Malam itu
semua terdiam dan tampak hening menyimak sebuah nasihat yang sangat menyentuh
hati tentang bagaimana dampak pahala dan dosa dalam kehidupan manusia. Tiba-tiba
saya terbawa ke masa lalu dan melihat seolah-olah seperti film kehidupan
diputar kembali. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Ustadz itu benar adanya.
Sahabat yang
dirahmati Alloh Subhanahu Wata’ala. Banyak orang yang menyakini bahwa pahala
dan dosa hanya akan kita terima hanya di akhirat nanti, sehingga tidak menyadari
bahwa gambaran kehidupan yang kita jalani hari ini adalah dampak dari pengaruh
pahala dan dosa yang pernah kita lakukan.
Segala sesuatu
yang Alloh ciptakan di dunia ini merupakan gambaran yang akan terjadi di
akhirat kelak. Apa yang terjadi di dunia merupakan kilasan mengenai apa yang
akan terjadi juga di akhirat. Akan tetapi, semua yang ada di dunia ini tidaklah
ada yang menyerupai apa yang ada di surga, seperti yang dikatakan Ibnu Abbas,
kecuali hanya nama-namanya saja yang sama. Dengan itu, Alloh bermaksud membuat
manusia tertarik kepada nikmat dan membuatnya takut akan siksaan.
Yang terjadi
di dunia ini adalah siksaan terhadap orang yang zalim, sebagai balasan atas
kezalimannya, sebelum ia di siksa kelak di akhirat. Inilah makna firman Alloh,
“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut
angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab.
Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan
kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya
selain dari Allah.”
(Q.S. An-Nisa (4): 123)
Mungkin saja
seorang pendosa mengira, bahwa badanya yang sehat dan hartanya yang banyak akan
menyelamatkannya dari siksaan. Ia tidak menyadari sebenarnya saat ini ia justru
berada dalam siksaan yang nyata. Orang-orang yang bijak berkata,
“Maksiat yang disusul dengan maksiat adalah siksaan atas maksiat itu sendiri dan kebaikan yang berbuah kebaikan merupakan balasan atas kebaikan itu pula.”
Barangkali siksaan
yang ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat maksiat itu berbentuk siksaan
maknawi, seperti yang pernah dikatakan oleh seorang pendeta Bani Israil, “Wahai
Tuhanku, betapa seringnya aku berbuat maksiat, namun mengapa tidak kunjung
datang azab-mu menimpa diri ini?”
Dikatakan kepadanya,
“Betapa banyak azab-Ku. Tidakkah engkau merasa, telah Aku halangi dirimu untuk
merasakan kenikmatan bermunajat kepada-Ku?”
Barangsiapa yang
merenungi azab dan siksa seperti itu, ia akan selalu bertindak dengan sangat
hati-hati dalam hidup ini. Betapa banyaknya orang yang mengumbar matanya
terhadap segala kenikmatan dunia yang ditutup mata hatinya oleh Alloh, tidak
sedikit pula mereka yang tidak terkendali lisannya tiada memperoleh kejernihan
hatinya dan tidak terhitung berapa banyak orang yang makan makanan yang syubhat
mengalami kegelapan dalam hidupnya serta tidak bisa bangun di malam hari untuk
merasakan indahnya bermunjat kepada Alloh. Hal-hal hanya bisa disadari oleh
orang-orang yang sering mengevaluasi, mengintropeksi, bermuhasabah terhadap
dirinya sendiri.
Sebaliknya, orang
yang bertakwa akan mendapatkan balasan yang baik atas ketakwaannya. Dalam hadist
Qudsi yang diriwayatkan Abu Umamah, “ Menatap wanita yang cantik jelita adalah
busur yang diracuni oleh setan.” Barangsiapa yang berpaling karena mengharapkan
ridha-Ku, akan ia nikmati manisnya iman di dalam hatinya. Itu hanyalah sebagian
kecil dari sekian banyak contoh yang mungkin bisa mengingatkan mereka yang
lalai.
Alloh seringkali
memperlihatkan azab atas dosa-dosa yang bersifat langsung dan terang-terangan,
sebagaimana yang disabdakan oleh Rosululloh Sholaullohu ‘Alaihi Wasallam, “Tidur
setelah subuh dapat menghambat rezeki. Sesungguhnya rezeki seseorang hamba di
tahan oleh sebab dosa yang diperbuatnya.
Fudhail berkata, “Sesunggunya, jika aku berbuat maksiat kepada Alloh, aku melihat perubahan pada perilaku binatang tungganganku dan pembantu-pembantuku.”
Ganjaran yang
sangat ajaib di dunia adalah seperti apa yang terjadi pada saudara-saudara Nabi
Yusuf. Dahulu, tangan-tangan mereka menyiksa Nabi Yusuf yang kemudian dibeli
oleh orang Mesir. Akan tetapi, pada masa berikutnya, tangan-tangan merekalah
yang justru meminta-minta makanan, sebagaimana yang dikisahkan dalam firman
Alloh Subhanahu Wata’ala di dalam AL-Qur’an,
“Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf,
mereka berkata: "Hai Al Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa
kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tak berharga, maka
sempurnakanlah sukatan untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya
Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah."
(Q.S. Yusuf (12): 88)
Tatkala
Yusuf digoda oleh istri pembesar saat itu yang dengan kejam memfitnah Yusuf di
depan suaminya,
“Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan
wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya
mendapati suami wanita itu di muka pintu. Wanita itu berkata: "Apakah
pembalasan terhadap orang yang bermaksud berbuat serong dengan istrimu, selain
dipenjarakan atau (dihukum) dengan adzab yang pedih?"
(Q.S. Yusuf (12): 25)
Alloh lalu
membuka mulutnya dan membuatnya justru mengakui sendiri perbuatannya,
“….Berkata istri Al Aziz: "Sekarang
jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya
(kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar."
(Q.S. Yusuf (12): 51)
Apa pelajaran
semua ini bagi kita? sejak saya mengetahui dan memahami dampak dari dosa dan
pahala dalam kehidupan saya sendiri maka pesan saya Seandainya seseorang
meninggalkan maksiat karena Alloh, maka ia akan menikmati buahnya. Begitu juga
jika ia melakukan ketaatan.
Rosululloh Sholaullohu ‘Alaihi Wasallam bersabda “ Jika engkau merasa miskin, berdaganglah dengan Alloh dengan cara bersedekah.”
Saya
dipertontonkan oleh sosok guru yang menyakini benar hadist ini, hampir setiap
malam jika kami sedang belajar, dia selalu melayani kami baik fisik maupun
rohani. Memberikan ilmu dan makan serta antar jemput. Hal itu, menggedor-gedor kesadaran saya
untuk menirunya. Alhamdulillah, apapun kondisinya saya berusaha melayani mereka
yang belajar ke rumah.
Kita banyak
melihat orang yang menghalangi dirinya untuk melaksanakan perintah agama dengan
harapan mendapatkan kesenangan yang bersifat sementara. Yang terjadi justru
bukan ketenangan yang mereka dapatkan, malah sebaliknya, mereka sengsara
selama-lamanya.
Seorang ulama
pernah menceritakan, “ ketika masih muda, aku pernah memiliki pelayan. Saat ia
berada di rumahku, rasa cintaku kepadanya begitu membara. Aku menanyakan hal
itu kepada ahli fikih saat itu, mungkin ada yang dapat memberi keringanan hukum
bagiku.
Akan tetapi
semuanya berkata, “Kau tidak boleh menatapnya dengan penuh syahwat, jangan
menyentunya, apalagi mencampurinya, kecuali setelah dia haid.
Aku lalu bertanya
kepadanya dan ia menjawab, bahwa saat dibeli olehku ia memang sedang haid. Aku katakan
kalau begitu, telah dekat waktunya.
Aku lalu bertanya
lagi kepada para fakih. Mereka mengharuskanku menunggu hingga benar-benar
bersih haidnya.
Aku berkata
kepada jiwaku bahwa aku sunguh mencintainya; keingingnanku begitu menggelora;
kesempatan sangatlah terbuka apalagi ia sangat dekat denganku.
Akan tetapi,
jiwaku malah menjawab, ‘(Sulitnya) beriman dengan penuh kesabaran, ini seperti
penderitaan dipanggang di atas bara api.
Singkat cerita,
akhirnya dia memilih terus bersabar hingga datang waktunya. Pada saatnya Alloh
memberinya nikmat dengan hadirnya wanita yang lebih cantik dan lebih molek.
Sahabat, jika
Anda sedang mencari solusi membangun kesejahteraan, kedamaian, kebahagiaan,
kesuksesan Anda, Keluarga, Masyarakat, Bangsa dan Negara serta Dunia. Kuncinya
berhati-hatilah dengan dosa dan bersegeralah melakukan berbagai amal .
berlakulah sopan kepada Alloh untuk mendapatkan keuntungan yang banyak dan
segera.
Semoga Alloh
Subhanahu Wata’ala memperbaiki kondisi bathin dan lahir kita menjadi Hamba yang
di kasihi-Nya di dunia dan di akhirat. Aaamin
Rumah Pencerahan,
Bengkulu, 10
Rabiul Akhir 1437 H/ 21 Januari 2016
Hamba Alloh yang rindu
ampunan dan Ridho-Mu,
Rio Saputra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.