Rabu, 10 Februari 2016

Pengaruh Al Qur’an di dalam Diri dan Masyarakat



Keterikatan Seorang Muslim dengan Al Qur’an
           
Sebagai tuntutan dari keimanan seorang muslim kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah keimanannya kepada Kitab-kitab-Nya, termasuk Al-Qur’an Al-Karim. Kitab Allah yang mengandung petunjuk-petunjuk dari-Nya, menguatkan keimanan bagi orang-orang yang berinteraksi dengannya serta kelak di hari akhir akan memberikan syafaat kepada para pencintanya.

            Seorang yang senantiasa mengikatkan diri dan kehidupannya dengan Al-Quran maka ia tidak akan mengalami kesesatan di dunia dan kelak akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat.

فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى    

Artinya : “Maka barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha : 123)

Sebaliknya siapa pun yang membelakangi Al-Qur’an atau menjauhkannya dari diri dan kehidupannya maka ia akan mendapatkan kesempitan di kehidupan dunianya dan kesengsaraan di kehidupan akhiratnya, naudzu billah.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
Artinya : “Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta".  (Thaha : 123)

Sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam :

إِنِّي تَارِكٌ فِيكُمْ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِي أَحَدُهُمَا أَعْظَمُ مِنْ الْآخَرِ كِتَابُ اللَّهِ حَبْلٌ مَمْدُودٌ مِنْ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ وَعِتْرَتِي أَهْلُ بَيْتِي وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ فَانْظُرُوا كَيْفَ تَخْلُفُونِي فِيهِمَا

Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya aku telah meninggalkan untuk kalian sesuatu yang sekiranya kalian berpegang teguh kepadanya, niscaya kalian tidak akan tersesat sepeninggalku, salah satu dari keduanya itu lebih agung dari yang lain, yaitu; kitabullah adalah tali yang Allah bentangkan dari langit ke bumi, dan keturunanku dari ahli baitku, dan keduanya tidak akan berpisah hingga keduanya datang menemuiku di telaga, oleh karena itu perhatikanlah, apa yang kalian perbuat terhadap keduanya sesudahku." (HR. Tirmidzi)

Berpegang teguh dengan al Qur’an dan as Sunnah bukan hanya mencukupkan diri dengan membacanya saja akan tetapi juga mentadabburi, menghafalkan, mendakwahkan serta memperjuangkan penerapannya di dalam kehidupan umat manusia. 
Pengaruh al Qur’an dalam Kehidupan Mukmin

            Diantara nilai-nilai kebaikan yang akan muncul didalam diri seseorang yang senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur’an, adalah :         

  1. Mendapatkan Pengajaran dan Pengetahuan dari  Allah swt

Al Qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan yang memberikan manfaat bagi manusia baik untuk kehidupan dunia maupun akheratnya. Dengan ilmu, manusia mampu mencapai derajat tertingginya diantara semua makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebaliknya tanpa ilmu maka manusia akan mencapai derajat terendahnya hingga di bawah derajat seekor binatang. Tepatlah apa yang dikatakan al Imam al Hasan al Bashri,”Kalaulah bukan karena ilmu pastilah manusia seperti binatang-binatang ternak.”

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu.” (QS. Yunus : 57)

Al Harits berkata; "Aku pernah lewat masjid, sedangkan orang-orang tengah larut dalam pembicaraan yang bathil, lalu aku menemui Ali, aku berkata; "Wahai Amirul Mukminin, apa anda tidak melihat orang-orang tengah larut dalam pembicaraan yang bathil (dengan mengabaikan membaca Al Qur'an -pent)?, " Ali bertanya; "Apakah mereka telah melakukannya?" Aku menjawab; "Ya." Ali berkata; "Ingatlah, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Ingatlah, sesungguhnya akan terjadi fitnah." Lalu aku bertanya; "Bagaimana solusinya wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Kitab Allah, di dalamnya ada kisah tentang peristiwa sebelum kalian, dan setelah kalian, hukum perkara diantara kalian, ia adalah (firman) yang memisahkan (antara yang hak dan yang bathil), bukan senda gurau, barangsiapa meninggalkannya karena bersikap sombong, maka Allah akan membinasakannya, dan barangsiapa mencari petunjuk pada selainnya, maka Allah akan menyesatkannya, ia adalah tali Allah yang kokoh, ia adalah peringatan yang bijaksana, ia adalah jalan yang lurus, dengannya keinginan-keinginan tidak akan menyimpang dan dengannya lisan-lisan tidak akan samar, ulama tidak pernah puas darinya, tidak usang meski sering diulang-ulang dan keajaiban-keajaibannya tidak kunjung habis, ia juga yang menyebabkan jin-jin tidak berhenti mendengarnya hingga mereka berkata; "Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur`an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya." (Al-Jinn: 1-2), barangsiapa berkata dengannya, maka ia benar, barangsiapa mengamalkannya, maka ia diberi pahala, barangsiapa memutuskan perkara dengannya, maka ia adil dan barangsiapa menyeru kepadanya, maka ia diberi petunjuk menuju jalan yang lurus, ambillah ia untukmu, wahai A'war."

  1. Memiliki hati yang senantiasa terjaga

Hati memegang peranan di dalam mengarahkan perilaku seseorang. Karena itu kebersihan hati seseorang menjadikan perilakunya lurus dan benar sebaliknya kekotoran hati seseorang menjadikan prilakunya menyimpang dari aturan-aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
                              
Hati ini pula yang menjadi pusat serangan setan di dalam menundukan manusia lalu mengajak mereka kepada jalannya yang sesat. Berbagai upaya setan terus-menerus dilakukan dari berbagai sisi kehidupan. Dia mencoba menguasai manusia melalui bisikan harta benda, istri, anak-anak, jabatan, kekuasaan atau kenikmatan-kenikmatan dunia lainnya. Tidak sedikit manusia yang berhasil ditaklukan olehnya sehingga menjadi para pengikutnya.

Hal demikian dikarenakan ketidaksiapan hati mereka menerima serangan bertubi-tubi yang dilalancarkan setan. Dan yang bisa menundukkan serangan-serangan setan itu adalah kebersihan hati dengan senantiasa mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebaik-baik dzikir adalah membaca Al Qur’an.

Al Qur’an menjadikan seseorang memiliki hati yang lurus, bersih dan senantiasa tertambat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, meskipun jasad mereka di bumi namun hati mereka telah berada dilangit. Al Qur’an yang dihafal di dalam hatinya  akan mampu membentenginya dari berbagai penyakit hati, ia juga obat terhadap berbagai penyakit yang menghinggapi  hatinya, sebagaimana firman Allah swt.

وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ
Artinya : “Penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada.” (QS. Yunus : 57)

  1. Senantiasa Mendapatkan Arahan Allah swt

Diantara sebab ketergelinciran banyak manusia dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah jauhnya mereka dari petunjuk-Nya. Mereka bagaikan orang-orang yang berada di sebuah lautan luas tanpa mengetahui arah mana yang harus ditempuhnya. Akibatnya… mereka tidak akan pernah sampai kepada tujuannya bahkan hidup mereka hanya diombang-ambingkan oleh badai dan ombak di lautan tersebut sambil menunggu akan datangnya pertolongan atau maut menjemputnya.

Orang yang menjadikan al Qur’an dihadapannya dengan membaca, mentadabburi dan menghafalnya maka sungguh ia telah memiliki petunjuk dan arahan yang dapat membawanya sampai kepada tujuan yang diharapkan, yaitu kebahagiaan di dunia dan akherat, sebagaimana firman Allah swt :

وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya : “(sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman.” (QS. Yunus : 57)

Orang yang berpegangan kuat dengan al Qur’an maka bagaikan seorang yang memiliki cahaya ditengah kegelapan yang pekat, sebagaimana firman-Nya :


أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya : “Dan Apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am “ 122)

Makna cahaya didalam ayat tersebut adalah al Qur’an sebagaimana disebutkan Ibnu Katsir didalam tafsirnya. Dengan cahaya itu, ia mengetahui bagaimana melintasi jalanan yang gelap itu agar tidak mendapatkan kecelakaan dan selamat sampai di tujuan.

  1. Bekal Perubahan diri dan Masyarakat

Kita menyaksikan didalam sejarah perjalanan umat ini orang-orang mulia dan para pejuang perubah dunia yang telah menorehkan sebuah peradaban paling unggul dari semua peradaban yang pernah ada di muka bumi ini. Mereka adalah para sahabat radhiyallahu anhum, suatu generasi terbaik yang tidak akan pernah bisa disamai oleh umat manusia lainnya hingga hari kiamat.

Allah dan Rasul-Nya secara tegas dan terang menyebutkan mereka sebagai umat terbaik “khairu ummah  didalam surat ali Imran : 110

خَيْرُ أُمَّتِي الْقَرْنُ الَّذِينَ بُعِثْتُ فِيهِمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

Artinya : "Sebaik-baik generasi adalah generasi saat aku diutus di dalamnya, kemudian generasi setelah mereka, kemudian generasi setelah mereka.” (HR. Abu Daud)

Mereka adalah pribadi-pribadi Qurani yang senantiasa mengucurkan air mata tatkala membaca al Qur’an di shalat-shalat malam mereka dan tatkala bermunajat dan beristighfar di ujung-ujung malam mereka. Namun sifat-sifat itu semua tidaklah menjadikan mereka lemah di siang hari didalam mencari karunia Allah yang telah disebarkan di sekitar mereka.

Tatkala datang waktu-waktu jihad di jalan Allah maka mereka adalah orang-orang yang sangat antusias menyambutnya karena disitulah ditanamkan puncak cita-cita mereka yaitu mendapatkan syahid di jalan-Nya. Mereka menerjang musuh-musuh dan para penentang Allah bak singa-singa lapar yang siap menerkam mangsanya.

إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
Artinya : “'Sesungguhnya Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al Qur`an) dan menghinakan yang lain dengannya.'" (HR. Muslim)
                                                                                     
Demikianlah beberapa pengaruh al Qur’an didalam membentuk diri setiap mukmin yang antusias didalam berinteraksi dengannya. Mereka menjadi orang-orang yang paling berbahagia di dunia diantara semua makhluknya sebagaimana mereka pun kelak akan mendapatkan kebahagiaan di akirat berupa derajat yang tinggi dan surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam :

يقال لقارئ القرآن: اقرأ وارتق ورتل كما كنت ترتل في الدنيا فإن منزلتك عند آخر آية تقرؤها”.
Artinya,”Dikatakan kepada para pembaca al Qur’an,”Baca, naik dan tartilkanlah sebagaimana engkau telah mentartilkannya di dunia. Maka sesungguhnya kedudukan kamu pada akhir ayat yang kamu baca.” (HR. Tirmidzi)

عن عائشة رضي الله عنها أن )فَمَن دَخَلَ الجَنَّةَ مِن أَهلِ القُرآنِ فَلَيسَ فَوقَهُ دَرَجَةٌ) قال الحاكم: إسناده صحيح .
Artinya : ”Dari Aisyah,Dan barangsiapa yang masuk surga dari kalangan ahli al Qur’an maka tidaklah ada satu derajat pun diatasnya.” Al Hakim mengatakan bahwa sanadnya shahih

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita orang-orang yang senantiasa memelihara dan menjaga al Qur’an dan bersabar terhadapnya sehingga kelak Dia memilih kita menjadi orang-orang yang diangkat derajatnya di dunia dan akhirat. Amin

Wallahu A’lam

Disampaikan pada Pengajian Malam Kamis di Masjid Al-Farabi Unmuh Bengkulu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.