tapi ia hamburkan modal itu sia-sia. Modal kita dalam hidup adalah waktu.

Sering kita tidak menyadari betapa berharganya jatah waktu yang kita miliki. Kita sering menghabiskan waktu produktif hanya untuk mencari pensil. Kita sering menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengumbar ketidaksukaan kita, untuk memendam kedengkian atau kemarahan kita. Padahal, waktu berlanjut terus dan kita tidak tahu kapan hidup ini berakhir.

Oleh karena itu, Mahasuci Allah yang Mengungkapkan dalam QS. Al-'Ashr bahwa kerugian manusia itu dapat diukur dari sikapnya terhadap waktu. Kalau ia sudah berani menghamburkan waktunya, maka ia tergolong orang yang sudah menyia-nyiakan kehidupannya.


Secara umum waktu terbagi tiga.

Pertama, masa lalu. Ia sudah lewat. Kita sudah tidak berdaya dengan masa lalu. Tapi banyak orang sengsara hari ini gara-gara masa lalunya yang memalukan. Karena itu, kita harus selalu waspada jangan sampai masa lalu merusak hari kita. Khususnya bagi yang bercita-cita menjadi pemimpin masa depan untuk mulai membiasakan hidup bersih agar ringan langkahmu di masa depan. Mengapa? Karena sekarang kita saksikan banyak orang yang tersandra dalam menyuarakan kebenaran karena tersandra masa lalu.

Senin, 20 Maret 2017

Personal Security Part #1 Sandarkan Pada Tuhan

Apa yang ada dalam pikiran kita ketika mendengar kata security? Ya benar keamanan. Biasanya orang membutuhkan security untuk mengamamankan sesuatu yang sangat berharga bukan? Bisa jadi  sebuah perusahaan, kantor, rumah membutuhkan security?

Lalu apa maksudnya personal security? Seperti yang kita ketahui hal yang sangat penting dan yag pertama harus dilakukan pada saat Anda memutuskan untuk mulai menempuh perjalanan Rise Above the crowd, adalah membangun ‘keamanan pribadi’ (Personal security). Demikian pesan Pak Indrawan dalam Bukunya Rise above the Crowd (Panduan 5 Langkah Menangkan Persaingan dan Naik Kelas Paling Tinggi).

Sahabat, sadarilah bahwa perjalanan ini merupakan sebuah perjalanan yang menempuh jalur pendakian terjal dan berliku. Anda akan menghadapi banyak tantangan yang tidak mudah dilalui. Anda akan sering tergelincir dan jatuh bangun sebelum bisa mencapai puncaknya. Sebagai seorang insan kita tentu akan sering tergelincir dan jatuh bangun sebelum bisa sampai puncaknya.

Mengapa kita perlu Personal Security?
Personal security kita perlukan untuk menjadi pelindung pertahanan pertama ketika pada waktunya Anda berhadapan dengan berbagai kesulitan tersebut. oleh karenanya pastikan Anda sudah terlebih dahulu memasang pelindung terbaik yang bisa meredam pukulan realita yang datang tidak terduga. Itulah pelindung yang bisa menjadi bantalan saat Anda terjatuh dan menjadi mengungkit yang dapat mendorong diri Anda bangkit kembali dengan kekuatan baru.

Kamis, 16 Maret 2017

Saat Semua Berpaling – Kisah Ka’ab bin Malik, Rodhiyallahu ‘Anhu #2

Sahabat yang dirahmati Allah, minggu lalu kita telah membahas bagaimana profil Ka’ab bin Malik RadhiAllahu’anhu, beliau ialah salah satu sosok sahabat Nabi Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam yang pernah mengikuti bai’at Aqobah, janji setia kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam. Namun khilaf luput mengikuti ajakan perang Tabuk oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam.

Dialah Ka’ab bin Malik RadhiAllahu’anhu, sosok pahlawan di perang Tabuk, walaupun dirinya tidak mengikuti perang Tabuk tersebut. Dialah sosok inspirator. Khususnya inspirasi bagi orang-orang yang telah melakukan kesalahan di masa lalunya, inspirasi bagi orang yang memilih bangkit dari kesalahannya, inspirasi bagi orang yang ingin memperbaiki ‘raport merahnya’.

Sebagaimana telah kita bahas pada pekan yang lalu, kekhilafan Ka’ab bin Malik RadhiAllahu’anhu, tidak mengikuti perang Tabuk karena dua kesalahan fatal yang dilakukannya;
(1) Dirinya terlalu mengandalkan kemampuan dan prestasi diri dan
(2) Dirinya menunda-nunda pekerjaannya sehingga tiba waktunya dirinya ketinggalan rombongan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam ke Tabuk.

Ka’ab menceritakan kisahnya pada hadits yang panjang diriwayatkan oleh Imam Bukhari; – yang telah kami publikasikan pekan lalu (baca kisahnya pada bagian # 1) -, bahwa begitu banyaknya sahabat dan partisipan kaum muslimin yang berangkat ke perang Tabuk, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam belum tersadar kalau Ka’ab bin Malik RadhiAllahu’anhu tidak ikut, hingga Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam tiba di Tabuk.

Karena begitu tiba di Tabuk, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam menanyakan kabar keadaan Ka’ab. Karena Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam memang dikenal sebagai pribadi yang hangat dan penuh perhatian kepada sahabat-sahabatnya.

“Apa yang dilakukan oleh Ka’ab bin Malik?”

Rabu, 15 Maret 2017

Agar Rezeki yang Mencarimu bukan Kau yang Mencarinya


Buku ini tergolong kitab klasik karena merupakan kumpulan nasihat dari delapan ulama besar Islam, yaitu: Imam al-Harits al-Muhasibi, Syekh Abu Thalib al-Makki, Imam al-Ghazali, Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailani, Syekh Ibnu ‘Atha’illah as-Sakandari, Imam Yahya al-Yamani, Syekh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dan Syekh Muhammad ‘Ali al-Birgawi, tentang rezeki.

Sahabat, urusan rezeki itu bukan hanya urusan kepintaran, karena ada saja orang yang pintar tetapi rezekinya terbatas. Urusan rezeki juga bukan hanya soal fisik yang sehat, tapi bagaimana seseorang mendapatkan rezeki dengan Sikap hati yang benar. Itulah mutiara yang hilang dari kehidupan banyak orang.

Sikap hati adalah asal-muasal persoalan rezeki, bagaimana kita memaknai apa-apa yang sampai kepada kita, apakah kurang, cukup, atau lebih, apakah sulit dan seret, atau mudah dan lancar, dan bagaimana kita menyikapinya, apakah mensyukurinya atau mengeluhkannya, apakah tetap di jalan yang halal atau justru haram, apakah bersikap tenang atau mencemaskannya.

Ibnu ‘Atha’illah menasihatkan, “Tenanglah soal rezeki.” Tapi, bagaimana dapat tenang jika kenyataannya semua serba kurang, kerja apa-apa susah, kebutuhan hidup semakin banyak… bla bla bla. Stop. Itulah masalahnya. Kita ragu pada Allah Yang Mahatahu kebutuhan kita. Meragukan Allah adalah dosa yang paling berbahaya, sedangkan ketaatan yang paling disukai adalah yakin kepada-Nya. “Pintu rezeki itu terletak pada ketaatan kepada Sang Pemberi Rezeki.” (hlm. 22)

Lebih lanjut, Ibnu ‘Atha’illah mengajarkan tentang 10 cara yang baik untuk meminta dan mencari rezeki:

1. Mencari rezeki dengan penuh perhatian sampai-sampai melupakan Allah bukanlah cara yang baik. Sebaliknya, cara mencari rezeki yang baik adalah yang tidak melalaikanmu dari Allah.

Selasa, 14 Maret 2017

Gairah Cinta dan Kelesuan Ukhuwah

Oleh : KH. Rahmat Abdullah

Mungkin terjadi seseorang yang dahulunya saling mencintai akhirnya saling memusuhi dan sebaliknya yang sebelumnya saling bermusuhan akhirnya saling berkasih sayang. Sangat dalam pesan yang disampaikan  Nabi Muhammad Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam :

"Cintailah saudaramu secara proporsional, mungkin suatu masa ia akan menjadi orang yang kau benci. Bencilah orang yang kau benci secara proporsional, mungkin suatu masa ia akan menjadi kekasih yang kau cintai." (Hadist Sahih Riwayat Tirmidzi, Baihaqi, Thabrani, Daruquthni, Ibn Adi, Bukhari). Ini dalam kaitan interpersonal.

Senin, 13 Maret 2017

Mengapa Orang Semakin Kaya Semakin Pelit dan Solusi mengatasinya?

Sahabat, manusia merek dan jenis apa pun, secara fitrah tentu menyukai harta benda. Sebagian besar aktifitas manusia adalah menginginkan, memimpikan, dan memperjuangkan kepemilikan harta benda. Mengapa? Dengan harapan statusnya akan naik, memiliki kedudukan terhormat di mata masyarakat, dan  bisa membantu orang banyak.

Allah mengingatkan kita sebagai manusia untuk hati-hati Berlebihan mencintai harta: “Sungguh manusia itu sangat ingkar (tidak bersyukur) kepada Tuhannya.  Dan sungguh dia (manusia) menyaksikan sendiri keingkarannya. dan sesungguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebihan.” (QS Al-‘Adiyat(100): 6- 8)

Di sisi lain, di tengah keberlimpahan harta yang banyak itu tetap ada saja yang merasa kurang bersyukur. Sesuai dengan arti kata Kanuud pada ayat di atas ialah tidak berterima kasih, melupakan jasa. Kepada siapa? Berapa saja nikmat yang diberikan Allah, dia tidak merasa puas dengan yang telah ada itu, bahkan masih meminta tambah lagi. Nafsunya tidak pernah merasa cukup dan kenyang.

Manusia terkadang memang aneh, ketika kehilangan sesuatu seolah-olah ia telah kehilangan segalanya. Padahal sesuatu yang melekat pada dirinya jauh lebih banyak dan bisa menjadi harapan untuk bangkit menatap masa depan.

Jika ia memiliki sedikit, jadilah ia pengeluh bahkan mengomel mengapa sedikit. Dan yang pernah datang dahulu, nikmat yang berlimbah dan banyak dilupakannya. Demikianlah sering kita saksikan sikap manusia terhadap sesuatu yang datang dan pergi dalam kehidupannya.

Mengapa Orang Semakin Kaya Semakin Pelit?
Yang lebih menarik lagi Bagaimana memahami makna ayat ini dari sudut pandang yang berbeda? Mengapa tidak sedikit manusia yang mencintai hartanya secara berlebihan, sehingga orang lain mengecapnya sebagai orang kikir atau pelit?

Besar kemungkinan penyebabnya adalah latar belakang keluarganya. Keluarganya sangat miskin dan tidak mampu mengajarkan nilai-nilai kesalehan menyikapi harta. Akibatnya, saat orang itu dewasa dan dapat mengumpulkan harta secara tidak sadar terjebak dendam kemiskinan’. Dendam kemiskinan bisa tersalur pada kerja keras, mencintai harta secara berlebihan, dan kikir.

Kemiskinan di sini bukan hanya miskin harta, tapi miskin dari ilmu dan iman. karena tidak jarang kita temukan, ada orang yang hidup dalam kondisi kaya raya, tapi sebab miskin ilmu agama menyebabkan dirinya kikir. 

Jumat, 10 Maret 2017

Saat Semua Berpaling – Kisah Ka’ab bin Malik, Rodhiyallahu ‘Anhu #1


Suasana Masjid Agung Al-Azhar tampak penuh, kaum muda tumpah ruah memadati setiap shof di dalam masjid. Tiang-tiang kamera berdiri gagah di tengah untuk mendokumentasikan kisah Ka’ab bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu yang diceritakan oleh Ustadz Muhammad Nuzul Dzikry, Lc. MC yang memandunya pun sangat gaul, dengan istilah dan gaya bahasa anak muda memulai acara dengan membagikan doorprize.

Kajian kita kali ini akan membahas sebuah kisah kepahlawanan dari salah satu sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, yakni Ka’ab bin Malik RadhiAllahu’anhu. Dimana kisah ini terjadi pada salah satu momen peperangan besar kaum muslim melawan bangsa Romawi yang terjadi pada tahun 9 hijriah.

Namun kisah ‘kepahlawanan’ ini bukanlah menceritakan pengorbanan seorang panglima di medan perang, bukanlah menceritakan seorang pemanah handal yang heroik menumpas musuh, apalagi pasukan garda depan, tapi uniknya karena justru yang dikisahkan adalah kesalahan seorang sosok sehingga ia tidak memiliki andil dalam peperangan ini.

Kisah ini menceritakan bagaimana Ka’ab bin Malik RadhiAllahu’anhu tidak ikut berangkat dalam kafilah perang Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, karena sebuah kekhilafan. Tapi justru kesalahan beliau di perang Tabuk inilah yang mencatatkan namanya sebagai seorang pahlawan. Beliau menjadi inspirator, khususnya bagi orang-orang yang pernah membuat kesalahan dalam hidupnya.

Dialah Ka’ab bin Malik RadhiAllahu’anhu. Seorang pemuda dari kaum Anshar yang tidak pernah absen ajakan jihad oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam kecuali perang badar. Dimana dirinya pun pernah menjadi satu dari 70 penduduk Madinah yang mengikuti bai’at Aqobah, janji setia kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Namun dirinya melakukan sebuah kelalaian yang fatal ketika momen ajakan perang Tabuk. Meski demikian, atas kesalahan yang dilakukannya dirinya mendapatkan hukuman, serta merta karena ketepatan sikapnya, justru telah mengantarkan dirinya from Zero to Hero.

Kamis, 09 Maret 2017

Mau Sampai Kapan, Segera Putuskan Benang Itu

Mon, December 14, 2009 3:46:28 PM

Surat-surat itu masih saya simpan dengan rapi, 1 bulan setelah kepulangan kami menjadi relawan gempa di Sumatera Barat. Salah satu surat yang menghembuskan semangat dikala terik matahari sedang bersinar terang. Baca juga: Catatan Relawan 1 dan Catatan Relawan 2

Sahabat, setiap kita pasti memiliki masa saat-saat kebimbangan dan keraguan dalam melangkah datang menghampiri. Ia tidak mau pergi dan selalu menghantui kemana kemana pun kita pergi.

Apakah Anda pernah menjumpai moment yang mengharuskan Anda mengambil keputusan? Bisa seputar karir, study, pindahan, atau mungkin pernikahan. Saya pernah mengalami masa-masa berat dalam mengambil keputusan dalam hidup.

Baca Juga: Rahasia Agara Karir Anda Semakin Berkembang dan Tiga Hal Yang Menghambat Karir

Saat itulah datang surat-surat yang menyemangati untuk memutus rantai yang membelenggu.

Rio,
"Seutas benang itu sesungguhnya hanya ada dalam pikiran Anda!"

Cinta Kepada Anak Adalah Sebuah Anugrah Allah kepada HambaNya

Sahabat, Salah satu perasaan yang mulia yang Allah tanamkan di dalam hati kedua orang tua adalah rasa kasih sayang kepada anak-anak. Ini adalah perasaan yang mulia di dalam mendidik anak dan mempersiapkan mereka memperoleh hasil yang terbaik dan pengaruh yang besar.

Hati yang tidak memiliki kasih sayang akan membuahkan sifat keras dan kasar tidak mustahil dari sifat-sifat buruk inilah akan menimbulkan prilaku-prilaku menyimpang pada anak-anak, membawa dekadensi moral, kebodohan, dan kesusahan.

Karena itu, di dalam syariat Islam sangat menanamkan rasa sayang dan meotivasi orang-orang dewasa dari kalangan bapak-bapak, pendidik, penanggung jawab untuk menghiasi diri dengannya. Demikian ini adalah bentuk kasih sayang Rasululloh dan motivasi dari beliau kepada orang-orang dewasa untuk menghiasi diri dengannya.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi, hadist riwayat dari Sahabat ‘Amr bin Syu’aib dari bapaknya bahwa kakeknya berkata, Rosulullah Sholaullohhu ‘alihi wassalam bersabda:
“Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak menyayangi yang masih kecil dan yang menghormati yang sudah tua”

Pentingnya Peran Ayah Dalam Perkembangan Anak

Renungan untuk para ayah dan calon ayah.

Tidak lama saya berada di ruangan ini hanya sekitar 20 menit, namun luar biasa tamparan besar buat saya, karena kekurangsyukurnya saya, karena kesombongan saya, karena keterlenaan saya.

Ruangan klinik tumbang masih sepi hanya ada 3 pasien.

Sudut pandangan yang pertama, duduklah saya disamping seorang ibu yang sangat muda menggendong babynya yang sepertinya microchepaly (ukuran kepala kecil) yang artinya membuat perkembangan motorik anak menjadi terganggu, di usianya yang sudah 9 bulan, dia belum sanggup mengangkat kepalanya. Yang membuat saya kagum si ibu ini hanya datang sendiri tanpa suami dan keluarganya. Padahal dalam keadaan demikian saya yakin perempuan butuh laki-laki.

Di sudut pandangan sebelah timur, tampak seorang ibu yang sudah kelihatan agak sepuh sedang menitah anaknya. Ya, anak itu sudah berusia 5 tahun tapi belum bisa berjalan, menurut sang ibu (sebelumnya saya kira neneknya) anaknya terdiagnosa down syndrome. Dan lagi-lagi ibu itu hanya ditemani oleh anak perempuannya yang masih SMA.

Di sudut pandangan depan saya, seorang anak sedang di terapi speech delayed. Dia masih kesulitan dan malas bicara padahal usianya sudah 4 tahun. Hanya ada 2 kata yang selalu diucap yaitu mamah dan maem. Dan sekali lagi tidak tampak sosok laki-laki di dekatnya, hanya ada mamah dan neneknya.

Tidak berapa lama, beliau datang dan meminta saya ke ruangan dan tidak sampai 3 menit urusan acc ujian beres, selebihnya kami banyak berbincang. Penasaran saya tanyakan makna dan maksud beliau memajang gambar "fathers touch". Penjelasan beliau panjang lebar yang intinya saat ayah memeluk, menyentuh sesungguhnya ia sedang mentransfer kemampuan dan kemandirian pada diri anak. Selain itu aspek yang sifatnya berani berinteraksi dengan figur otoritas yang dimiliki ayah. Hmmmm....dalam sekali maknanya.

Rabu, 08 Maret 2017

Mentauladani Sifat Allah Al-Lathif (Yang Maha Lembut)

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Bagaimana kabarnya hari ini sahabat? Semoga Keselamatan, rahmat, dan barokah dari Allah selalu menyertai kita semua.

Semoga Allah Subhanahuwata’ala mengkaruniakan kepada kita kepekaan, karena orang-orang yang peka Insya Allah akan bisa berbuat lebih banyak dibanding orang yang tidak peka terhadap keadaan.

Mengapa ini penting? Karena ada saja manusia yang kehilangan sesuatu, seolah-olah ia kehilangan segalanya. Padahal jika kita menghitung nikmat Allah yang masih ada tentu jauh lebih banyak dari kehilangan yang ia alami.