Sesungguhnya, perjalanan seorang hamba menuju Allah bukanlah perjalanan yang hanya melibatkan fisik, melainkan perjalanan hati dan mental yang dilandasi iman. Penampilan fisik—apakah itu tampan, cantik, tinggi, atau pendek—tidak menjadi tolok ukur keberhasilan seseorang dalam menempuh jalan kebenaran. Orang-orang besar yang kita kagumi tidaklah dikenal karena fisiknya, melainkan karena kekuatan jiwa dan mentalitas mereka.
Dalam Islam, perjalanan hidup yang penuh ujian ini hanya dapat dijalani dengan hati yang sarat dengan iman. Hati yang beriman akan memancarkan pengaruh positif kepada seluruh anggota badan, membimbing perilaku, ucapan, dan tindakan menuju ridha Allah. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati." (HR. Bukhari dan Muslim).
Iman sebagai Kunci Keberhasilan
Jika kita ingin hidup yang penuh keberkahan dan keberhasilan, maka iman harus menjadi prioritas utama. Tambahkan iman, perbaharui iman, dan perkuat keimanan kita dalam segala situasi. Sebab iman adalah fondasi yang menopang seluruh aspek kehidupan. Jiwa yang kuat dan penuh iman akan membuat tubuh ‘keteteran’ mengikuti performa jiwa tersebut. Tidak peduli seberat apapun ujian yang dihadapi, iman yang teguh akan menjadi kompas yang memandu langkah kita menuju tujuan akhir.
Orang yang beriman tidak hanya memiliki keunggulan mental, tetapi juga diliputi keberuntungan. Keberuntungan di sini bukan sekadar kebahagiaan duniawi, melainkan keberkahan hidup yang datang dari Allah. Keimanan seseorang akan membentuk pandangan hidup yang positif, menyinari jalan mereka dengan harapan, ketenangan, dan kemudahan dalam menghadapi tantangan hidup.
Kecerdasan dan kemampuan duniawi pun tidak akan berarti tanpa iman. Orang cerdas yang tidak memiliki iman mungkin mampu memecahkan masalah dunia, tetapi ia akan kehilangan arah ketika menghadapi pertanyaan besar tentang makna hidup dan tujuan akhir. Sebaliknya, orang yang beriman memiliki kecerdasan spiritual yang membimbingnya menjalani hidup dengan bijaksana, penuh makna, dan berorientasi pada akhirat.