Selasa, 05 Maret 2019

Apa yang Bisa Mempersatukan Kita?

Berbagai tanggapan dan alasan yang dikemukakan oleh para pendukung calon presiden menyatakan, “Alasan memilih si A adalah karena ia bisa mempersatukan, ia bisa diterima untuk semua kalangan”. Semua tenaga, pikiran, sumber daya dikerahkan untuk membuat persepsi masyarakat untuk menerimanya sebagai tokoh yang merakyat dan dekat dengan rakyat.

Kita tidak bisa meraih hati semua manusia dengan semua harta yang kita miliki. Berapa banyak yang akan kita habiskan untuk membeli hati manusia? Tidak akan ada yang sanggup untuk membeli hati manusia. Hati mereka terlalu mahal untuk dibeli demi kepentingan sesaat. Dan itu adalah sebuah penghinaan terhadap kemanusiaan.

Akhlaklah yang bisa menarik manusia untuk mencintai sesama mereka. Ingatlah, sebaik apa pun tujuan yang ingin kita tempuh, jika prosesnya salah dan menghalalkan segala cara kita akan tetap gagal. Mengapa? Karena kita menggadaikan akhlak sebagai hamba Allah yang diamanahkan untuk mengelola bumi dan mengabdikan diri (hidup dan mati) untuk-Nya.

Tulisan ini berusaha untuk memberikan sumbang saran  terkait pandangan mendasar yang bisa mempersatukan kita. Sebagian banyak orang menyatakan bahwa  yang mempersatukan kita adalah manusia. Sehebat apapun manusia, ia tetaplah manusia yang memiliki keterbatasan waktu untuk hidup di pentas dunia.

Salah satu tugas pemimpin adalah meletakkan pondasi agar persatuan sebuah masyarakat terus berlangsung agar pembangunan sumber daya manusia dan alam bisa berkelanjutan.

Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an:

وَ اَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ ؕ لَوۡ اَنۡفَقۡتَ مَا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا مَّاۤ اَلَّفۡتَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ اَلَّفَ بَیۡنَہُمۡ ؕ اِنَّہٗ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ
dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman).
Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.
Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.
(Q.S. Al-Anfal (6): 63)

Bila kaum Yahudi dan kaum Musyrikin itu hanya hendak menipu atau hendak menunggu-nunggu kesempatan untuk menyerang dengan adanya perdamaian, maka Allah memberikan jaminan kepada Nabi Muhammad Bahwa hal itu tidak akan membahayakan kaum Muslimin.

Cukuplah Allah (sebagai pelindung), Allah senantiasa melindungi Rasul-Nya dan melindungi Umat Islam dan akan memberikan kemenangan kepada mereka bila musuh-musuh itu menyerang lagi.

Allah telah memperkuat kedudukan Rasul-Nya dengan pertolongan yang diberikan-Nya kepada kaum Muslimin di masa-masa yang lalu seperti yang terjadi pada perang Badar di mana kaum Muslimin dalam keadaan lemah dan sedikit jumlahnya.

Mereka dapat mengalahkan kaum Musyrikin yang berlipat ganda dan lengkap persenjataannya.

Allah telah mempersatukan hati kaum Muslimin sehingga mereka hidup rukun dan damai sehingga cinta-mencintai dan saling tolong-menolong merupakan satu kesatuan yang tak terpecahkan padahal mereka sebelumnya adalah hidup bergolong-golongan dan bermusuhan antara satu golongan dengan golongan yang lain.

Sekarang saya ingin bertanya, bukankah dalam bernegara yang kita rindukan perdamaian? Setiap anggota masyarakat tidak saling berseteru, berkelahi, hujat menghujat? Islam memberikan solusi yang telah teruji untuk menyajikan suasana keadilan dan perdamian tersebut.

Tapi, kenapa di dunia islam ada beberapa negara yang konflik?
Secara umum ada dua saja yang menyebabkan kita konflik, satu paham yang salah dan salah paham.

Semua mengklaim ia merujuk kepada Al-Qur’an dan sunnah. Kesesatan itu bukan hanya terletak di referensinya, tetapi salah dalam memahami pesan yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan sunnah. Oleh karena itu, pemahaman yang benar adalah salah satu nikmat dan karunia terbesar yang Allah berikan kepada hamba-hambaNya.

Jika paham yang salah sudah tersebar, maka akan mudah terjadi salah paham di masyarakat. Apalagi ada orang ketiga yang masuk untuk menyulut konflik semakin membesar dengan dalih membawa perdamaian.

Baca juga: Kelapangan Dada

Berkaca pengalaman sejarah, mereka pada mulanya terdiri dari kaum Muslimin yang datang ke Madinah dan kaum Ansar penduduk Madinah yang menyambut kedatangan kaum Muslimin itu.

Kaum Ansar sendiri dahulunya terpecah belah terdiri dari suku Aus dan Khazraj. (ini pun pernah kita alami dan hampir semua negara pernah mengalami).


Antara kedua suku ini senantiasa terjadi permusuhan dan peperangan. Padahal mereka satu kawasan, tidak sedikit yang masih memiliki hubungan kekerabatan. Lalu apa yang menyebabkan mereka terus konflik dan bagaimana solusi untuk mengakhiri itu semua?

Tetapi dengan kehendak Allah mereka semuanya menjadi umat yang bersatu di bawah panji-panji iman, bersedia mengorbankan harta dan jiwa untuk menegakkan kalimat Allah.

Dalam konteks konstitusi kita, dalam pembukaan UUD RI, tertulis "Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa..." 

Sakali lagi, yang pertama kali ditundukkan adalah keyakinan mereka terhadap kekuasaan Allah. Seluruh jiwa dan pikirannya tunduk, patuh dan disertai cinta kepada yang Allah dan rasul-Nya.

Ketundukkan ini menjadi penting. Karena apa pun solusi yang ada tanpa ketundukkan hati dan pikiran manusia kepada pencipta-Nya, potensi konflik akan terus terjadi sampai akhir zaman.

Semua solusi yang ditawarkan hanya semu. Karena hati manusia terus bergejolak setiap waktu dan setiap saat. Kecuali, hati dan jiwa yang hidup di bawah naungan petunjuk sang Ilahi.

Dalam konteks Indonesia, hadiah terbesar untuk bangsa ini ketika cendikiawan muslim saat itu legowo dan menerima penghapusan tujuh kata demi persatuan. Akhirnya, pancasila mempersatukan kita saat ini sebagai kesepakatan bersama. Pancasila menyatukan 17.504 pulau, 1.340 suku bangsa,  719 bahasa daerah menurut Summer Institute of Linguistics (SIL) (652 bahasa daerah, berdasarkan hasil verifikasi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia), dan ada 6 agama, semua bisa bersatu dan rukun itu karena Pancasila.


Namun demikian, tahun-tahun berlalu. Namun sedih dalam benak Kasman Singodimedjo tak juga beranjak. Air matanya menetes saban mengingat perannya menyetujui penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta pada pagi 18 Agustus 1945. “Saya lah yang ikut bertanggung jawab dalam masalah ini (baca: menghapus tujuh kata Piagam Jakarta), dan semoga Allah mengampuni dosa saya,” kata Kasman seperti ditulis cendikiawan Muhammadiyah Lukman Harun dalam Hidup Itu Berjuang: Kasman Singodimedjo 75 Tahun.

Kenapa saat ini masih timbul ancaman perpecahan?

Jadi, referensi itu penting sebagai rujukan saat kita berselisih dan berbeda pandangan. Tetapi, cara memahaminya jauh lebih penting. Karena bisa jadi, referensinya sama tetapi cara memahaminya diselewengkan sesuai dengan nafsu manusia. (ini berlaku tidak hanya untuk Al-Qur'an, tetapi konstitusi negara)

Islam hadir bukan untuk merusak persatuan dan menghilangkan pondasi negara. Jika kita mempelajari sejarah, para pendiri bangsa sudah berdebat panjang tentang hal ini. akan tetapi, mereka saling berlapang dada menerima pandangan yang berbeda. inilah yang tidak dimiliki oleh para pemimpin bangsa saat ini. Disinilah budaya literasi menjadi penting agar kita bisa saling berlapang dada.

baca juga: Belajar dari Guru Bangsa Haji Oemar Said (HOS) TCOKROMANINOTO

Puncak dari kehidupan bernegara dan berbangsa yang berdaulat adalah melepaskan umat Islam dan bangsa Indonesia seluruhnya dari kemiskinan dan kebodohan serta menegakkan keadilan.

Orang yang terdidik tentu sangat menyadari bahwa sikap objektif mendorong kita untuk terbuka menerima argumen orang lain. Pendekatan-pendekatan yang lebih baik tentu harus kita terima dengan lapang dada. Islam mengajarkan hal itu.

Islam hadir untuk memberikan ruh pada pancasila, karena islam sama sekali tidak meniadakan pancasila. justru jika dicarikan dalilnya, pancasila lahir dari kandungan-kandungan ayat-ayat suci Al-Qur'an. 

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

     Katakanlah (Muhammad), “Dia Allah Yang Maha Esa….” (QS
     Al-Ikhlas/112: 1)

2. Kemanusian yang adil dan beradab
    Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, hendaklah kamu jadi
    manusia yang adil (QS An-Nisa/4: 135)

3. Persatuan Indonesia
     Dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
     supaya kamu saling mengenal (QS Al-Hujurat/49: 13)

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
     permusyawaratan perwakilan


     Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam          menyelesaikan perselisihan”.

    (Q.S. Shaad [38]: 20)

     …sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
      antara mereka (QS Asy-Syura/26: 38)

5.  Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
     Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
      kebajikan (QS An-Nahl/16: 90)

Bagaimana mungkin kehadiran islam/ penerapan syariat islam dapat mengancam ideologi negara? Justru semakin orang memahami islam dengan baik, maka secara otomatis sikapnya akan mencerminkan nilai-nilai yang ada pada pancasila.

Pada kenyataannya antara konsep dengan realitasnya tidak sejalan. Pancasila selalu diklaim sebagai pemersatu dan landasan negara tetapi hampa dari komitmen untuk menerapkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari. 

Di sisi lain, Islam dengan nilai-nilai yang diajarkan memberi arah, petunjuk, jalan, metode untuk menghidupkan nilai-nilai yang dicita-citakan para pendiri bangsa. Islam mampu membangun keyakinan yang kokoh terhadap kebenaran, pikiran yang jernih, ia juga berbicara tentang pentingnya memelihara jasad, berbicara tentang mengelola masyarakat, politik, ekonomi, dan wawasan keilmuaan yang lainnya. 

Islam membangun lahir dan batinnya manusia agar menjadi manusia yang paripurna.

Walaupun memang harus kita akui, karena keterbatasan pendidikan, latar belakang yang beragam, ekonomi, budaya, dan ketajaman akal dan pemahaman tentang islam. Keindahan Islam tertutupi oleh tingkah lagi umat islam sendiri. Tapi, substansi ajaran islam mengandung pesan-pesan universal untuk seluruh manusia.

Orang yang menolak islam, hanya ada dua kemungkinan. Pertama, belum memahami secara utuh konsepnya. Kedua, karena terlalu paham konsepnya dan konsekuensinya. karena demikiannya, sunnatullah kebenaran, pada awalnya ditolak dengan keras, ditentang, lalu akhirnya diterima. 

Mengapa?

Karena Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia.

Sistem nilai islam hidup di sanubari setiap pemeluknya. Ia (Keyakinan/ iman) selalu diperbaharui setiap saat, minimal 5 kali sehari. Untuk apa? agar manusia sadar dan ingat akan janji dan tujuan untuk apa ia diciptakan. Agar kesadaran akal sehat dan kebersihan hatinya selalu terjaga untuk menjadi pelopor keadilan, kebenaran, kedamian, dan pemersatu dalam segala lini kehidupan. 

Kesadaran itu sangat penting, agar ia berlaku menjadi jujur, tidak mengambil hak orang lain, menegakkan keadilan, mencari karunia Allah, berkarya dan beramal untuk kehidupan yang abadi.

Jadi para pendiri bangsa (khususnya yang beragama islam) menyadari betul, bahwa umat yang besar ini harus diatur dengan syariatnya sendiri. Untuk apa? agar dikemudian hari tidak menimbulkan konflik. Mengapa umat islam? karena jumlahnya yang paling besar dan kuantitas itu punya peluang untuk membawa kebaikan dan kebermanfaatan untuk masyarakat, bangsa dan negara jika diatur dengan baik. Di sisi lain, jika umat itu dibiarkan hidup tanpa aturan ia bisa mendatangkan pergesekan, permusuhan, perselisihan, dan perpecahan.

Konflik dengan siapa? Baik konflik antar sesama muslim maupun konflik dengan agama lain/ khususnya  antar anak bangsa. 

Sejarah mencatat makanya masuklah klausa "...dengan kewajiban mendjalankan sjariat Islam bagi pemeloek-pemeloeknja "  Coba perhatikan dengan baik, artinya syariat Islam dijalankan bagi orang islam sendiri.

Atas nama toleransi dan tali kebangsaan  klausa tersebut dihapus. apa dampaknya? pondasi negara menjadi rapuh.

Apa itu toleransi?

Menurut  para ahli, toleransi yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.

jika memang kita dituntut saling menghargai, kenapa kita mempermasalahkan umat islam untuk menerapkan syariat bagi pemeluk-pemeluknya? Siapa sebenarnya yang tidak toleran?

Dampak dari semua ini, kita bisa rasakan hari ini. Semua saling mengklaim pancasilais dan toleran. Tapi, klaim itu malah memunculkan banyak gesekan di akar rumput.

Toleransi tidak boleh mengorbankan prinsip-prinsip keyakinan beragama, sebagaimana keyakinan agama tidak boleh dikorbankan demi toleransi

Jadi, selain konsep yang terbukti dan teruji, kita butuh sosok yang menjadi tauladan yang bisa memberikan contoh bagaimana konsep itu bisa hidup sangat penting.

‘Aisyah radhiallahu ‘anha pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau pun menjawab, “Akhlak beliau adalah (melaksanakan seluruh yang ada dalam) Al-Qur`an”.

Ketauladanan ini yang langka saat ini. Ketauladanan yang mencerminkan nilai-nilai islam hidup pada seluruh jiwa, pikiran, perkataan, dan perbuatannya sehari-hari. 

Baca juga: Umat Islam adalah Umat Pertengahan

lalu mengapa, saat ini islam dianggap bisa merusak NKRI? jadi siapa sebenarnya yang ingin merusak persatuan kita? 

di tengah usaha untuk merusak persatuan tersebut, Alhamdulillah Allah memberikan karunia  yang tidak ternilai harganya yang tidak dapat dicapai walaupun dengan mengorbankan semua harta dan kekayaan. yaitu, kesatuan hati, kesatuan tekad dan kesatuan cita-cita dan ideologi adalah hal yang amat penting dan berharga untuk mencapai satu cita-cita.

Inilah karunia Allah yang telah dimiliki oleh kaum Muslimin di masa itu. Ini juga penting untuk kaum muslimin saat ini dan yang akan datang. Dan untuk kehidupan manusia, karena islam membawa rahmat bagi semesta alam.

Karena pentingnya karunia itu dan amat tinggi nilainya Allah mengingatkan mereka supaya selalu mengingat-Nya dengan firman-Nya:

Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu lalu jadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.
(Q.S. Ali ‘Imran [3]: 103)

Maka dengan pertolongan Allah dan persatuan kaum Muslimin serta rasa cinta, kasih sayang yang terjalin antara sesama mereka, betapa pun kesulitan dan bagaimana pun besar bahaya yang akan menimpa tentu akan dapat ditanggulangi dan diatasi.

Saudaraku yang dirahmati Allah, hasil riset menunjukkan bahwa konflik muslim dengan umat lain justru cenderung menurun beberapa tahun terakhir, akan tetapi konflik sesama muslim semakin tinggi. Apa artinya ini?

Solusi dan imbauan yang diserukan belakangan ini tentang larangan penggunaaan kata “kafir” adalah hal yang sia-sia. Faktanya secara empiris di masyarakat kita jarang memanggil saudara kita dengan sebutan “Hai kafir”. Tentu kita memanggilnya dengan sebutan Pak Fulan, Mas Danu, dan panggilan sopan lainnya. Kenapa? Karena islam mengajarkan kita seperti itu.

Imbauan itu justru membuat konflik semakin meningkat. Bukan terhadap umat lain, tetapi sesama muslim. Kenapa? Karena yang mengeluarkannya salah satu ormas islam.

Mari kita sudahi semua ini, bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang beriman. Pahamilah tujuan yang sebenarnya, kenali siapa musuhmu yang sebenarnya dan siapa saudaramu.

Bukanka kita semua bersaudara? Jika tidak saudara seiman, maka kita sama-sama makhluk ciptaan-Nya. Menyakiti ciptaan-Nya tanpa alasan yang benar, sama juga menyakiti Sang Pencipta.

Allah memperingatkan pula dalam ayat ini bagaimana tingginya nilai persatuan itu sehingga bila Nabi Muhammad sendiri menghabiskan semua kekayaan yang ada di bumi untuk mencapainya pasti dia tidak akan berhasil.

Wahai saudaraku, sekali lagi ingatlah, kita tidak akan bisa meraih dan memenangkan hati manusia dengan semua kekayaan yang kita miliki, apalagi jika sumber daya kita terbatas. Tetapi, tidak perlu khawatir semua tantangan dan riak-riak yang muncul ke permukaan publik akhir-akhir ini mengandung hikmah yang besar bagi persatuaan dan kesatuan umat islam. Percayalah.

Mereka yang benci kepada islam, benci kepada Indonesia untuk bersatu dan bersaudara. Tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka dengan iman yang kuat dan rasa kasih sayang yang tinggi.

Bukankah kita tidak pernah merasakan senasip dan sependeritaan seperti yang kita rasakan seperti saat ini? Anggaplah semua ini sebagai latihan agar simpul-simpul keumatan semakin kuat dan mengkrucut menjadi sebuah pondasi yang kokoh untuk menggapai ridho Allah.

Ini adalah satu tanda bahwa Dia meridai kaum Muslimin dan merestui perjuangan mereka dan tak usahlah mereka merasa khawatir sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Luruskan niat dan berjuanglah dengan seluruh sumber daya yang kita miliki untuk meninggikan kalimat Allah.

Karena ujian sebenarnya bukan ketika kita berada dalam kesempitan, dicaci, dihina. Tetapi, ujian sebenarnya yang lebih berat adalah ketika kita meraih kemenangan, dipuji, dan semua kenikmatan dibuka oleh Allah. Masihkah kita mau bersatu? Masih kita bersaudara? Masihkah kita menyemah-Nya dengan tulus ikhlas? Masihkah kita mau mengikuti ajaran nab Muhammad shalaullohhu ‘alaihi wassalam? Masihkah kita mengedepankan ego, syahwat, dan amarah yang tidak pada tempatnya? 


Ingatlah hanya Allah yang bisa mempersatukan hati kita.

Semoga semua itu tidak mengalihkan pandangan kita, semoga Allah menolong kita semua.


Foto : Salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Swasta (SMKS) di Kota Bengkulu saat Kegiatan Sosialisasi Universitas Muhamadiyah Bengkulu

Bengkulu, 28 Rajab 1440 H

Hamba Allah yang senantias merindukan rahmat, ridho dan ampunan-Nya
@riosaputranew

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.