Kita hidup di era yang serba cepat. Setiap hari, inbox dan timeline kita dipenuhi oleh kritik, cibiran, atau debat tak berujung. Kadang, rasanya sulit sekali menjaga hati tetap tenang dan fokus.
Jika Nabi Muhammad ﷺ hidup di zaman media sosial, bagaimana kira-kira beliau menyikapi troll yang menghina, kritik yang menyakitkan, atau perdebatan yang sia-sia?
Jawabannya sudah tertulis jelas, lebih dari 1.400 tahun lalu, dalam sebuah "kode etik" perilaku sosial yang luar biasa. Inilah resep spiritual survival dari Al-Qur'an yang mendahului semua teori psikologi dan komunikasi modern:
Allah ta'ala berfirman:
خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ
Artinya: “Jadilah engkau pemaaf, perintahkanlah yang ma‘ruf, dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A'raf: 199) Ayat yang ringkas ini memuat tiga pilar kebijaksanaan yang akan mengubah cara kita berinteraksi, dan yang paling penting, cara kita menjaga kedamaian hati kita sendiri.
Pilar 1: Khudzil 'Afwa – Kekuatan Pemaaf yang Menyembuhkan Jiwa
Perintah pertama adalah Ambillah sikap pemaaf.
Bayangkan ini: Seseorang membuat kesalahan fatal di tempat kerja, atau teman terdekatmu melukai perasaanmu. Reaksi alami kita adalah menuntut keadilan, marah, atau bahkan membalas. Namun, Al-Qur'an menawarkan jalan yang berbeda.
Para ulama, seperti Imam Al-Qurthubi, mengajarkan bahwa pemaafan bukanlah tanda kelemahan, melainkan keagungan jiwa. Orang yang memaafkan adalah orang yang memilih untuk tidak membiarkan kesalahan orang lain merusak kedamaian batinnya.
Kenapa Maaf Itu Kuat? (Ditinjau dari Sains)
Psikologi modern (Forgiveness Research) membuktikan kebenaran ini. Menjaga dendam itu ibarat meminum racun dan berharap orang lain yang sakit. Studi menunjukkan bahwa:
- Memaafkan dapat menurunkan tingkat kortisol (hormon stres) dalam tubuh.
- Memaafkan dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi stres kronis.
Saat Anda memaafkan, Anda seolah mengaktifkan Prefrontal Cortex (pusat kontrol emosi di otak), alih-alih membiarkan Amygdala (pusat kemarahan) mengendalikan respons Anda. Maaf adalah hadiah yang Anda berikan untuk diri Anda sendiri.
Pilar 2: Wa'mur bil 'Urf – Kebaikan Adalah Investasi Sosial Terbaik
Setelah membersihkan hati dari amarah melalui maaf, langkah berikutnya adalah berbuat positif: Perintahkanlah yang ma'ruf (kebaikan).
'Urf' berarti segala sesuatu yang dikenal baik—baik secara syariat maupun akal sehat: sopan santun, tolong-menolong, keadilan, dan nasihat yang lembut. Ini adalah perintah untuk aktif membangun lingkungan positif.
Aplikasi Pribadi:
Kita tidak harus menjadi dai di podium. Perintah ma'ruf bisa sesederhana:
- Menggunakan kata-kata yang lembut saat memberikan kritik. 
- Menjadi pendengar yang baik bagi yang sedang kesulitan. 
- Memulai inisiatif kecil untuk membantu tetangga atau rekan kerja. 
Pilar ini mengajarkan bahwa akhlak bukan hanya pasif (menahan diri dari keburukan), tetapi juga aktif (menyebar kebaikan). Setiap kata baik yang Anda ucapkan adalah investasi yang akan menumbuhkan kepercayaan dan empati (hormon Oksitosin) dalam hubungan sosial.
Pilar 3: Wa A'rid ‘Anil Jahilin – Seni Berpaling yang Cerdas
Inilah pilar yang paling dibutuhkan di era digital: Berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.
Siapa Al-Jahilin (orang bodoh) di sini? Bukan hanya orang yang tidak berilmu, tetapi orang yang memilih untuk berinteraksi dengan cara yang emosional, mencaci, menghina, atau memancing perdebatan sia-sia.
Contoh Praktis:
Ketika ada netizen berkomentar provokatif di post Anda, atau rekan kerja yang sengaja menyindir untuk memancing amarah Anda:
- Jangan Melayani: Jangan membalas kebodohan dengan kebodohan. Rasulullah ﷺ selalu mencontohkan ini dengan diam, sabar, dan bahkan mendoakan kebaikan bagi penghina beliau. 
- Kontrol Emosi: Perintah "berpaling" adalah bentuk kecerdasan emosional tertinggi. Anda memilih untuk mengendalikan respons Anda, bukan membiarkan orang lain mengendalikan emosi dan hari Anda. 
Tidak semua pertanyaan perlu dijawab. Tidak semua pertengkaran harus dilayani. Kadang, kedewasaan adalah memilih untuk diam dan berjalan menjauh.
Refleksi Akhir: Memiliki Kelembutan Adalah Ilmu Hidup
QS. Al-A’raf: 199 adalah panduan etika yang lengkap:
- Selesaikan masa lalu dengan Maaf. 
- Bangun masa kini dengan Kebaikan. 
- Lindungi masa depan dari kerusakan dengan Berpaling. 
Sungguh menakjubkan bahwa ajaran yang diturunkan oleh Allah ini telah mencakup prinsip-prinsip kebahagiaan psikologis dan efektivitas komunikasi sosial yang kini baru diakui oleh ilmu pengetahuan.
Kelembutan dan kebijaksanaan bukanlah tanda kelemahan, melainkan kekuatan batin yang menghidupkan hati dan menenangkan jiwa.
Bagaimana menurut Anda? Apakah ada bagian dari superpower ini yang terasa paling menantang untuk Anda aplikasikan hari ini?

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung. Semoga langkah Anda hari ini membawa semangat baru untuk terus bertumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijak. Saya menghargai setiap dedikasi dan perjalanan Anda. Sampai kita berjumpa kembali, dalam tulisan atau kehidupan nyata.