Kamis, 08 Maret 2018

Sakit, Gejala Sakit dan Kesembuhan

Ada pertanyaan yang menarik dari dr. Zen ahad lalu di ruang diklat Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta (4/3). Mengenai apa itu sakit? Mengapa seseorang bisa sakit? Kenapa ada orang yang sehat? Pada pembahasan kali ini, kita akan fokus membahas tentang sakit, gejala sakit, dan kesembuhan.

Ustadz Rosyad memberikan pendangan yang menarik tentang penyakit.  Dalam grup diskusi Internasional Islamic Medicine Foundation (IIMF) selasa yang lalu (6/3) menjelaskan, yang disebut penyakit dalam kehidupan manusia sehari-hari itu sebetulnya adalah gejala sakitnya (simtoma). Jika berlangsung lama maka terjadi penumpukan di bagian sakitnya itu dan atau menyebar ke area/sektor lainnya. Adapun sakit yang sesungguhnya adalah akar dari segala penyebabnya itu.

Ada penyebab utama, ada pula penyebab ikutan (tambahan).
Ketelitian dan ketekunan membedakan dan memilah, memposisikan masing-masing sebab, serta upaya memperbaikinya itu menjadi "seni" dalam proses terapi. Adapun kesembuhan, itu adalah wilayah mutlak Allah subhanahu wata’ala.

Kesembuhan itu bukan berasal dari makhluk.
Bagi makhluk, kesembuhan itu hanya sampai pada batas harapan bersamaan saat awal dilakukannya proses terapi, pada saat proses itu dijalankan dan di saat akhir prosesnya.

Sebab utama sakit dan kerusakan lainnya itu adalah buruk-jahatnya jiwa (syarrun nafs شر النفس ) dan kesalahan dari perbuatan demi perbuatan (suu-ul 'amal سوء العمل ). Baik secara sepihak berasal dari dirinya sendiri, atau murni berasal orang lain atau secara bersamaan dari andil keduanya. Yang jelas, syarrun nafs dan suu-ul 'amal itu pilar dari segala penyebabnya.

Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam bersabda,

وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

Kami berlindung kepada ALLaah dari kejahatan jiwa kami dan dari kesalahan perbuatan kami
(HR. An-Nasaa-i 1387, Ibnu Majah 1882. Shahih)


Sebab-sebab ikutan adalah segala sebab yang merupakan rangkaian proses setelah kedua hal di atas, termasuk jin pengganggu, virus, bakteri patogen, racun, benturan, luka, buly, cacian, ancaman, pujian berlebih, dan sebagainya.

1.      Memperbaiki dasar penyebabnya adalah fondasi dari terapi.
2.      Menghilangkan sebab-sebab ikutannya menjadi pelengkap proses terapi.
3.      Menyempurnakannya adalah dengan menyertakan doa harapan sembuh di awal, di saat dan di akhir setiap proses terapi kepada Zat Pemilik Kesembuhan, Allaah subhanahu wata’ala.

Jika sembuh itu diberikan di dunia, maka hendaklah bersyukur dengan sebenarnya syukur. Bersemangat menuliskan sejarah hidup di sisa waktu dengan sebaik-baiknya tulisan dalam bentuk niat dan amal shalih. Jadilah diri yang semakin taat dan dekat dengan Sang Khaliq dan jadilah pribadi yang semakin bermanfaat bagi para makhluk-Nya.

Jika sembuh itu ditunda pemberiannya di dunia setelah penantian panjang dalam proses terapi dan doa berharap sembuh, maka hendaknya dia berbahagia karena penyerahan kumpulan dari sekian kali proses dan harapan itu akan diserahkan dalam dua jenis penyerahan:

1.      Dalam bentuk penghindar dan pencegah keburukan demi keburukan di masa depannya, yang semula keburukan itu sudah ditakdirkan terjadi atas dirinya selama hidup di dunia.
2.      Dalam bentuk pahala besar dari sekian upaya dan harapannya, yang semua itu akan diterimanya di akhirat atas kesabarannya, dengan catatan tidak isti'jal.*


عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا”، قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ قَالَ: “اللَّهُ أَكْثَرُ”
(رواه أحمد ١٠٧٠٩).
​Dari Abu Sa’id berkata; Nabi  bersabda:​
​“Tidak ada seorang muslim pun yang berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa atau pemutusan tali silaturrahim, kecuali ALLaah akan memberinya salah satu dari tiga kemungkinan;​
​- disegerakan pengabulan doanya (di dunia ini), atau​
​- disimpan/ditabung sebagai pahalanya untuknya untuk (diberikan) di akhirat,​
​- atau ia dijauhkan dari keburukan yang setara nilainya (dengan doa itu)”.​

​Para sahabat berkata: “Jika demikian kita perbanyak (berdoa yang banyak) saja”, beliau bersabda: “ALLaah memiliki yang lebih banyak (sebagai balasan dan pengabulan)”​
(HR. Ahmad  10709).

قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.

(Surat Az-Zumar, Ayat 10)

Semoga keselamatan, rahmat, dan barokah Allah selalu menyertai kita semua. 

* isti'jal: tergesa ingin dapatkan segera, dan saat tidak mendapatkannya dia kecewa.

Hadir ya di Islamic Medicine Expo (IME) 2018.

Photo Credit: myelomacrowd.org
 
Jakarta, 20 Jumadil Akhir 1439 H
RSP

2 komentar:

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.