Dengan nama
Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang
Apakah Anda
pernah mendengar tentang MEA? Di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan
hari ini, tidak sedikit masyarakat kita yang belum mengetahui tentang MEA (Mayarakat
Ekonomi Asean). Tapi pertanyaannya pentingnya, apa yang harus kita persiapkan
dan bagaimana kita menghadapinya?
Kemaren pagi
subuh dalam penerbagangan dari Bengkulu ke Jakarta ada beberapa diskusi menarik
saya dengan salah satu pengusaha dan kami sepakat tentang beberapa hal. Bagaimana
cara memenangkan persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Pertama. Biasakan
bekerja dengan skala prioritas.
Sahabat di
depan kita saat ini banyak sekali pekerjaan, namun waktu yang tersedia sama 24
jam. Alloh Sang Pencipta manusia sangat memperhatikan dan mengingatkan manusia
tentang pentingnya waktu. Wal’ashr, wal fajr, wadhuha, wallail, dsb.
Mungkin Anda
sudah banyak belajar tentang bagaimana tips efektif memanajemen waktu. Saya masih
ingat pesan guru saya, jika Anda ingin memanajemen waktu secara efektif dan
efisien maka manage lah waktu Anda berdasarkan sholat lima waktu. Baru-baru ini
saya merenung, ternyata waktu sholat bukan hanya mengatur tentang kapan kita
sholat, tetapi waktu sholat juga mengatur pola hidup kita, mengatur waktu makan
kita, mengatur kapan kita tidur, kapan kita bangun, dsb. Subhanaulloh begitu
dahsyatnya islam.
Mereka yang
menang bukanlah mereka yang mengerjakan semua hal. Tetapi mereka yg tahu mana yang penting dan mana yang tidak.
Islam tidak mengajarkan kita menjadi manusia yang pasif dan menerima takdir
tanpa usaha yang sungguh-sungguh dalam memperbaikinya. Oleh karena itu, ilmu
adalah kuncinya agar kita mengetahui dan mendahulukan pekerjaan yang lebih
penting diantara yang penting.
Para
pemenang adalah mereka yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang memberikan
hasil terbesar. Perioritaskan dan kejarlah sungguh-sungguh akhirat, tetapi
jangan lupakan dunia sebagai tempat kita hidup saat ini.
Para
pemenang adalah mereka yang juga mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang paling
berharga dalam hidupnya. Lagi-lagi ini membutuhkan ilmu, perioritaskanlah
Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pegangan hidup, baca, pahami, amalkan, dan
dakwahkan dengan berbagai cara, baik di bidang pendidikan, ekonomi dengan
menjadi pengusaha yang jujur, dsb. Ajarkan Anak Al-Qur'an, maka Al-Qur'an akan mengajarkan mereka segalanya.
Orang-orang
yang bekerja hanya karena mencari penghasilan, pelan namun pasti akan
tersingkir dari persaingan. Kenapa? Karena
dia tidak akan memberikan energi terbaiknya karena karyanya dibatasi dengan
harga yang dibayar orang lain. Oleh karena itu sahabat, berikanlah yang terbaik
di setiap kesempatan dan pekerjaan Anda.
Mereka orang
yang kerja karena uang saja akan kalah dengan orang-orang yang bekerja karena
merasa bahwa pekerjaannya sangat berharga bagi hidupnya. Oleh karena itu,
ingatlah bekerja adalah ibadah. Tetap bekerjalah walaupun Anda sudah kaya
karena itu adalah Ibadah.
Kedua. Orang yang
menang di MEA nanti adalah orang yang senang bersinergi.
Sejak mahasiswa
saya sangat yakin kekuatan sinergi. Bahkan di dalam buku pertama kami “Setiap
Orang Berhak Sukses”, kami membuat satu bab khusus “Bersinergi”. Bagi Anda yang masih bermental “aku” siap-siap
Anda terlindas zaman. Karena kesuksesan kita, pasti melibatkan banyak pihak.
Saat era
persaingan bebas, era-nya adalah era “kita” bukan era “aku”. Salah satu tujuan
Rosululloh saw di utus adalah untuk memecah ego manusia. Berat, tapi bukan
tidak mungkin jika kita latih dan usahakan untuk membiasakannya. Belajarlah untuk
berbagi, berbagi pikiran, ilmu, tenaga, uang, waktu, untuk orang lain.
Anda perlu
melakukan sinergi dengan berbagai pihak yang saling menguatkan dan saling
memberi manfaat. Hilangkan fanatisme kelompok, kita tidak bisa membangun negeri
ini seorang diri.
Sehebat apapun
Anda, apabila di tahun 2015 Anda
masih dominan bermental “aku” bersiaplah kehidupan Anda semakin meredup dan tertelan. Oleh karena itu, milikilah komunitas yang baik dan
positif khususnya untuk masalah akhirat kita, dan jangan lupakan dunia sebagai
tempat menanam.
Ketiga. Selalu solutif.
Orang yang solutif lebih
banyak mengajukan pertanyaan “Bagaimana?” dibandingkan pertanyaan “mengapa?”. Sebagai
contoh, begitu banyak karyawan bertanya mengapa kehidupan saya begini terus? Mengapa
gaji saya kecil? Atau pelajar yang bertanya mengapa orang tua saya miskin? Mengapa
saya tidak punya fasilitas seperti mereka? Mengapa jika saya bicara, orang
tidak memperhatikan saya?
Pertanyaan
bagaimana akan melahirkan banyak solusi. Sementara pertanyaan mengapa akan
melahirkan banyak alasan. Oleh karena itu, gantilah pertanyaan Anda, coba
bandingkan pertanyaan di atas dengan pertanyaan, bagaimana supaya saya bisa memberikan
yang terbaik di kantor, kampus, sekolah, atau perusahaan saya? Pasti jawabannya akan lebih oke.
Ingatlah
Alloh lah Sang Pemberi Rezeki, Perkuat, jaga selalu hubungan baik dan harmonis
dengan Alloh swt. Semoga keselamatan, rahmat dan barokah Alloh selalu menyertai
kita semua.
Jakarta, 24
Dzulhijjah 1436 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.