Bagaimana perasaanmu jika ada orang yang menyerang pribadimu?
Menghina dan menuduhmu dengan sesuatu yang buruk? Tekanan-tekanan jiwa seperti
ini tidak hanya dirasakan oleh anak-anak, remaja, dan pemuda saja. Bahkan para
orang tua, pejebat pun sering mendapatkan tekanan serupa dari para atasannya.
Tenang saja, Nabi Muhammad ﷺ juga pernah mengalami apa yang sebagian besar kaum
muslimin rasakan saat ini. Pesan pentingnya, bagaimana tuntunan Rabbnya kepada
Nabi ﷺ?
فَاصۡبِرۡ عَلٰی مَا یَقُوۡلُوۡنَ وَ سَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّکَ قَبۡلَ
طُلُوۡعِ الشَّمۡسِ وَ قَبۡلَ غُرُوۡبِہَا ۚ وَ مِنۡ اٰنَآیِٔ الَّیۡلِ
فَسَبِّحۡ وَ اَطۡرَافَ النَّہَارِ لَعَلَّکَ تَرۡضٰی
Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum
terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada
waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang, (Q.S. Thaha: 130)
Kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ.
agar dia tetap bersabar menghadapi tindakan-tindakan kaumnya
yang kafir itu serta cemoohan dan penghinaan mereka terhadapnya seperti
menuduhnya sebagai tukang sihir, orang gila, penyair dan sebagainya.
Saudaraku, cemoohan dan penghinaan itu adalah sesuatu yang
lumrah dalam meniti jalan kebenaran. Cemoohan dan penghinaan yang diterima nabi
tidak tanggung-tangguh, sebutan tukang sihir, orang gila, penyair. Apakah nabi
marah? Disinilah keteladanan yang bisa kita ambil. Jika pribadi yang diserang
ia tidak pernah marah, kecuali aturan-aturan Allah yang dilanggar.
Nabi Muhammad ﷺ bukan dihina dicaci karena pribadinya yang buruk,
tetapi lantaran pesan-pesan suci yang ia bawa.
Lalu apa solusinya? Apa yang harus seseorang lakukan untuk
menentramkan batinnya yang galau dan sedih?
Allah memberikan tuntunan hendaklah dia senantiasa mengingat
dan menyucikan Tuhan-Nya dengan bertasbih dan shalat sebelum terbit matahari,
sebelum terbenam matahari dan di tengah malam.
Memang dengan mengingat Allah dan dengan shalat seseorang
dapat membebaskan dirinya dari kekalutan pikiran, kesedihan dan kebimbangan. Melalui
shalat terjalin kedekatan kepada sumber energi, hati menjadi tentram karena Dia
lah yang menguasai kerajaan langit dan bumi. Yang Maha bijaksana, Maha Penyayang
diantara yang penyayang.
Nabi Muhammad sendiri pernah berkata tentang faedah shalat
untuk menentramkan hatinya.
Shalat itu menjadi ketenangan hati bagi hatiku.
Pada ayat lain Allah memerintahkan untuk menanggulangi suatu
masalah yang pelik hendaklah kita bersikap sabar dan mendirikan shalat.
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyuk.
(Q.S. Al-Baqarah [2]: 45)
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir,
Rasulullah ﷺ bersabda:
Bersabda Rasulullah ﷺ, “Sesungguhnya kamu akan melihat Tuhanmu sebagaimana
kamu melihat bulan ini, tidak ada keragu-raguan kamu di waktu melihat-Nya.
Jika kamu sanggup berusaha agar kamu jangan ketinggalan shalat
sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya, maka kerjakanlah.
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Kemudian Nabi membaca ayat 130 ini.
Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah. Bersabda Nabi Muhammad ﷺ.
Allah subhanahu wa ta’ala berkata: Hai anak Adam luangkanlah
waktumu untuk beribadah kepada Ku. Bila engkau akan mengerjakannya Aku akan
mengisi dadamu dengan kekayaan (batin) dan menghapus kekafiranmu. Tetapi bila
kamu tidak mau mengerjakannya maka Aku akan mengisi dadamu dengan kebimbangan
dan tidak akan menutupi kekafiranmu.
Kemudian Allah mengatakan kepada Nabi Muhammad ﷺ.
bila engkau telah mengerjakan apa yang telah Aku perintahkan
kepadamu yaitu shalat sebelum matahari terbit, sebelum terbenamnya, dan di
tengah-tengah malam, niscaya engkau akan menjadi puas dan jiwamu tenteram dan
engkau akan rida terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepadamu sebagaimana
tersebut dalam ayat:
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu lalu
hati (kamu) menjadi puas.
Mengenai rida dan kepuasan batin ini, sebuah hadis sahih
mengungkapkan sebagai berikut:
Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah subhanahu
wa ta’ala berkata kepada penghuni surga: Hai para penghuni surga.
Mereka menjawab: Kami siap mendengarkan firman Engkau Ya Tuhan
kami, selamat dan bahagia atas Engkau, lalu Allah berfirman apakah kamu telah
rida dan puas?
Mereka menjawab: Bagaimana kami tidak akan rida dan puas
Engkau telah menganugerahkan kepada kami nikmat-nikmat yang tidak Engkau
berikan kepada selain kami di antara makhluk-makhluk Engkau.
Maka Allah berfirman: Aku akan menganugerahkan kepadamu
sesuatu yang lebih baik dari itu.
Mereka bertanya: Apakah itu ya Tuhan kami, yang lebih baik
dari anugerah yang telah kami terima?
Allah berfirman: Aku akan menempatkan di kalangan kamu
keridaan Ku, maka Aku tidak akan marah kepadamu setelah itu untuk
selama-lamanya”.
(H.R. Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Di dalam hadis yang lain disebutkan pula hal berikut:
“Hai ahli surga, sesungguhnya bagi kalian di sisi Allah ada
suatu janji yang ingin Dia tunaikan kepada kalian.” Mereka bertanya, “Pemberian
apa lagi?
Bukankah Allah telah membuat wajah kami putih, memberatkan
timbangan amal (baik) kami, mengeluarkan kami dari neraka dan memasukkan kami
ke dalam surga?” Maka dibukalah hijab Allah, lalu mereka dapat melihat-Nya.
Demi Allah, Allah tidak memberikan kepada mereka sesuatu yang
lebih baik daripada’memandang kepada Zat-Nya, yaitu sebagai karunia tambahan
(buat mereka).
Adakah hal yang lebih membahagiakan daripada memandang Allah
secara langsung?
Demikianlah halnya bila seseorang yang telah mencapai rida
Allah berkat ketaatan dan kepatuhannya, terhadap Tuhannya.
Maukah Anda mengapai ketenangan itu? Yakinkah Anda akan janji
Allah? Inginkah Anda memandang Allah?
Selamat mencoba dan semoga Allah berikan petunjuk dan
hidayah-Nya kepada kita semua untuk istiqomah dalam meniti jalan yang
diridhai-Nya. amin
photo credit: sobolaw
@riosaputranew
Bengkulu, 16 Jumadil Akhir 1440 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.