Senin, 25 Februari 2019

Mengalihkan Pandangan


Mengapa orang-orang kafir memiliki kehidupan yang lebih maju dan unggul dari orang muslim? Demikianlah salah satu pertanyaan yang ada dibenak orang muslim saat ini. jawabannya tentu sangat beragam. Allah dengan rahmatnya memberlakukan hukum-hukumnya yang berlaku bagi semua manusia.

Maksud hukum-hukumnya? ya, bagi orang-orang yang bekerja dan berusaha tentu akan mendapatkan hasil sesuai dengan takdir yang Allah tetapkan. walaupun ia tidak beriman? ya, walaupun ia tidak beriman. walaupun ia tidak sholat? ya, walaupun ia tidak sholat.

Mengapa?

Karena dunia yang kecil di sisi Allah, sehingga ia memberikannya kepada orang-orang yang ia cintai dan tidak ia cintai. Tetapi, Allah hanya memberikan kenikmatan beragama kepada hamba-hamba yang ia cintai.

Tidak bekerja di dunia, maka akan sengsara di dunia. kalau tidak beriman dan beribadah kepada Allah di dunia? Ada senggsara yang di segerakan dan ada juga yang ditangguhkan. Ada kenikmatan yang disegerakan dan sangat banyak ditangguhkan pembalasannya nanti di akhirat.

Bagaimana Allah menuntun hamba-hamba-Nya yang yakin akan janji-janji-Nya dan beriman kepada-Nya secara total tanpa tapi. Dalam menyikapi pergerakan manusia di seantero negeri/ dunia?

 Allah berfirman,

وَ لَا تَمُدَّنَّ عَیۡنَیۡکَ اِلٰی مَا مَتَّعۡنَا بِہٖۤ اَزۡوَاجًا مِّنۡہُمۡ زَہۡرَۃَ الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۬ۙ لِنَفۡتِنَہُمۡ فِیۡہِ ؕ وَ رِزۡقُ رَبِّکَ خَیۡرٌ وَّ اَبۡقٰی
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya.
Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.
(Q.S. Thaha (20): 131)

Ayat ini merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya yang kita bahas beberapa hari yang lalu. (Baca disini: Sering dihina, dicaci, dan diremehkan orang lain? ini solusinya) Kemudian untuk menguatkan hati Rasulullah dan meneguhkan pendiriannya dalam menghadapi perjuangan menegakkan kalimat Allah, Allah mengamanatkan kepadanya agar dia jangan menolehkan perhatiannya kepada kesenangan, kemewahan dan kekayaan yang dinikmati oleh sebagian orang-orang kafir karena hal itu akan melemahkan semangatnya bila matanya telah disilaukan oleh kilauan perhiasan dunia dan ingin mempunyai apa yang dimiliki orang-orang kaya itu.

Saudaraku, dalam perjalanan dakwah tidak sedikit kita menyaksikan bahwa orang yang awalnya lurus pandangannya, bersih hatinya, baik akhlaknya, dan berdiri kokoh di atas jalan kebenaran kemudian beralih ke jalan lain yang menjauhkannya dari jalan Allah (minimal membuatnya lalai dan rugi untuk menginvestasikan waktunya yang berharga di dunia yang sementara ini). Mengapa? Karena silau dengan yang dimiliki orang lain.

Mengalihkan pandangan adalah salah satu jalan agar apa yang kita lihat tidak turun ke hati. Seperti  sebuah ungkapan “dari mata turun ke hati”. Makanya ayat di atas menyatakan “janganlah kamu tujukan kedua matamu”. Jika  mata sudah melihat, maka bagi orang yang tidak bisa mengendalikan dirinya tentu sesuatu yang baru saja dilihatnya akan singgah di pikiran dan jiwanya.

Semua nikmat yang diberikan kepada orang-orang kafir itu hanyalah sementara, ibarat bunga yang sedang berkembang, tetapi tak lama kemudian bunga yang harum semerbak itu akan layu dan berguguran daunnya satu persatu dan hilanglah segala keindahan dan daya tariknya.

Nikmat kekayaan yang diberikan kepada orang-orang kafir itu hanyalah buat sementara saja sebagai ujian bagi mereka, apakah dengan nikmat Tuhan itu mereka akan bersyukur kepada-Nya dengan beriman dan mempergunakannya untuk mencapai keridaan-Nya ataukah mereka akan tetap kafir dan bertambah tenggelam dalam lumpur kesesatan, sehingga harta benda itu menjadi sebab kecelakaan mereka sendiri.

Faktanya, di tengah-tengah umat muslim banyak orang yang tidak sabar dengan ujian kekayaan, kesenangan, dan kelapangan.

Allah telah menganugerahkan kepada Nabi sebagai ganti nikmat lahiriyah itu nikmat yang lebih baik dari itu yaitu ketenangan nanti dan kebahagiaan yang berupa keridaan Ilahi.

Saya akan mengakhiri pembahasan ini dengan sebuah dialog yang sangat menggugah keimanan. Untuk kita yang sering merasa hidup susah, perabotan rumah yang terbatas, simaklah dialog ini baik-baik.

Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa ketika Umar ibnul Khattab masuk menemui Rasulullah di dalam suatu peristiwa yang saat itu Rasulullah sedang mengasingkan dirinya dari istri-istrinya, sebab beliau telah bersumpah tidak akan menggauli mereka dalam waktu tertentu (sampai mereka sadar).

Umar ibnul Khattab melihat Rasulullah sedang berbaring di lantai rumahnya dengan hanya beralaskan tikar. Sedangkan di dalam rumahnya hanya ada sebuah wadah air yang sudah lapuk, tergantung di sisi rumahnya.

Maka dengan serta-merta Umar mencucurkan air matanya.

Rasulullah bertanya, “Hai Umar, apakah yang membuatmu menangis?”

Umar menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Kisra dan Kaisar berada dalam kemewahannya, sedangkan engkau adalah makhluk pilihan Allah.” Rasulullah bersabda:

Hai Ibnul -Khattab, apakah engkau dalam keadaan ragu?
Mereka adalah kaum yang disegerakan bagi mereka kebaikannya dalam kehidupan dunia ini.


Rasulullah adalah orang yang paling zuhud terhadap duniawi, padahal beliau mampu menguasainya.

Apabila beliau memperoleh harta benda, maka dinafkahkan dan dibagi-bagikannya ke sana dan kemari, kepada semua hamba Allah dan beliau tidak pernah menyimpan sesuatu pun darinya untuk keperluan dirinya di esok hari.

Beberapa waktu yang lalu, saat Bengkulu menjadi tuan rumah acara Tanwir Muhammadiyah se Indonesia. Ada kisah menarik yang dituturkan oleh Mbak Wiwid (Cucu kiai Dahlan yang notabene pendiri Muhammadiyah).

Saat Nyai Dahlan sakit, Bung Karno berencana akan berkunjung untuk membesuk beliau. Terdengarlah kabar tersebut, lalu Nyai Dahlan meminjam kursi tamu kepada tetangganya.

Tiadanya kursi tamu di rumah pendiri Muhammadiyah ini menandakan begitu sederhananya kehidupan mereka.

Lalu Mbak Wiwid menutup pembicaraannya, jika kita melihat kehidupan Tokoh-tokoh Muhammadiyah terdahulu, sangat jauh berbeda dengan rumah yang dimiliki oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah saat ini (contohnya rumah saya).

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Malik, dari Yazid ibnu Aslam, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa’id, bahwa Rasulullah pernah bersabda: Sesungguhnya hal yang paling aku khawatirkan terhadap kalian ialah bila Allah membukakan bagi kalian bunga-bunga kehidupan dunia.

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan bunga-bunga kehidupan dunia?” Rasulullah menjawab, “Keberkatan bumi.”

Ya,  jika kita melihat kondisi bangsa ini, saat kondisi masih sulit dan kita semua sepakat berjuang merebut kemerdekaan Indonesia, kita semua mampu bersabar. Akan tetapi, ketika kemerdekaan telah dicapai, banyak daerah otonomi di buat, jabatan pemerintahan di buru oleh pejabat, sumber daya alam yang belum maksimal dikuasai oleh negara. Tiba-tiba pandangan kita mulai beralih.

Kita saling berebut, saling sikut, saling hasad, dan saling intai mengintai.

Hal di atas juga bisa terjadi dalam skala yang lebih kecil yaitu keluarga. Pernahkah Anda mendengar dan melihat anak yang menuntut ibunya terkait harta?

Kenikmatan dunia, keberkahan bumi suatu negara bisa menjadi rahmat jika disyukuri dan dikelola dengan amanah untuk memakmurkan warga negaranya. Tapi, jika tidak sumber daya alam yang melimpah bisa menjadi malapetaka dan mimpi buruk bagi sebuah negara karena akan menciptakan kemiskinan dan pertikaian.

Baca juga: Ketika Karunia adalah Ujian

Mengalihkan pandangan bukan berarti kita serta merta meninggalkan dunia. Tetapi, kita mesti ingat bahwa kita memiliki ruh/ jiwa yang mesti dirawat dan diberi asupan yang bergizi sebagai bekal menghadapi hidup dan bekal kepulangan nanti di akhirat yang abadi. Selain, jasad yang membutuhkan perawatan dan makananya untuk tumbuh sehat.

Pertumbuhan ekonomi yang mengabaikan manusia dan lingkungan hidup tentu akan mendatangkan kegersangan, tingkat perselisihan semakin tinggi, pencemaran alam, eksploitasi yang tidak bertanggung jawab mengakibatkan percepatan kehidupan manusia di pentas dunia.

Mari belajar mengalihkan pandangan agar jiwamu lebih tentram dan bahagia.

Baca juga: Iri Hati, Kemerdekaan Jiwa, dan Solusi untuk Mengatasinya

Photo Credit: islami.arabmedia

Bengkulu, 21 Jumadil Akhir 1440 H

2 komentar:

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.