Kamis, 08 Oktober 2015

Kunci Memenangkan Persaingan MEA

Dengan nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang

Apakah Anda pernah mendengar tentang MEA? Di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan hari ini, tidak sedikit masyarakat kita yang belum mengetahui tentang MEA (Mayarakat Ekonomi Asean). Tapi pertanyaannya pentingnya, apa yang harus kita persiapkan dan bagaimana kita menghadapinya?

Kemaren pagi subuh dalam penerbagangan dari Bengkulu ke Jakarta ada beberapa diskusi menarik saya dengan salah satu pengusaha dan kami sepakat tentang beberapa hal. Bagaimana cara memenangkan persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Pertama. Biasakan bekerja dengan skala prioritas. 

Sahabat di depan kita saat ini banyak sekali pekerjaan, namun waktu yang tersedia sama 24 jam. Alloh Sang Pencipta manusia sangat memperhatikan dan mengingatkan manusia tentang pentingnya waktu. Wal’ashr, wal fajr, wadhuha, wallail, dsb. 

Mungkin Anda sudah banyak belajar tentang bagaimana tips efektif memanajemen waktu. Saya masih ingat pesan guru saya, jika Anda ingin memanajemen waktu secara efektif dan efisien maka manage lah waktu Anda berdasarkan sholat lima waktu. Baru-baru ini saya merenung, ternyata waktu sholat bukan hanya mengatur tentang kapan kita sholat, tetapi waktu sholat juga mengatur pola hidup kita, mengatur waktu makan kita, mengatur kapan kita tidur, kapan kita bangun, dsb. Subhanaulloh begitu dahsyatnya islam.

Mereka yang menang bukanlah mereka yang mengerjakan semua hal. Tetapi mereka yg tahu mana yang penting dan mana yang tidak. Islam tidak mengajarkan kita menjadi manusia yang pasif dan menerima takdir tanpa usaha yang sungguh-sungguh dalam memperbaikinya. Oleh karena itu, ilmu adalah kuncinya agar kita mengetahui dan mendahulukan pekerjaan yang lebih penting diantara yang penting. 

Para pemenang adalah mereka yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang memberikan hasil terbesar. Perioritaskan dan kejarlah sungguh-sungguh akhirat, tetapi jangan lupakan dunia sebagai tempat kita hidup saat ini.

Para pemenang adalah mereka yang juga mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang paling berharga dalam hidupnya. Lagi-lagi ini membutuhkan ilmu, perioritaskanlah Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pegangan hidup, baca, pahami, amalkan, dan dakwahkan dengan berbagai cara, baik di bidang pendidikan, ekonomi dengan menjadi pengusaha yang jujur, dsb. Ajarkan Anak Al-Qur'an, maka Al-Qur'an akan mengajarkan mereka segalanya.

Orang-orang yang bekerja hanya karena mencari penghasilan, pelan namun pasti akan tersingkir dari persaingan. Kenapa? Karena dia tidak akan memberikan energi terbaiknya karena karyanya dibatasi dengan harga yang dibayar orang lain. Oleh karena itu sahabat, berikanlah yang terbaik di setiap kesempatan dan pekerjaan Anda.

Mereka orang yang kerja karena uang saja akan kalah dengan orang-orang yang bekerja karena merasa bahwa pekerjaannya sangat berharga bagi hidupnya. Oleh karena itu, ingatlah bekerja adalah ibadah. Tetap bekerjalah walaupun Anda sudah kaya karena itu adalah Ibadah.

Kedua. Orang yang menang di MEA nanti adalah orang yang senang bersinergi. 

Sejak mahasiswa saya sangat yakin kekuatan sinergi. Bahkan di dalam buku pertama kami “Setiap Orang Berhak Sukses”, kami membuat satu bab khusus “Bersinergi”.  Bagi Anda yang masih bermental “aku” siap-siap Anda terlindas zaman. Karena kesuksesan kita, pasti melibatkan banyak pihak.

Saat era persaingan bebas, era-nya adalah era “kita” bukan era “aku”. Salah satu tujuan Rosululloh saw di utus adalah untuk memecah ego manusia. Berat, tapi bukan tidak mungkin jika kita latih dan usahakan untuk membiasakannya. Belajarlah untuk berbagi, berbagi pikiran, ilmu, tenaga, uang, waktu, untuk orang lain.

Anda perlu melakukan sinergi dengan berbagai pihak yang saling menguatkan dan saling memberi manfaat. Hilangkan fanatisme kelompok, kita tidak bisa membangun negeri ini seorang diri. 

Sehebat apapun Anda, apabila di tahun 2015 Anda masih dominan bermental “aku” bersiaplah kehidupan Anda semakin meredup dan tertelan. Oleh karena itu, milikilah komunitas yang baik dan positif khususnya untuk masalah akhirat kita, dan jangan lupakan dunia sebagai tempat menanam.

Ketiga. Selalu solutif. 

Orang yang solutif lebih banyak mengajukan pertanyaan “Bagaimana?” dibandingkan pertanyaan “mengapa?”. Sebagai contoh, begitu banyak karyawan bertanya mengapa kehidupan saya begini terus? Mengapa gaji saya kecil? Atau pelajar yang bertanya mengapa orang tua saya miskin? Mengapa saya tidak punya fasilitas seperti mereka? Mengapa jika saya bicara, orang tidak memperhatikan saya?

Pertanyaan bagaimana akan melahirkan banyak solusi. Sementara pertanyaan mengapa akan melahirkan banyak alasan. Oleh karena itu, gantilah pertanyaan Anda, coba bandingkan pertanyaan di atas dengan pertanyaan, bagaimana supaya saya bisa memberikan yang terbaik di kantor, kampus, sekolah, atau perusahaan saya?  Pasti jawabannya akan lebih oke.

Ingatlah Alloh lah Sang Pemberi Rezeki, Perkuat, jaga selalu hubungan baik dan harmonis dengan Alloh swt. Semoga keselamatan, rahmat dan barokah Alloh selalu menyertai kita semua.

Jakarta, 24 Dzulhijjah 1436 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.