Mejelang tahun
2045 Indonesia akan mengalami ledakan penduduk usia produktif, usia 15-64
tahun. Ini keberuntungan yang luar biasa karena para pemuda yang produktif
inilah yang bisa menjadi penggerak dinamika kemajuan suatu bangsa. Tak heran,
McKinsey Global Institute memprediksi Indonesia akan mampu meroket menjadi
salah satu dari 7 raksasa ekonomi pada tahun 2030, menyalip negara-negara
barat.
Seperti yang disampaikan Prof. Jenny Malik selaku Direktur Pusat Kajian Eropa Universitas Indonesia yang menjadi penyelenggara acara, tujuan seminar yang diselenggarakan berusaha membuat rumusan jitu dalam mengatasi berbagai masalah pendidikan nasional. Rumusan ini akan disumbangkan bagi para pemangku kebijakan pendidikan agar dijadikan referensi dalam membangun sistem pendidikan yang lebih bisa menjawab tantangan zaman.
Gambar: Foto Pribadi
Saat itu
Indonesia memiliki 135 juta kelas menengah dan membutuhkan 113 juta tenaga
terampil. Indonesia juga menjadi salah satu pasar terbesar dunia dengan nilai
1,8 triliun USD yang meliputi bidang jasa konsumen, perikanan dan pendidikan.
Proyeksi
McKinsey menjadi gambaran optimis yang mengandaikan bonus demografi yang
diberikan pada bangsa ini adalah para pemuda yang terdidik dengan baik dan
memiliki keterampilan untuk produktif. Namun jika melihat kondisi pendidikan
Indonesia saat ini, proyeksi ini masih sulit dibuktikan.
Indonesia
yang saat ini memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah
masih dirundung banyak persoalan sosial. Sebagian besar tingkat pendidikan
masyarakat masih rendah, devisa rendah, angka human development rendah,
pendapatan perkapita rendah, sekitar USD 10,325 miliar pada tahun 2015. Kondisi
ini makin diperburuk dengan terus menurunnya wawasan dan karakter kebangsaan
masyarakat, yang terus meningkat adalah tingkat kejahatan dan hutang luar
negeri. Tahun ini, hutang luar negeri kita sudah mencapai sekitar USD 320
miliar.
Berdasarkan
fakta itu, tanpa pembenahan sistem pendidikan yang tepat dikhawatirkan bonus
demografi di masa depan justru jadi bom waktu yang membuat semakin parah
penyakit sosial yang ditimbulkan akibat kemiskinan bahkan kelaparan yang
menjadi sumber kebodohan dan kriminalitas. Pendek kata, pendidikan adalah
penentu apakah bonus demografi 2030 akan membawa kejayaan atau justru menyeret
lebih dalam bangsa ini dalam keterpurukan.
Pada seminar
bertajuk Pendiidkan dalam Tantangan Global: Pengalaman Eropa dan Indonesia, banyak
tokoh pendidikan dan tokoh sosial yang menyampaikan kajian pengamatan mereka
pada dunia pendidikan, termasuk para tokoh pendidikan dari eropa. Para perwakilan
dari negara-negara yang memiliki reputasi pendidikan terbaik di dunia seperti
Finlandia, Jerman, Prancis dan Belanda. Semuanya berbagi pegalaman mereka
membangun sistem pendidikan mereka. Lengkap dengan kendala dan cara
mengatasinya.
Diantara pembicara
yang hadir itu adalah;
- Minna Makihonko, Ph.D. Pakar (Pendidikan dari Finlandia)
- Antoine Devoucoux, (Perwakilan Lembaga Indonesia Prancis)
- Merrik Bellen, Direktur KITLV Jakarta & Perwakilan Universitas Leiden
- Perwakilan Lembaga Uni Eropa
Beberapa
pengamat pendidikan nasional yang mengisi acara antara lain:
- Prof. Nizam, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI
- Utut Adianto, Wakil Ketua Komisi X DPR RI
- KRMT Roy Suryo, Mantan Menteri Pendidikan & Olah Raga RI
- Roostin Ilyas, Aktivis Sosial
Selain pembicara
tersebut di atas, masih terdapat beberapa pembicara lain yang memperluas
perspektif dan memperkaya khazanah dunia pendidikan. Acara ini diselenggarakan di Universitas Indonesia, 28-29 November 2016.
Seperti yang disampaikan Prof. Jenny Malik selaku Direktur Pusat Kajian Eropa Universitas Indonesia yang menjadi penyelenggara acara, tujuan seminar yang diselenggarakan berusaha membuat rumusan jitu dalam mengatasi berbagai masalah pendidikan nasional. Rumusan ini akan disumbangkan bagi para pemangku kebijakan pendidikan agar dijadikan referensi dalam membangun sistem pendidikan yang lebih bisa menjawab tantangan zaman.
Gambar: Foto Pribadi
Jakarta, 28 Safar 1438 H
Apa rekomendasi hasil seminarnya mas rio? Apa salah satunya termasuk UN?
BalasHapusApa rekomendasi hasil seminarnya mas rio? Apa salah satunya termasuk UN?
BalasHapusRekomendasinya sudah dibuat dalam sebuah buku dan diserhakan ke Kementrian terkait Mas Beni.
BalasHapusMasalah Pendidikan kita terlalu kompleks. makanya perlu penanganan yang holistik dan komprehensif.
UN hanya salah satu, persoalan Guru, Kurikulum, juga menjadi perhatian yang mendasar dan titik fokus pembahasan.
Terima Kasih Mas Beni, Semoga Pendidikan kita menjadi lebih baik, lebih memanusiakan, menjadikan manusia Indonesia manusia yang seutuhnya.
Pendidikan aset terpenting suatu bangsa, semoga banyak anak muda Indonesia yang tercerahkan untuk memajukan bangsa Indonesia di pentas dunia.
BalasHapus