Berbagai tanggapan dan alasan yang dikemukakan oleh para
pendukung calon presiden menyatakan, “Alasan memilih si A adalah karena ia bisa
mempersatukan, ia bisa diterima untuk semua kalangan”. Semua tenaga, pikiran,
sumber daya dikerahkan untuk membuat persepsi masyarakat untuk menerimanya
sebagai tokoh yang merakyat dan dekat dengan rakyat.
Kita tidak bisa meraih hati semua manusia dengan semua harta
yang kita miliki. Berapa banyak yang akan kita habiskan untuk membeli hati
manusia? Tidak akan ada yang sanggup untuk membeli hati manusia. Hati mereka
terlalu mahal untuk dibeli demi kepentingan sesaat. Dan itu adalah sebuah
penghinaan terhadap kemanusiaan.
Akhlaklah yang bisa menarik manusia untuk mencintai sesama
mereka. Ingatlah, sebaik apa pun tujuan yang ingin kita tempuh, jika prosesnya
salah dan menghalalkan segala cara kita akan tetap gagal. Mengapa? Karena kita
menggadaikan akhlak sebagai hamba Allah yang diamanahkan untuk mengelola bumi
dan mengabdikan diri (hidup dan mati) untuk-Nya.
Tulisan ini berusaha untuk memberikan sumbang saran terkait pandangan mendasar yang bisa mempersatukan kita. Sebagian banyak orang menyatakan bahwa yang mempersatukan kita adalah manusia. Sehebat apapun manusia, ia
tetaplah manusia yang memiliki keterbatasan waktu untuk hidup di pentas dunia.
Salah satu tugas pemimpin adalah meletakkan pondasi agar persatuan sebuah masyarakat terus berlangsung agar pembangunan sumber daya manusia dan alam bisa berkelanjutan.
Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an:
وَ اَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ ؕ لَوۡ اَنۡفَقۡتَ مَا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا مَّاۤ اَلَّفۡتَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ اَلَّفَ بَیۡنَہُمۡ ؕ اِنَّہٗ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ
dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang
beriman).
Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di
bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah
telah mempersatukan hati mereka.
Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.
(Q.S. Al-Anfal (6): 63)
Bila kaum Yahudi dan kaum Musyrikin itu hanya hendak menipu
atau hendak menunggu-nunggu kesempatan untuk menyerang dengan adanya
perdamaian, maka Allah memberikan jaminan kepada Nabi Muhammad ﷺ. Bahwa hal itu tidak akan membahayakan kaum Muslimin.
Cukuplah Allah (sebagai pelindung), Allah senantiasa
melindungi Rasul-Nya dan melindungi Umat Islam dan akan memberikan kemenangan
kepada mereka bila musuh-musuh itu menyerang lagi.
Allah telah memperkuat kedudukan Rasul-Nya dengan pertolongan
yang diberikan-Nya kepada kaum Muslimin di masa-masa yang lalu seperti yang
terjadi pada perang Badar di mana kaum Muslimin dalam keadaan lemah dan sedikit
jumlahnya.
Mereka dapat mengalahkan kaum Musyrikin yang berlipat ganda
dan lengkap persenjataannya.
Allah telah mempersatukan hati kaum Muslimin sehingga mereka
hidup rukun dan damai sehingga cinta-mencintai dan saling tolong-menolong
merupakan satu kesatuan yang tak terpecahkan padahal mereka sebelumnya adalah
hidup bergolong-golongan dan bermusuhan antara satu golongan dengan golongan
yang lain.
Sekarang saya ingin bertanya, bukankah dalam bernegara yang
kita rindukan perdamaian? Setiap anggota masyarakat tidak saling berseteru,
berkelahi, hujat menghujat? Islam memberikan solusi yang telah teruji untuk
menyajikan suasana keadilan dan perdamian tersebut.
Tapi, kenapa di dunia islam ada beberapa negara yang konflik?
Secara umum ada dua saja yang menyebabkan kita konflik, satu
paham yang salah dan salah paham.
Semua mengklaim ia merujuk kepada Al-Qur’an dan sunnah. Kesesatan
itu bukan hanya terletak di referensinya, tetapi salah dalam memahami pesan yang terkandung
di dalam Al-Qur’an dan sunnah. Oleh karena itu, pemahaman yang benar adalah
salah satu nikmat dan karunia terbesar yang Allah berikan kepada
hamba-hambaNya.
Jika paham yang salah sudah tersebar, maka akan mudah terjadi
salah paham di masyarakat. Apalagi ada orang ketiga yang masuk untuk menyulut
konflik semakin membesar dengan dalih membawa perdamaian.
Baca juga: Kelapangan Dada
Berkaca pengalaman sejarah, mereka pada mulanya terdiri dari
kaum Muslimin yang datang ke Madinah dan kaum Ansar penduduk Madinah yang
menyambut kedatangan kaum Muslimin itu.
Kaum Ansar sendiri dahulunya terpecah belah terdiri dari suku
Aus dan Khazraj. (ini pun pernah kita alami dan hampir semua negara pernah
mengalami).
Antara kedua suku ini senantiasa terjadi permusuhan dan
peperangan. Padahal mereka satu kawasan, tidak sedikit yang masih memiliki
hubungan kekerabatan. Lalu apa yang menyebabkan mereka terus konflik dan
bagaimana solusi untuk mengakhiri itu semua?
Tetapi dengan kehendak Allah mereka semuanya menjadi umat
yang bersatu di bawah panji-panji iman, bersedia mengorbankan harta dan jiwa
untuk menegakkan kalimat Allah.
Dalam konteks konstitusi kita, dalam pembukaan UUD RI, tertulis "Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa..."
Dalam konteks konstitusi kita, dalam pembukaan UUD RI, tertulis "Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa..."
Sakali lagi, yang pertama kali ditundukkan adalah keyakinan
mereka terhadap kekuasaan Allah. Seluruh jiwa dan pikirannya tunduk, patuh dan
disertai cinta kepada yang Allah dan rasul-Nya.
Ketundukkan ini menjadi penting. Karena apa pun solusi yang
ada tanpa ketundukkan hati dan pikiran manusia kepada pencipta-Nya, potensi
konflik akan terus terjadi sampai akhir zaman.
Semua solusi yang ditawarkan hanya semu. Karena hati manusia
terus bergejolak setiap waktu dan setiap saat. Kecuali, hati dan jiwa yang
hidup di bawah naungan petunjuk sang Ilahi.
Dalam konteks Indonesia, hadiah terbesar untuk bangsa ini ketika cendikiawan muslim saat itu legowo dan menerima penghapusan tujuh kata demi persatuan. Akhirnya, pancasila mempersatukan kita saat ini sebagai kesepakatan bersama. Pancasila menyatukan 17.504 pulau, 1.340 suku bangsa, 719 bahasa daerah menurut Summer Institute of Linguistics (SIL) (652 bahasa daerah, berdasarkan hasil verifikasi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia), dan ada 6 agama, semua bisa bersatu dan rukun itu karena Pancasila.
Namun demikian, tahun-tahun berlalu. Namun sedih dalam benak Kasman
Singodimedjo tak juga beranjak. Air matanya menetes saban mengingat perannya
menyetujui penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta pada pagi 18 Agustus
1945. “Saya lah yang ikut bertanggung jawab dalam masalah ini (baca: menghapus tujuh
kata Piagam Jakarta), dan semoga Allah mengampuni dosa saya,” kata Kasman
seperti ditulis cendikiawan Muhammadiyah Lukman Harun dalam Hidup Itu Berjuang:
Kasman Singodimedjo 75 Tahun.
Kenapa saat ini masih timbul ancaman perpecahan?
Jadi, referensi itu penting sebagai rujukan saat kita
berselisih dan berbeda pandangan. Tetapi, cara memahaminya jauh lebih penting. Karena
bisa jadi, referensinya sama tetapi cara memahaminya diselewengkan sesuai
dengan nafsu manusia. (ini berlaku tidak hanya untuk Al-Qur'an, tetapi konstitusi negara)
Islam hadir bukan untuk merusak persatuan dan menghilangkan pondasi negara. Jika kita mempelajari sejarah, para pendiri bangsa sudah berdebat panjang tentang hal ini. akan tetapi, mereka saling berlapang dada menerima pandangan yang berbeda. inilah yang tidak dimiliki oleh para pemimpin bangsa saat ini. Disinilah budaya literasi menjadi penting agar kita bisa saling berlapang dada.
baca juga: Belajar dari Guru Bangsa Haji Oemar Said (HOS) TCOKROMANINOTO
Puncak dari kehidupan bernegara dan berbangsa yang berdaulat adalah melepaskan umat Islam dan bangsa Indonesia seluruhnya dari kemiskinan dan kebodohan serta menegakkan keadilan.
baca juga: Belajar dari Guru Bangsa Haji Oemar Said (HOS) TCOKROMANINOTO
Puncak dari kehidupan bernegara dan berbangsa yang berdaulat adalah melepaskan umat Islam dan bangsa Indonesia seluruhnya dari kemiskinan dan kebodohan serta menegakkan keadilan.
Orang yang terdidik tentu sangat menyadari bahwa sikap objektif mendorong kita untuk terbuka menerima argumen orang lain. Pendekatan-pendekatan yang lebih baik tentu harus kita terima dengan lapang dada. Islam mengajarkan hal itu.
Islam hadir untuk memberikan ruh pada pancasila, karena islam sama sekali tidak meniadakan pancasila. justru jika dicarikan dalilnya, pancasila lahir dari kandungan-kandungan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Katakanlah
(Muhammad), “Dia Allah Yang Maha Esa….” (QS
Al-Ikhlas/112: 1)
2. Kemanusian yang adil dan beradab
Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, hendaklah kamu jadi
manusia yang adil
(QS An-Nisa/4: 135)
3. Persatuan Indonesia
Dan Kami
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling
mengenal (QS Al-Hujurat/49: 13)
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan
perwakilan
Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya
hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan”.
(Q.S. Shaad [38]: 20)
…sedangkan urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka (QS
Asy-Syura/26: 38)
5. Keadilan sosial
bagi seluruh Rakyat Indonesia
Sesungguhnya Allah
menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan (QS
An-Nahl/16: 90)
Atas nama toleransi dan tali kebangsaan klausa tersebut dihapus. apa dampaknya? pondasi negara menjadi rapuh.
Apa itu toleransi?
Menurut para ahli, toleransi yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.
jika memang kita dituntut saling menghargai, kenapa kita mempermasalahkan umat islam untuk menerapkan syariat bagi pemeluk-pemeluknya? Siapa sebenarnya yang tidak toleran?
Dampak dari semua ini, kita bisa rasakan hari ini. Semua saling mengklaim pancasilais dan toleran. Tapi, klaim itu malah memunculkan banyak gesekan di akar rumput.
Toleransi tidak boleh mengorbankan prinsip-prinsip keyakinan beragama, sebagaimana keyakinan agama tidak boleh dikorbankan demi toleransi
di tengah usaha untuk merusak persatuan tersebut, Alhamdulillah Allah memberikan karunia yang tidak ternilai
harganya yang tidak dapat dicapai walaupun dengan mengorbankan semua harta dan
kekayaan. yaitu, kesatuan hati, kesatuan tekad dan kesatuan cita-cita dan
ideologi adalah hal yang amat penting dan berharga untuk mencapai satu cita-cita.
Inilah karunia Allah yang telah dimiliki oleh kaum Muslimin
di masa itu. Ini juga penting untuk kaum muslimin saat ini dan yang akan
datang. Dan untuk kehidupan manusia, karena islam membawa rahmat bagi semesta
alam.
Karena pentingnya karunia itu dan amat tinggi nilainya Allah
mengingatkan mereka supaya selalu mengingat-Nya dengan firman-Nya:
Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu lalu jadilah
kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.
(Q.S. Ali ‘Imran [3]: 103)
Maka dengan pertolongan Allah dan persatuan kaum Muslimin
serta rasa cinta, kasih sayang yang terjalin antara sesama mereka, betapa pun
kesulitan dan bagaimana pun besar bahaya yang akan menimpa tentu akan dapat
ditanggulangi dan diatasi.
Saudaraku yang dirahmati Allah, hasil riset menunjukkan bahwa
konflik muslim dengan umat lain justru cenderung menurun beberapa tahun
terakhir, akan tetapi konflik sesama muslim semakin tinggi. Apa artinya ini?
Solusi dan imbauan yang diserukan belakangan ini tentang
larangan penggunaaan kata “kafir” adalah hal yang sia-sia. Faktanya secara
empiris di masyarakat kita jarang memanggil saudara kita dengan sebutan “Hai
kafir”. Tentu kita memanggilnya dengan sebutan Pak Fulan, Mas Danu, dan
panggilan sopan lainnya. Kenapa? Karena islam mengajarkan kita seperti itu.
Imbauan itu justru membuat konflik semakin meningkat. Bukan terhadap
umat lain, tetapi sesama muslim. Kenapa? Karena yang mengeluarkannya salah satu
ormas islam.
Mari kita sudahi semua ini, bertakwalah kepada Allah wahai
orang-orang yang beriman. Pahamilah tujuan yang sebenarnya, kenali siapa
musuhmu yang sebenarnya dan siapa saudaramu.
Bukanka kita semua bersaudara? Jika tidak saudara seiman,
maka kita sama-sama makhluk ciptaan-Nya. Menyakiti ciptaan-Nya tanpa alasan
yang benar, sama juga menyakiti Sang Pencipta.
Allah memperingatkan pula dalam ayat ini bagaimana tingginya
nilai persatuan itu sehingga bila Nabi Muhammad sendiri menghabiskan semua
kekayaan yang ada di bumi untuk mencapainya pasti dia tidak akan berhasil.
Wahai saudaraku, sekali lagi ingatlah, kita tidak akan bisa
meraih dan memenangkan hati manusia dengan semua kekayaan yang kita miliki,
apalagi jika sumber daya kita terbatas. Tetapi, tidak perlu khawatir semua
tantangan dan riak-riak yang muncul ke permukaan publik akhir-akhir ini
mengandung hikmah yang besar bagi persatuaan dan kesatuan umat islam. Percayalah.
Mereka yang benci kepada islam, benci kepada Indonesia untuk
bersatu dan bersaudara. Tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka dengan
iman yang kuat dan rasa kasih sayang yang tinggi.
Bukankah kita tidak pernah merasakan senasip dan
sependeritaan seperti yang kita rasakan seperti saat ini? Anggaplah semua ini
sebagai latihan agar simpul-simpul keumatan semakin kuat dan mengkrucut menjadi
sebuah pondasi yang kokoh untuk menggapai ridho Allah.
Ini adalah satu tanda bahwa Dia meridai kaum Muslimin dan
merestui perjuangan mereka dan tak usahlah mereka merasa khawatir sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Luruskan niat dan berjuanglah dengan seluruh sumber daya yang
kita miliki untuk meninggikan kalimat Allah.
Karena ujian sebenarnya bukan ketika kita berada dalam
kesempitan, dicaci, dihina. Tetapi, ujian sebenarnya yang lebih berat adalah
ketika kita meraih kemenangan, dipuji, dan semua kenikmatan dibuka oleh Allah. Masihkah
kita mau bersatu? Masih kita bersaudara? Masihkah kita menyemah-Nya dengan
tulus ikhlas? Masihkah kita mau mengikuti ajaran nab Muhammad shalaullohhu ‘alaihi wassalam? Masihkah
kita mengedepankan ego, syahwat, dan amarah yang tidak pada tempatnya?
Baca juga: Antara Ego dan Persatuan
Ingatlah hanya Allah yang bisa mempersatukan hati kita.
Semoga semua itu tidak mengalihkan pandangan kita, semoga
Allah menolong kita semua.
Tulisan terkait: Iri Hati, Kemerdekaan Jiwa dan Solusi Untuk Mengatasinya
Foto : Salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Swasta (SMKS) di Kota Bengkulu saat Kegiatan Sosialisasi Universitas Muhamadiyah Bengkulu
Bengkulu, 28 Rajab 1440 H
Hamba Allah yang senantias merindukan rahmat, ridho dan
ampunan-Nya
@riosaputranew
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.