Kamis, 06 Maret 2025

Menjaga Kehormatan dan Kesederhanaan dalam Hidup: Tadabbur Surah Al-A'raf: 31


Saya pernah membaca sebuah penelitian tentang kebiasaan makan di berbagai negara. Ternyata, sekitar 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahunnya, sementara 800 juta orang di dunia masih kelaparan. Data ini membuat saya teringat pada Surah Al-A’raf ayat 31, di mana Allah memerintahkan kita untuk makan dan minum, tetapi dengan satu syarat: jangan berlebihan. Ayat ini bukan sekadar larangan, tetapi ajakan untuk hidup bijak dan penuh syukur.


يَـٰبَنِيٓ ءَادَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدٖ وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ

"Wahai anak-anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap kali ke masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (Q.S AlA'raf: 31)


Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Pesan ini begitu dalam, bukan sekadar tentang pakaian atau makanan, tetapi tentang bagaimana kita menghargai diri sendiri, menghormati tempat ibadah, dan menjaga keseimbangan dalam hidup. 

Saya teringat betapa sering kita terjebak dalam budaya konsumtif, membeli makanan berlebihan hanya untuk berakhir di tempat sampah, apalagi di bulan ramadan. Contoh paling nyata adalah ketika kita menghadiri jamuan di sebuah pesta pernikahan. Hal lain juga berlaku saat sebagian dari kita menghabiskan waktu memilih pakaian tanpa memikirkan makna di baliknya. Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala sesuatu ada ukurannya.

Ibnu Katsir, dalam tafsirnya, menjelaskan bahwa memakai pakaian terbaik saat ke masjid adalah bentuk penghormatan kepada Allah. Ini bukan tentang kemewahan, tetapi tentang kesadaran bahwa kita sedang berdiri di hadapan-Nya. Saya pernah merasakan sendiri betapa berpakaian rapi saat shalat Jumat membuat saya lebih khusyuk, seolah-olah saya sedang mempersiapkan diri untuk pertemuan yang sangat penting. Dan memang, bukankah shalat adalah pertemuan kita dengan Sang Pencipta?

Tapi ayat ini tidak berhenti di situ. Allah juga mengizinkan kita untuk menikmati makanan dan minuman, asalkan tidak berlebihan. Di era modern ini, di mana fast food dan gaya hidup konsumtif merajalela, pesan ini terasa sangat relevan. Saya pernah membaca sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa 30% makanan di dunia terbuang sia-sia setiap tahunnya. Bayangkan, di saat ada orang yang kelaparan, kita justru membuang-buang rezeki yang seharusnya bisa disyukuri. Ini adalah bentuk israf, pemborosan yang dilarang dalam Islam.

Apakah kita benar-benar menyadari dampak dari kebiasaan konsumtif kita terhadap kehidupan orang lain dan bumi yang kita tinggali?

Sayyid Qutb, dalam tafsirnya, menekankan bahwa Islam adalah agama keseimbangan. Kita boleh menikmati dunia, tetapi tidak boleh tenggelam di dalamnya. Saya sering merenungkan hal ini, terutama saat melihat fenomena overconsumption di sekitar kita. Mulai dari makanan, pakaian, hingga energi, kita sering lupa bahwa segala sesuatu yang berlebihan justru merusak. Allah mengajarkan kita untuk hidup sederhana, bukan karena Dia ingin membatasi kebahagiaan kita, tetapi karena Dia tahu bahwa kesederhanaan adalah kunci kebahagiaan sejati.

Dari sudut pandang sains, pesan ini juga sangat masuk akal. Konsumsi berlebihan, terutama makanan tidak sehat, telah terbukti menyebabkan berbagai penyakit seperti obesitas dan diabetes. Data WHO menunjukkan bahwa 39% orang dewasa di dunia kelebihan berat badan, sebuah angka yang mencerminkan betapa pentingnya pesan moderasi dalam ayat ini.

Baca juga: Kebutuhan vs Keinginan

Di sisi lain, berpakaian rapi ternyata memiliki dampak psikologis yang positif. Sebuah studi menunjukkan bahwa pakaian yang kita kenakan bisa memengaruhi suasana hati dan kepercayaan diri. Jadi, ketika kita berpakaian indah untuk beribadah, kita tidak hanya menghormati Allah, tetapi juga memperbaiki kondisi mental kita sendiri.

Ayat ini juga mengajarkan kita untuk peduli terhadap lingkungan. Pemborosan tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga bumi yang kita tinggali. Dalam konteks perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan, pesan untuk menghindari israf menjadi semakin penting. Islam mengajarkan kita untuk hidup berkelanjutan, menggunakan sumber daya secukupnya, dan tidak merusak keseimbangan alam.

Saya sering membayangkan bagaimana dunia ini jika setiap orang mengamalkan pesan dari ayat ini. Bayangkan jika kita semua berpakaian rapi saat beribadah, menghormati masjid sebagai rumah Allah. Bayangkan jika kita semua makan dan minum secukupnya, tidak membuang-buang makanan, dan hidup dengan penuh syukur. Bayangkan jika kita semua mengurangi pemborosan, menggunakan air dan energi dengan bijak, dan menjaga bumi ini untuk generasi mendatang. Betapa indahnya dunia ini.

Ayat ini adalah panduan hidup yang abadi, relevan di setiap zaman. Ia mengajarkan kita untuk menghormati diri sendiri, menghormati Allah, dan menjaga keseimbangan dalam hidup. Mari kita mulai dari hal-hal kecil: berpakaian rapi saat beribadah, makan secukupnya, dan mengurangi pemborosan. Semoga kita semua bisa menjadi hamba yang bersyukur, hidup dengan penuh kesadaran, dan menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat. Aamiin.

Apa langkah konkret yang bisa kita ambil untuk mengurangi pemborosan, baik dalam hal makanan, pakaian, maupun sumber daya lainnya, sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan kepedulian terhadap sesama?

Baca juga: Ramadan dan Manajemen Syahwat

Malang, 7 Ramadan 1446 H/ 6 Maret 2025 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.