Jumat, 12 Februari 2016

Skala Prioritas


Sumber : Google

Salah satu ilmu yang super penting dalam hidup adalah Ilmu Prioritas. Seseorang dapat mendahulukan sesuatu yang lebih penting diantara yang penting. Tentu banyak hal yang kita anggap penting, tetapi sudah tahukah kita diantara yang penting itu ada hal yang terbesar dan terpenting yang harus kita dahulukan?

Tidak sedikit manusia hari ini mengalami kekosongan dalam jiwanya karena tidak mengetahui apa yang sebenarnya yang ia inginkan? Jika sudah mendapatkan sesuatu pun ia masih bingung, kelihatannya ada yang kurang dalam hidupku.

Kata kuncinya semuanya butuh ilmu. Contoh sederhana saja banyak orang yang melakukan perkara sunnah tetapi mengabaikan kewajiban. Ilustrasinya ada orang yang berpuasa sunnah tetapi ketika belajar ia tampak lesu dan loyo akhirnya tidur-tiduran seharian, padahal menuntut ilmu adalah wajib.

Oleh karena itu, jika kita mau puasa sunnah persiapkanlah dengan baik agar tidak menyebabkan kita kehilangan semangat dalam belajar, bekerja, dan beribadah. Kalaupun fisik dan stamina kita kuat, Alhamdulillah. 

Begitu juga, hari ini banyak orang yang mendahulukan teman-temannya daripada orang tuanya. Padahal surga dan kebahagiaan kita ada di rumah. Kunci keberhasilan yang dapat memuluskan jalan kita ada di rumah. Kesuksesan di luar, pasti selalu di mulai dari rumah.

Apalah artinya kita menjadi orang yang terkenal, populer, hebat di luar, tetapi asing di keluarga sendiri. Tentu akan terjadi jurang yang sangat dalam. Akibatnya, keluarga menjadi kehilangan jati diri, khususnya anak-anak. Makanya timbulah penyakit LGBT.

Satu-satunya harapan kita untuk menjaga generasi ke depan adalah memperkuat institusi keluarga sebagai garda terdepan. 

Seorang guru besar di depan audiens nya memulai materi kuliah dengan menaruh toples yang bening & besar di atas meja.

Lalu sang guru mengisinya dengan bola tenis hingga tidak muat lagi. Beliau bertanya: "Sudah penuh?"
Audiens menjawab: "Sudah penuh".

Lalu sang guru mengeluarkan kelereng dari kotaknya & memasukkannya ke dalam toples tadi. Kelereng mengisi sela-sela bola tenis hingga tidak muat lagi. Beliau bertanya: "Sudah penuh?"

Audiens menjawab: "Sudah penuh".

 Setelah itu sang guru mengeluarkan pasir pantai & memasukkannya ke dalam topless yang sama. Pasir pun mengisi sela-sela bola & kelereng hingga tidak bisa muat lagi. Semua sepakat kalau topless sudah penuh & tidak ada yang bisa dimasukkan lagi ke dalamnya.

Tetapi terakhir sang guru menuangkan secangkir air kopi ke dalam toples yang sudah penuh dengan bola, kelereng & pasir itu.

Sang Guru kemudian menjelaskan bahwa:

"Hidup kita kapasitasnya terbatas seperti  topless. Masing-masing dari kita berbeda ukuran toplesnya:
 Bola tenis adalah hal-hal besar dalam hidup kita, yakni tanggung-jawab terhadap Tuhan, orang tua, istri/suami, anak-anak, serta makan, tempat tinggal & kesehatan.

Kelereng adalah hal-hal  yang penting, seperti  pekerjaan, kendaraan, sekolah anak, gelar sarjana, dll.

Pasir adalah yang lain-lain dalam hidup kita, seperti olah raga, bersyair, rekreasi, Facebook, BBM, WA, nonton film, model baju, model kendaraan dll.

Jika kita isi hidup kita dengan mendahulukan pasir hingga penuh, maka kelereng & bola tennis tidak akan bisa masuk. Berarti, hidup kita hanya berisikan hal-hal kecil. Hidup kita habis dengan rekreasi dan hobby, sementara Tuhan dan keluarga terabaikan.

 Jika kita isi dengan mendahulukan bola tenis, lalu kelereng dan seterusnya seperti tadi, maka hidup kita akan lengkap, berisikan mulai dr hal-hal yang besar dan penting hingga hal-hal yang menjadi pelengkap.

Karenanya, kita harus mampu mengelola hidup secara cerdas & bijak. Tahu menempatkan mana yang prioritas dan mana yang menjadi pelengkap. 

Jika tidak, maka hidup bukan saja tidak lengkap, bahkan bisa tidak berarti sama sekali".

Lalu sang guru bertanya: "Adakah di antara kalian yang mau bertanya?" 

Semua audiens terdiam, karena sangat mengerti apa inti pesan dalam pelajaran tadi.

Namun, tiba2 seseorang nyeletuk bertanya: "Apa arti secangkir air kopi yang dituangkan tadi .....?"

Sang guru besar menjawab sebagai penutup: "Sepenuh dan sesibuk apa pun hidup kita, jangan lupa masih bisa disempurnakan dengan bersilaturahim sambil "minum kopi" (teh juga boleh, jus buah apalagi sangat menyehatkan)  dengan tetangga, teman, sahabat yang hebat. Jangan lupa sahabat lama.

Saling bertegur sapa, saling senyum bila berpapasan ..... betapa indahnya hidup ini !

Sahabat, dalam hidup kita perlu keseimbangan. Jangan hanya sibuk memperjuangkan banyak orang, tetapi keluarga sendiri ditelantarkan. atau sebaliknya, memperhatikan keluarga saja, tanpa peduli dengan orang lain juga kurang tepat. Tetapi yang paling sering, para pejuang mengabaikan keluarga.

Yang terpenting dari semua itu, Prioritaskan Alloh dalam hidup, maka Alloh Akan prioritaskan kita dalam setiap desah nafas kita hingga akhir kehidupan sampai kita bertemu dengan-Nya di Jannah-Nya nanti.

Mulai sekarang, lakukanlah sesuatu dari yang terpenting baru yang penting. semoga hidup kita semakin bahagia, sukses, mulia di dunia dan di surga. Aaamin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.