Mengapa orang-orang kafir memiliki kehidupan yang lebih maju dan unggul dari orang muslim? Demikianlah salah satu pertanyaan yang ada dibenak orang muslim saat ini. jawabannya tentu sangat beragam. Allah dengan rahmatnya memberlakukan hukum-hukumnya yang berlaku bagi semua manusia.
Maksud hukum-hukumnya? ya, bagi orang-orang yang bekerja dan berusaha tentu akan mendapatkan hasil sesuai dengan takdir yang Allah tetapkan. walaupun ia tidak beriman? ya, walaupun ia tidak beriman. walaupun ia tidak sholat? ya, walaupun ia tidak sholat.
Mengapa?
Karena dunia yang kecil di sisi Allah, sehingga ia memberikannya kepada orang-orang yang ia cintai dan tidak ia cintai. Tetapi, Allah hanya memberikan kenikmatan beragama kepada hamba-hamba yang ia cintai.
Tidak bekerja di dunia, maka akan sengsara di dunia. kalau tidak beriman dan beribadah kepada Allah di dunia? Ada senggsara yang di segerakan dan ada juga yang ditangguhkan. Ada kenikmatan yang disegerakan dan sangat banyak ditangguhkan pembalasannya nanti di akhirat.
Bagaimana Allah menuntun hamba-hamba-Nya yang yakin akan janji-janji-Nya dan beriman kepada-Nya secara total tanpa tapi. Dalam menyikapi pergerakan manusia di seantero negeri/ dunia?
Allah berfirman,
وَ لَا تَمُدَّنَّ عَیۡنَیۡکَ اِلٰی مَا مَتَّعۡنَا بِہٖۤ اَزۡوَاجًا
مِّنۡہُمۡ زَہۡرَۃَ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۬ۙ لِنَفۡتِنَہُمۡ فِیۡہِ ؕ وَ
رِزۡقُ رَبِّکَ خَیۡرٌ وَّ اَبۡقٰی
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah
Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan
dunia untuk Kami cobai mereka dengannya.
Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.
(Q.S. Thaha (20): 131)
Ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya yang kita bahas beberapa hari yang lalu. (Baca disini: Sering dihina, dicaci, dan diremehkan orang lain? ini solusinya) Kemudian untuk menguatkan hati Rasulullah dan meneguhkan
pendiriannya dalam menghadapi perjuangan menegakkan kalimat Allah, Allah
mengamanatkan kepadanya agar dia jangan menolehkan perhatiannya kepada
kesenangan, kemewahan dan kekayaan yang dinikmati oleh sebagian orang-orang
kafir karena hal itu akan melemahkan semangatnya bila matanya telah disilaukan
oleh kilauan perhiasan dunia dan ingin mempunyai apa yang dimiliki orang-orang
kaya itu.
Saudaraku, dalam perjalanan dakwah tidak sedikit kita
menyaksikan bahwa orang yang awalnya lurus pandangannya, bersih hatinya, baik
akhlaknya, dan berdiri kokoh di atas jalan kebenaran kemudian beralih ke jalan
lain yang menjauhkannya dari jalan Allah (minimal membuatnya lalai dan rugi
untuk menginvestasikan waktunya yang berharga di dunia yang sementara ini). Mengapa?
Karena silau dengan yang dimiliki orang lain.
Mengalihkan pandangan adalah salah satu jalan agar apa yang
kita lihat tidak turun ke hati. Seperti sebuah ungkapan “dari mata turun ke hati”. Makanya
ayat di atas menyatakan “janganlah kamu
tujukan kedua matamu”. Jika mata
sudah melihat, maka bagi orang yang tidak bisa mengendalikan dirinya tentu
sesuatu yang baru saja dilihatnya akan singgah di pikiran dan jiwanya.
Semua nikmat yang diberikan kepada orang-orang kafir itu
hanyalah sementara, ibarat bunga yang sedang berkembang, tetapi tak lama
kemudian bunga yang harum semerbak itu akan layu dan berguguran daunnya satu
persatu dan hilanglah segala keindahan dan daya tariknya.
Nikmat kekayaan yang diberikan kepada orang-orang kafir itu
hanyalah buat sementara saja sebagai ujian bagi mereka, apakah dengan nikmat
Tuhan itu mereka akan bersyukur kepada-Nya dengan beriman dan mempergunakannya
untuk mencapai keridaan-Nya ataukah mereka akan tetap kafir dan bertambah
tenggelam dalam lumpur kesesatan, sehingga harta benda itu menjadi sebab
kecelakaan mereka sendiri.
Faktanya, di tengah-tengah umat muslim banyak orang yang
tidak sabar dengan ujian kekayaan, kesenangan, dan kelapangan.
Allah telah menganugerahkan kepada Nabi sebagai ganti nikmat
lahiriyah itu nikmat yang lebih baik dari itu yaitu ketenangan nanti dan
kebahagiaan yang berupa keridaan Ilahi.
Saya akan mengakhiri pembahasan ini dengan sebuah dialog yang
sangat menggugah keimanan. Untuk kita yang sering merasa hidup susah, perabotan
rumah yang terbatas, simaklah dialog ini baik-baik.
Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa ketika Umar ibnul
Khattab masuk menemui Rasulullah ﷺ di dalam suatu peristiwa yang saat itu Rasulullah ﷺ sedang mengasingkan dirinya dari
istri-istrinya, sebab beliau telah bersumpah tidak akan menggauli mereka dalam
waktu tertentu (sampai mereka sadar).
Umar ibnul Khattab melihat Rasulullah ﷺ sedang berbaring di lantai rumahnya
dengan hanya beralaskan tikar. Sedangkan di dalam rumahnya hanya ada sebuah
wadah air yang sudah lapuk, tergantung di sisi rumahnya.
Maka dengan serta-merta Umar mencucurkan air matanya.
Rasulullah ﷺ bertanya, “Hai Umar, apakah yang membuatmu menangis?”
Umar menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Kisra dan
Kaisar berada dalam kemewahannya, sedangkan engkau adalah makhluk pilihan
Allah.” Rasulullah ﷺ bersabda:
Hai Ibnul -Khattab, apakah engkau dalam keadaan ragu?
Mereka adalah kaum yang
disegerakan bagi mereka kebaikannya dalam kehidupan dunia ini.
Baca juga: Makna Hidup dalam Islam
Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling zuhud terhadap duniawi, padahal
beliau mampu menguasainya.
Apabila beliau memperoleh harta benda, maka dinafkahkan dan
dibagi-bagikannya ke sana dan kemari, kepada semua hamba Allah dan beliau tidak
pernah menyimpan sesuatu pun darinya untuk keperluan dirinya di esok hari.
Beberapa waktu yang lalu, saat Bengkulu menjadi tuan rumah
acara Tanwir Muhammadiyah se Indonesia. Ada kisah menarik yang dituturkan oleh
Mbak Wiwid (Cucu kiai Dahlan yang notabene pendiri Muhammadiyah).
Saat Nyai Dahlan sakit, Bung Karno berencana akan berkunjung
untuk membesuk beliau. Terdengarlah kabar tersebut, lalu Nyai Dahlan meminjam
kursi tamu kepada tetangganya.
Tiadanya kursi tamu di rumah pendiri Muhammadiyah ini
menandakan begitu sederhananya kehidupan mereka.
Lalu Mbak Wiwid menutup pembicaraannya, jika kita melihat
kehidupan Tokoh-tokoh Muhammadiyah terdahulu, sangat jauh berbeda dengan rumah
yang dimiliki oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah saat ini (contohnya rumah saya).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Yunus, telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku
Malik, dari Yazid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa’id, bahwa
Rasulullah ﷺ pernah
bersabda: Sesungguhnya hal yang paling aku khawatirkan terhadap kalian ialah
bila Allah membukakan bagi kalian bunga-bunga kehidupan dunia.
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang
dimaksud dengan bunga-bunga kehidupan dunia?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Keberkatan bumi.”
Ya, jika kita melihat
kondisi bangsa ini, saat kondisi masih sulit dan kita semua sepakat berjuang
merebut kemerdekaan Indonesia, kita semua mampu bersabar. Akan tetapi, ketika
kemerdekaan telah dicapai, banyak daerah otonomi di buat, jabatan pemerintahan
di buru oleh pejabat, sumber daya alam yang belum maksimal dikuasai oleh
negara. Tiba-tiba pandangan kita mulai beralih.
Kita saling berebut, saling sikut, saling hasad, dan saling
intai mengintai.
Hal di atas juga bisa terjadi dalam skala yang lebih kecil
yaitu keluarga. Pernahkah Anda mendengar dan melihat anak yang menuntut ibunya
terkait harta?
Kenikmatan dunia, keberkahan bumi suatu negara bisa menjadi
rahmat jika disyukuri dan dikelola dengan amanah untuk memakmurkan warga
negaranya. Tapi, jika tidak sumber daya alam yang melimpah bisa menjadi
malapetaka dan mimpi buruk bagi sebuah negara karena akan menciptakan
kemiskinan dan pertikaian.
Baca juga: Ketika Karunia adalah Ujian
Baca juga: Ketika Karunia adalah Ujian
Mengalihkan pandangan bukan berarti kita serta merta
meninggalkan dunia. Tetapi, kita mesti ingat bahwa kita memiliki ruh/ jiwa yang
mesti dirawat dan diberi asupan yang bergizi sebagai bekal menghadapi hidup dan
bekal kepulangan nanti di akhirat yang abadi. Selain, jasad yang membutuhkan
perawatan dan makananya untuk tumbuh sehat.
Pertumbuhan ekonomi yang mengabaikan manusia dan lingkungan
hidup tentu akan mendatangkan kegersangan, tingkat perselisihan semakin tinggi,
pencemaran alam, eksploitasi yang tidak bertanggung jawab mengakibatkan
percepatan kehidupan manusia di pentas dunia.
Mari belajar mengalihkan pandangan agar jiwamu lebih tentram
dan bahagia.
Bengkulu, 21 Jumadil Akhir 1440 H
Mantaps
BalasHapusSemoga keselamatan, rahmat, dan keberkahan Allah selalu menyertai Saudaraku Dadangsah
Hapus