Ada
pendapat yang mengatakan salah satu intisari dari ajaran islam adalah keadilan.
Siapa pun yang masuk ke dalam agama ini (Islam) akan diperlakukan adil. Hal itu
banyak dicontohkan pada zaman Nabi dan
para sahabat, walupun ia adalah orang-orang terdekat Rosululloh Sholaullohhu “alaihiwassalam.
Pagi ini
ada ayat yang saya baca berkaitan dengan perintah berlaku adil dalam Al-Qur’an “Sungguh,
Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) membawa kebenaran,
agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah
kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah),
karena (membela) orang yang berkhianat, (Q.S. An-Nisa’(4): 105)
Ayat ini
dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan pencurian yang
dilakukan Tu’mah dan dia menyembunyikan barang curian itu di rumah seorang
yahudi. Tu’mah tidak mengakui perbuatannya itu malah menuduh bahwa yang mencuri
barang itu orang yahudi.
Hal ini diadukan oleh kerabat-kerabat Tu’mah kepada
Nabi Sholaullohhu ‘alaihiwassalam dan mereka meminta agar nabi membela Tu’mah
dan menghukum orang yahudi, kendatipun mereka tahu bahwa yang mencuri barang
itu ialah Tu’mah, nabi sendiri hampir-sampir membernarkan tuduhan Tu’mah dan
kerabatnya terhadap orang yahudi.
Makanya ayat
selanjutnya “dan mohonkanlah ampunan kepada Allah. Sungguh Maha pengampun, Maha
Penyayang” (Q.S. An-Nisa’(4): 106).
Karena hampir
salah dalam memutuskan oleh karena itu Allah memerintahkan meminta ampun kepada
Allah. Selain itu, dengan meminta ampun semoga terbebas dari kesalahan dalam
memutuskan sebuah perkara.
Berlaku adil
memang berat, apalagi terhadap keluarga terdekat kita, orang yang satu
golongan, satu suku, satu bangsa, tetapi Al-Qur’an membawa kebenaran dan
memerintahkan berlaku adil tanpa pandang apakah ia seorang muslim atau yahudi
(kasus di atas). Lantas mengapa sebagian orang masih meragukan Al-Qur’an? Bukankah
semua manusia merindukan keadilan?
Universitas Harvard
Akui Keadilan Ajaran Al-Qur’an.
Masih berbicara
tentang keadilan dalam sebuah diskusi di salah satu grup, sahabat saya pernah
bertanya. Apakah Anda sudah pernah ke Harvard University di massachussets?
Konon
harvard adalah salah satu Universitas Terbaik Dunia dalam berbagai bidang dan merupakan salah satu universitas
tertua di dunia. Fakultas hukum harvar adalah fakultas hukum terbaik di dunia.
Jika Anda
datang ke Fakultas Hukum Harvard University, pada pintu masuknya terpampang
jelas 3 tulisan tentang konsep keadilan, yatu: dari Agustino Hippo, Magna Carta
serta dari Al-Qur’an.
Dari Al-Qur’an?
Benar bahkan konsep keadilan berdasar surat An-Nisa ayat 135:
“Wahai
orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah biar pun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan
kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau pun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa
yang kamu kerjakan.” (Q.S. An-Nisa (4): 135)
Bahkan diantara
ketiga pilihan konsep tersebut, maka Al-Qur’an merupakan yang terpanjang dan
diletakkan pada bagian tengah dari dinding fakultas hukum tersebut.
Faculty
members dari Harvard University saat
ditanya mengapa mereka memilih menempatkan ayat Al-Qur’an pada pintu masuk
mereka?
Mereka pun
menjawab bahwa mereka telah menelusuri berbagai konsep dan teori-teori hukum
yang ada dan tersebar di dunia dan mereka sampai pada kesimpulan bahwa konsep
tentang keadilan yang diungkapkan oleh Al-Qur’an Surah An-Nisa itulah merupakan
konsep yang terbaik, terlengkap, dan paling fair yang pernah ada dan pernah
mereka temukan.
Jadi jika
ada yang mengatakan Al-Qur’an dapat menjadi pemicu memecah belah rakyat
(bangsa), itu adalah pandangan yang tidak berdasar, ilmiah, dan objektif. Hanya
orang yang berpikir jernihlah yang dapat menemukan kebenaran, mengimani, bahkan
siap melaksanakan Al-Qur’an.
Aneh jika
orang yang membela Al-Qur’an dianggap bertentangan dengan kebinekaan, bukankah
dalam kisah Tu’mah dan Yahudi di atas, Islam mengajarkan untuk berlaku adil walaupun
terhadap seorang yahudi (karena misinformasi).
Sebagai muslim,
Al-Qur’an mengajarkan kami untuk berlaku adil terhadap siapa pun di alam
semesta ini.
Dalam dunia pendidikan, kami juga diajarkan dalam menganalisis sesuatu, melihat sesuatu harus
lengkap dan berimbang.
Walupun ia
seorang muslim sekalipun, jika salah tetap salah. Apalagi yang telah jelas menghina
Al-Qur’an sebagai alat untuk membohongi. Ini bukan hanya soal etnis atau agama
seseorang, tetapi tentang keadilan. Kepastian hukum.
Al-Qur’an
telah mengajarkan, untuk menjaga keutuhan sebuah bangsa, keadilan adalah salah
satu pilar terkuat. Oleh karena itu, Al-Qur’an membawa kebenaran dan keadilan. Itulah
yang bisa membawa bumi ini menuju kedamaian, keharmonisan, dan kesejahteraan. Baik
di dunia dan akhirat.
Berlaku adil
tentu berat, apalagi yang tidak mengenal konsep keimanan. Tetapi, secara fitroh
manusia sebagai ciptaan Allah yang Ahad. Suara hati manusia tidak akan bisa
berdusta, apa pun agamanya, di negara mana pun Anda berada, pasti kita semua
merindukan keadilan.
Terakhir,
Mari kita menjadi manusia yang bukan hanya pandai menuntut keadilan, tetapi
Al-Qur’an menyeru orang-orang beriman ke tingkatan yang lebih tinggi. Jadilah
kamu orang yang benar-benar penegak keadilan.
Jakarta, 16
Rabiul Awal 1438 H
Wah Harvard juga mengakui keadilan Al Quran ternyata ya. Semoga hidayah Allah segera turun pada segenap warga Harvard..amiin
BalasHapus