Menjadi pusat
sorotan banyak orang tentu menjadi
kebahagian manusia. Mendapatkan sanjungan, kata-katanya selalu dirindu,
status di media sosialnya banyak mendapatkan jempol dan like. Itu manusiawi.
Di tengah
banjir pujian yang kita dapatkan,
sebenarnya kitalah yang mengetahui siapa diri kita sebenarnya? Apakah kita
termasuk orang yang baik atau tidak? Bukankah Allah Maha Mengetahui segala isi
hati manusia?
“Jangan
tertipu banyaknya mata yang rindu akan melihat sosokmu, atau banyaknya telinga
yang rindu akan kata-kata yang keluar dari mulutmu, sementara hakikat dirimu
tak lebih baik dari mereka, yang mungkin ilmunya tak seberapa, tapi yang
sedikit itu menyerap dalam dirinya yang akhirnya membuahkan amal shalih.”
Itu semua
bukan berarti kita berhenti melakukan kebaikan untuk menghindari pujian. Akan tetapi,
sebagai pengingat untuk selalu meluruskan dan memperbaharui niat. Bukankah Bagi orang-orang
yang ikhlas pujian dan cacian tidak mempengaruhi dalam melakukan yang terbaik
selama hidupnya?
Gambar: Google
Gambar: Google
Jakarta, 28
Rabiul Awal 1438 H
Bener sekali Mas Rio, terkadang kita sering tertipu atau bahkan menipu diri sendiri, lupa pada esensi kedirian kita. Semoga bisa senantiasa memperbaharui niat ya, dan terhindar dari sifat2 tercela
BalasHapusPencerahan yang menggugah kesadaran. Kalau kita sebagai manusia terkadang sering lupa diri dan menipu diri. Mulai sekarang saya akan berusaha untuk jujur kepada diri sendiri. Karena itu mendamaikan.
BalasHapus