Siang
itu, saat qailulah (tidur siang menjelang dzuhur), Umar bin Abdul Aziz hendak
merebahkan punggungnya sejenak. Ia belum lama dibaiat sebagai khalifah.
Putranya, Abdul Malik yang masih sangat belia dan dikenal sholih serta ahli
ilmu masuk menemui ayahnya itu, protes.
Abdul
Malik berkata, “Wahai Amirul Mukminin, apa jawabanmu kelak di hadapan Rabb mu
jika Dia bertanya kepadamu: kamu melihat bid’ah dan tidak kamu matikan atau
sunnah dan tidak kamu hidupkan?
Umar Bin
Abdul Aziz menjawab tenang, “Semoga Allah merahmatimu dan membalas kebaikanmu
sebagai anak yang baik. Anakku, sesungguhnya masyarakatmu dulu telah melakukan
semua itu seikat demi seikat hingga kuat sekali, maka kapan pun kamu hendak
mencabutnya dari mereka, aku khawatir mereka akan membuat gaduh dan pertikaian
hingga akan banyak pertumpahan darah.
Abdul
Malik bertanya lagi, “Wahai ayah, apa yang menghalangimu untuk segera
menegakkan keadilan seperti yang kau inginkan?”
Umar bin
Abdul Aziz menjelaskan strateginya, “Wahai anakku, sesungguhnya aku ingin
melatih dan mengajak masyarakat sebuah latihan yang sulit. Aku ingin
menghidupkan keadilan, tapi aku akhirkan agar aku bisa mengeluarkannya
bersamaan dengan sifat tamak terhadap dunia. Agar mereka lari dari ini dan
masuk dengan tenang ke ini.”