Dari Nabi shallaallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk (sepergaulan) yang buruk adalah seperti pembawa misk (minyak wangi) dan pandai besi. Si pembawa misk mungkin akan memberimu (minyak wangi) atau engkau membeli minyak itu darinya atau engkau mendapatkan baunya yang harum. Sedangkan pandai besi, mungkin akan membakar pakaianmu atau kamu dapati bau yang busuk darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hal yang
lebih menakjubkan terdapat dalam sejarah islam. Sejarah Islam telah memberikan
banyak sekali contoh orang-orang yang bergaul dengan manusia lalu mereka
menjadi sesat. Mari kita cermati Kisah
berikut.
Abu jahal
adalah pimpinan dari para pembesar orang-orang kafir. Dia sangat kafir, hingga
tidak ada harapan baginya untuk masuk Islam. Ia mempunyai seorang sahabat yang
sangat mencintainya. Namanya Uqbah bin Abi Mu’ith. Persahabatan mereka berdua
sangat erat.
Pribadi
Uqbah lebih bagus daripada pribadi Abu Jahal. Ia mempunyai harapan, sehingga
mulailah ia masuk islam. Ia sering mengunjungi Nabi dan mendengar perkataan
beliau. Hatinya pun mulai tersentuh dan saat itu Abu Jahal sedang berpergian ke
luar kota Makkah.
Dengan
demikian, hilanglah pengaruh yang melarangnya dari memeluk agama Islam.
Kemudian, ia datang kepada Rasulullah shalaullahhu
‘alihi wassalam. Nabi menawarkan kepadanya untuk masuk Islam. Lalu ia menjawab,
“ ia menjawab, “Ya. Namun, tunggulah aku hingga esok pagi.”
Sangat
disayangkan, hal tersebut bertepatan dengan kepulangan Abu Jahal dari
perjalanannya. Uqbah berkata kepadanya, “Besok aku akan pergi kepada Muhammad
untuk masuk Islam.”
Abu Jahal menjawab,
“Aku bersumpah kepadamu. Demi persahabatan kita, hari ini juga kamu kembali
kepada Muhammad dan meludahlah di atas wajahnya!”
Setelah
Uqbah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhamad adalah utusan Allah,
ia mencium tangan Rasulullah shalaullahhu
‘alihi wassalam. Ia melakukan hal yang berlawanan dengan kemauan
sahabatnya. Namun di hadapannya ada dua
pilihan; agama ataukah sahabatnya?
Sangat
disayangkan, pilihan sama seperti kebanyakan orang. Ia lebih memilih dunia dan
jatuh dalam perangkapnya. Uqbah lebih memilih Abu Jahal dari pada Nabi shalaullahhu ‘alihi wassalam.
Uqbah bin
Abi Mu’ith pun berubah menjadi orang
yang paling banyak menyakiti Rasulullah shalaullahhu
‘alihi wassalam. Tidak ada orang lain yang lebih berani dari dirinya dalam
menganiaya Rasulullah shalaullahhu ‘alihi
wassalam. Uqbah yang hatinya hampir tersentuh dan hampir saja meleluk
Islam, melihat Rasulullah sedang melaksanakan shalat di samping Ka’bah. Ia buka
mantelnya. Ia lingkarkan di leher Rasulullah, lalu mencekiknya dengan keras
hingga Nabi terjatuh di atas kedua lututnya.
Suatu hati,
Nabi sedang bersujud di Ka’bah. Uqbah membawa usus bangkai onta dan
melemparkannya ke punggung Rasulullah shalaullahhu
‘alihi wassalam. Nabi tidak sanggup berdiri, hingga datanglah putrinya
Zainab. Ia bersihkan kotoran tersebut dari punggung beliau.
Itulah sosok
Uqbah bin Abi Mu’ith. Ia mati terbunuh dalam keadaan kafir pada perang Badar.
Mayatnya langsung membusuk setelah kematiannya, hingga mereka (kaum muslimin)
tidak bisa memindahkan mayatnya, untuk menguburkannya di liang kubur bersama
orang-orang kafirr lainnya yang terbunuh, karena baunya yang menyengat.
Mayatnya hanya ditutupi pasir di tempat ia terbunuh. Sebuah kematian yang
sangat buruk.
Pengaruh berteman dengan orang Baik
Sekarang,
lihatlah contoh yang berbeda dari cerita itu. Dia adalah ‘Iyash bin Abi
Rabi’ah. ‘Iyash memeluk Islam, namun imannya masih sangat tipis. Datanglah
waktu untuk berhijrah. Ia adalah sahabat terdekat Umar bin Khattab radhiallahhu ‘anhu. Ia pun berhijrah
dengan Umar.
Saat
keduanya berada di tengah perjalanan, Ibunya mengutus seseorang dan berkata
kepadanya, “Ibumu akan meninggal dunia. Ia telah berjanji tidak akan menetap di
rumah atau membersihkan dirinya (mandi). Ia akan terus berada di panas matahari
dan tidak akan mandi, sampai kamu kembali kepadanya.” ‘Iyash mulai terenyuh
hatinya dan ingin kembali kepada ibunya.
Umar bin
Kattab meyakinkah dan memantapkan hatinya-lihatlah betapa pentingnya keberadaan
seorang teman, guna memantapkan hati Anda. Umar berkata kepadanya, “Wahai ‘Iyash, bila dia (sang ibu) hari ini berjemur
di panas, besok dia pasti akan berteduh. Kalau dia tidak mandi hari ini hingga
kutuan, besok dia pasti akan mandi.”
Maksudnya,
mengapa kamu harus resah dengan keadaan ibumu. Setelah dua hari dia akan merasa
terganggu dengan badannya yang kotor. Ia pasti akan mandi. Kalau sekarang dia
tahan berpanas-panas di bawah matahari, besok pasti dia akan merasa capek dan
lelah serta akan berlindung.
Umar terus
membujuknya, sedangkan “Iyash berkata, “Aku harus pulang”.
Umar berkata
kembali kepadanya, “Wahai Iyash, jika kamu pulang, kamu akan mengalami bala’
dan cobaan.”
Pikirkan
nilai seorang sahabat yang akan berkata kepada Anda, “Jangan lakukan itu, Wahai
saudaraku! Itu adalah sesuatu yang haram. Kalau kamu lakukan, kamu akan jatuh
dalam jurang dosa.” Oleh karena itu, hendaklah Anda mencari teman yang seperti
itu. Zaman sekarang, sangat sulit mencari sahabat yang demikian.
‘Iyash
berkata, “Aku harus pulang.” Saat Umar memahami bahwa tidak ada guna lagi
baginya untuk memaksa, Iyash masih ngotot untuk pulang, maka Umar melakukan hal
yang menakjubkan. Ia turun dari ontanya, saat itu Iyash tidak mempunyai onta.
Lalu Umar
berkata kepadanya, “Wahai Iyash kalau kamu tetap ingin pulang juga, pulanglah
dengan ontaku ini. semoga dengan ini, suatu hari kamu akan ingat kepadaku dan
akan kembai.” Padahal, harga onta saat itu sama dengan harga sebuah
mobil-kira-kira sama dengan harga dan mahalnya. Iyash pun mengambil onta itu
dan pulang kembali kepada keluarganya.
Ia dipukul,
disiksa, dan disakiti. Hampir saja ia berhasil dibujuk. Namun, onta yang
diberikan oleh Umar bin Kattab itu tetap mengingatkan Iyash. Setiap kali ia
melihat onta itu, ia terus ingat keimanan dan agamanya. Ia pun kembali kepada
Islam disebabkan oleh perantara sahabatnya, Umar bin Kattab radhialllahhu ‘anhu.
Pertanyaannya
adalah dimana posisi kita dalam perkara ini? sahabat kita termasuk jenis yang
mana? Inilah yang ingin kita pastikan bagi saudara sekalian untuk
menetapkannya, mengambilnya dengan teliti dan hati-hati.
Jangan lupa doakan teman-teman kita yang belum mengenal dan mendapatkan hidayah iman dan islam. karena bisa jadi kita dahulu adalah hasil dari dikabulkannya doa orang shalih yang peduli dan cinta kepada kita. Sehingga kita hari ini bisa mengenal kebaikan dan keindahan Islam.
Baca juga: Sahabatmu Masa Depanmu
Photo Credit: radiorenasterea
Jangan lupa doakan teman-teman kita yang belum mengenal dan mendapatkan hidayah iman dan islam. karena bisa jadi kita dahulu adalah hasil dari dikabulkannya doa orang shalih yang peduli dan cinta kepada kita. Sehingga kita hari ini bisa mengenal kebaikan dan keindahan Islam.
Baca juga: Sahabatmu Masa Depanmu
Photo Credit: radiorenasterea
Jakarta, 13
Syaban 1438 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.