Lapang
dada bukanlah hal yang mudah dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berlapang dada ketika berinteraksi kepada orang yang berbeda pemikiran dengan
kita, lapang dada dalam menerima sesuatu yang tidak kita senangi singgah dalam
lentera hidup. Puncaknya, berlapang dada dalam memeluk agama islam.
Apa
tanda-tanda orang yang dikehendaki Allah untuk menerima petunjuk?
Barangsiapa
yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia
melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam.
Dan
barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan
dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.
Begitulah
Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.
(Q.S.
Al-An’am: 25)
Barang
siapa yang terbuka hatinya untuk menerima kebenaran agama Islam, sebenarnya
yang demikian itu adalah disebabkan karena Allah hendak memberikan petunjuk
kepadanya, sehingga menjadi lapanglah dadanya untuk menerima semua
ajaran-ajaran Islam.
Diriwayatkan
bahwa Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang “kelapangan dada” yang
dimaksud dalam ayat ini, lalu beliau menjawab.
“itulah
gambaran cahaya Ilahi yang menyinari hati orang mukmin, sehingga menjadi
lapanglah dadanya”.
Para
sahabat bertanya lagi: “Apakah yang demikian itu ada tanda-tandanya?”
Nabi ﷺ menjawab: “Ada
tanda-tandanya, yaitu jiwanya selalu condong kepada akhirat, selalu menjauhkan
diri dari tipu daya keduniawian dan selalu bersiap-siap untuk menghadapi
kematian”.
Jika
demikian halnya sifat-sifat orang-orang mukmin yang berlapang dada karena
kemasukan cahaya iman ke dalam hatinya, maka sebaliknya orang yang dikehendaki
Allah untuk hidup dalam kesesatan, dadanya dijadikan sesak dan sempit
seolah-olah ia sedang mendaki langit Apabila ia diajak untuk berpikir tentang
kebenaran dan tafakur tentang tanda-tanda keesaan Allah, maka disebabkan adanya
kesombongan dalam hatinya, ia tidak menyukai perbuatan perbuatan yang tidak
sesuai dengan hawa nafsunya.
Maka
menjadi lemahlah kemauannya untuk mengikuti kebenaran dan setiap anjuran kepada
agama yang dirasakannya sebagai suatu beban yang-berat yang tidak dapat
dipikulnya, Maka, gambarannya adalah seperti seseorang yang disuruh mendaki ke
langit, Semakin tinggi ia naik ke langit, semakin sesak nafasnya, sehingga ia
terpaksa turun kembali untuk menghindarkan diri dari kebinasaan.
Sederhananya
begini untuk memonitor bagaimana kondisi hati kita terhadap petunjuk yang Allah
berikan.
Bagaimana
perasaanmu ketika mendapatkan nasehat?
Ketika Anda
memiliki suatu pilihan dan ternyata Allah dan Rasul-Nya sudah menetapkan
panduan yang seharusnya Anda jalani, keputusan apa yang akan Anda ambil?
Apakah
Anda suka mendatangi majelis ilmu? bagaimana perasaan Anda? Apakah ada
perubahan dalam cara Anda berpikir, berucap, dan bersikap setelah mendengarkan
wahyu Allah dan sabda Nabi Muhammad shalaullohhu ‘alaihi wassalam?
Islam
itu agama yang sempurna, mampu menata nurani, akal, dan perilaku manusia agar
memiliki kedudukan terhormat dan selamat di dunia dan akhirat. Maukah kita
menundukkan ego kita untuk tunduk dan patuh terhadap aturan-aturan tersebut?
ataukah kita lebih nyaman hidup sesuai dengan selera kita sendiri?
Dalam
ayat ini Allah memberikan sebuah perumpamaan, supaya diresapkan benar-benar
dengan perasaan yang murni.
Demikianlah
Allah menjadikan kesempitan di dalam hati orang-orang yang tidak beriman dan
jadilah kekafiran itu seperti kotoran yang menutup hati mereka, sehingga ia
tidak menerima kebenaran.
Keadaan
ini dapat disaksikan pada tingkah laku mereka dalam perbuatan sehari-hari, yang
selalu menjurus kepada kejahatan.
Semoga
Allah melapangkan dada kita untuk menerima kebenaran ini. rasakan perubahan
yang akan terjadi dalam hidup Anda.
Photo credit:khazanahalquran
Bengkulu,
5 Jumadil Akhir 1440 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.