Menarik sekali jika kita
meninjau apa yang dilakukan oleh Prof. Malik Fajar dalam memajukan UMM dan UMS.
Mengapa? Dari sebuah PT yang tidak pernah dilirik orang menjadi PT yang menarik
kerumunan umat untuk memasukkan anak-anaknya ke sana.
Dari kampus yang tidak memiliki
gedung sendiri dan terkesan kumuh sampai kini menjadi kampus megah dan elite
bila disandingkan dengan kampus-kampus di sekitarnya. Dari program akademik
yang kurang menjanjikan masa depan sampai kepada program akademik yang mampu
melahirkan lulusan-lulusan yang memiliki competitive
advantage di era global.
Tahukah Anda apa rahasia
kuncinya?
Prof. Malik bilang hanya “satu”
yaitu angrem di kampus bagi pemimpin
dan civitas akademikanya. “Jangan harap anak ayam akan menetas dengan baik jika
induk ayam tidak mau mengerami dengan sunguh-sungguh.” Katanya
Sikap angrem (mengeram) ini hanya dimiliki oleh ayam kampung. Pemimpin PT
dan dosen harus selalu angrem (mengeram) di kampus jika ingin melahirkan
mahasiswa-mahasiswa yang siap menghadapi perubahan dan persaingan global.
Dosen, misalnya, tidak cukup
dengan hanya mengajar dan menyampaikan ilmu kepada mahasiswa, sesudah itu lalu
pulang dan tidak peduli dengan apa yang
terjadi dengan mahasiswanya. Sikap angrem (mengeram) ini meniscayakan
dosen harus selalu tetap tinggal di kampus, dengan banyak memberikan pelayanan,
bimbingan, penyulusan, dan bahkan kalau bisa menjadikan dirinya sebagai biro
konsultan bagi seluruh mahasiswa.
Membimbing apa? Mulai dari cara
mahasiswa belajar di kampus dengan baik sampai ia meraih gelar sarjana, bahkan
kalau memungkinkan sampai mereka memperoleh pekerjaan. Bimbingan dari mulai
sesuatu yang bersifat pribadi sampai pada sesuatu yang ada kaitannya dengan
hubungan sosial-global. Sikap angrem (mengeram)
inilah yang banyak dilakukan dan sering kali disuarakan Malik dalam memajukan
sebuah Perguruan Tinggi.
Kelihatannya sedikit sulit
memang menemukan manusia langkah seperti itu, memakai istilah dosen sekaligus
sahabat diskusi saya ketika S1 dulu. Banyak dosen sekarang yang lebih suka
ngamen di luar kampus sebagai tambahan biaya hidup dan aktualisasi diri. He
Beberapa bulan yang lalu, salah
satu sahabat diskusi saya sebut saja inisialnya RU yang merupakan salah satu VP di perusahaan multinasional tiba-tiba
memutuskan untuk berhenti kerja dan berniat untuk mencari kerja di tempat lain.
Apa hubungannya dengan saran yang disampaikan Prof. Malik?
Dosennya dulu di UI yang menjadi
salah satu orang penting di Pemerintahan menawarkannya untuk menduduki sebuah
jabatan di.... (Tidak perlu saya sebutkan karena rahasia), tentunya dengan
jalur normal seperti orang umumnya dengan tes dan wawancara. Puluhan tahun yang
lalu mantan mahasiswanya ini juga pernah bergabung dalam tim konsultan yang
dibentuk oleh dosennya.
Apa hikmah yang bisa diambil? Hubungan
antara dosen dan mahasiswa yang pernah mereka lalui masih terjalin rapi hingga
saat ini.
Baca juga: Rahasia Agar Karir Anda Semakin Berkembang
Dalam kesempatan ini, saya juga
ingin mengucapkan jazakumulloh khoiron katsiro (semoga Allah membalas kebaikan
para guru dan dosen saya dengan kebaikan yang lebih baik). Alhamdulillah Allah
mempertemukan saya dengan orang-orang dan lingkungan yang baik.
Saya sangat meyakini orang-orang
yang memiliki visi yang sama akan berjalan bersama. Tidak peduli perbedaan
usia, status sosial, gelar kesarjanaan, dan gelar kehormatan lainnya. Jika kita
memiliki goal setting yang jelas,
maka Kita akan selalu menarik orang-orang yang memiliki arah yang sama. Akhirnya
Allah pertemukan mereka untuk saling berbagi dan menginspirasi.
Foto di atas, adalah salah satu
dosen sekaligus sahabat diskusi saya di Sekolah Pascasarjana UHAMKA,
namanya Dr. Sumardi, M.S.c. kami biasa
memanggilnya Pak Mardi, orang yang sederhana, humble, disiplin, konseptor ulung yang sudah menghasilkan beberapa buku,
pemikir hebat, suka berbagi kepada masyarakat, dan masih banyak lagi pelajaran
yang bisa saya ambil dari beliau.
Saat itu, saya bersama beliau
sedang membahas sebuah proyek literasi. Bukan hanya itu, seperti yang
diutarakan beliau “merayu” saya untuk tetap tinggal di
Jakarta. “Jakarta ini butuh banyak orang-orang baik seperti Mas Rio” katanya.
Saran beliau masih terlalu umum
bagi saya, baik dalam kategori apa yang dimaksud? Faktanya, terkadang
orang-orang tulus yang berada di sekeliling kita mampu melihat sesuatu yang
jarang terlihat oleh diri kita sendiri.
Kami saling bertukar pandangan,
tentunya saya ingin lebih banyak mendengar gagasan dan pandangan hidup dari
beliau. Kemurahan hati beliau sampai-sampai melakukan pemetaan karir saya ke
depan. Memberikan wawasan dan gambaran untuk menata masa depan, termasuk
rencana penelitian tesis saya. Saya sangat bersyukur Allah pertemukan dengan
sosok manusia langkah yang berhati mulia seperti Pak Mardi.
Sahabat, inilah salah satu yang
membuat orang menjadi betah kuliah, betah ke kampus, dan sudah hukum alam,
pengalaman indah ini akan tersebar kepada orang lain. Seperti yang saya lakukan saat ini. akhirnya nama baik kampus
dengan sendirinya akan naik dan harum di tengah masyarakat.
Terkadang kita sering kali lupa,
sibuk promosi kampus ke luar, tetapi lupa memperbaiki interasksi antara
mahasiswa dan dosen, mahasiswa dan karyawan, satpam, dan tentunya segenap
civitas akademika yang ada.
Selamat, mengeram.
Jakarta, 24 Muharram 1439 H |
@riosaputranew
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.