Said tampak sukses di mata semua orang.
Jabatan yang tinggi, ekonomi mapan, penampilan yang elegan, pembicara yang fasih dan keluarga yang ideal, ia miliki semuanya.
Namun ia tahu bahwa di balik penampilan yang memukau ini tersimpan kekosongan yang menghantuinya setiap malam sebelum ia tidur.
Ia berkata pada dirinya sendiri :
Aku punya segalanya... kecuali ketenangan hati dan pikiran
Ia selalu mencoba mengisi kekosongan batin itu dengan membuat proyek-proyek baru, relasi baru, membeli pakaian dan barang-barang mewah, atau pergi ke restoran dan kafe.
Namun setiap kali dijalani, ia kembali dalam keadaan lebih lelah dan lebih tidak jelas arah..!
Suatu hari, ketika ia menjenguk ibunya yang sakit di rumah sakit, ia melihat ibunya sedang memegang Al-Qur'an kecil dan membacanya dengan suara lembut yang menenangkan.
Said bertanya kepadanya: Ibu, apa yang membuatmu begitu tenang dan tenteram meskipun sedang sakit?"
Ibunya tersenyum dan berkata:
Karena aku hidup dengan firman Allah, Anakku... Dan siapa pun yang berpegang teguh pada Al-Qur'an, ia tidak akan kekurangan apa pun.
Said sangat tersentuh dan hatinya bergetar mendengar kata-kata itu.
Sejak hari itu, ia memulai perjalanan yang berbeda dengan sebelumnya.
Ia membeli Al-Qur'an dan bertekad untuk membaca hanya lima halaman setiap pagi, tidak lebih.
Namun, lima halaman pertama itu menghasilkan keajaiban yang luar biasa. Kebuntuan-kebuntuan yang ada dalam dirinya, ia merasakannya mencair perlahan dan seolah-olah Al-Qur'an tidak ia baca dengan matanya, melainkan dengan kedalaman jiwanya.
Setelah seminggu, ia dengan penuh harap menantikan waktunya bersama Al-Qur'an seperti seseorang yang menantikan pertemuan yang sangat berharga.
Ia mulai membaca lebih banyak lagi, menuliskan renungannya dan menangis karena sangat tersentuh oleh ayat-ayat Al-Qur'an dan itu pertanda hati dan jiwanya sudah kembali kepada Allah.
Ia berkata :
Seolah-olah ayat-ayat itu memahami kebutuhan spritual, intelektual, psikologis/ emosionalku dan seakan ayat-ayat itu memegang tanganku dan membimbingku kembali ke jalan yang benar dan kompas kehidupan yang sejati.
Seiring berlalunya waktu, dampak dari wirid harian (berinteraksi dengan Al-Qur'an) ini, ia mulai merasakan perubahan luar biasa dalam setiap aspek kehidupannya; suaranya melembut, hatinya lapang, ketenangannya semakin dalam, ia merasa dirinya sangat berharga/bernilai di mata Allah, dan ia mulai memandang hidup melalui sudut pandang baru yang penuh sukacita. Bahkan tekanan pekerjaan pun tak lagi membebaninya seperti dulu dan hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya menjadi jauh lebih dalam, lebih baik dan lebih bermakna.
Kecintaannya pada Al-Qur'an pun tumbuh hingga ia tak bisa memulai hari tanpanya.
Ia membaca dan mentadabburkan (menghayati dan menginternalisasi) ayat-ayat Al-Qur'an setiap hari setelah shalat subuh berjamaah di masjid, seraya berkata:
Berkah turun setiap hari padaku bersama ayat pertama Al-Qur'an yang aku baca.
Bahkan labih dari itu, Ia menyadari sesuatu yang menakjubkan:
Ketika ia memulai harinya dengan membaca Al-Qur'an, harinya akan berjalan lancar penuh berkah dan ia akan menyelesaikan tugas-tugasnya hari itu dengan sukacita, seolah-olah ada cahaya yang menerangi setiap jam dan langkahnya. Dan jika suatu hari ia tidak membaca Al-Qur'an karena keadaan atau kesibukan yang tak terhindarkan, ia merasa segalanya terasa kurang bahkan stugnan.
Maka ia menulis di buku catatannya :
Akhirnya aku menemukan tempat berlabuhku yang sebenarnya… Ternyata rumahku ada di antara sampul Kitab yang mulia ini (Al-Qur'an Al Karim)..
Disadur oleh : Ust. Fathuddin Ja'far
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung. Semoga langkah Anda hari ini membawa semangat baru untuk terus bertumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijak. Saya menghargai setiap dedikasi dan perjalanan Anda. Sampai kita berjumpa kembali, dalam tulisan atau kehidupan nyata.