Ada
pertanyaan yang menarik dari dr. Zen ahad lalu di ruang diklat Masjid Raya
Pondok Indah, Jakarta (4/3). Mengenai apa itu sakit? Mengapa
seseorang bisa sakit? Kenapa ada orang yang sehat? Pada pembahasan kali ini,
kita akan fokus membahas tentang sakit, gejala sakit, dan kesembuhan.
Ustadz
Rosyad memberikan pendangan yang menarik tentang penyakit. Dalam grup diskusi Internasional Islamic
Medicine Foundation (IIMF) selasa yang lalu (6/3) menjelaskan, yang disebut
penyakit dalam kehidupan manusia sehari-hari itu sebetulnya adalah gejala
sakitnya (simtoma). Jika berlangsung lama maka terjadi penumpukan di bagian
sakitnya itu dan atau menyebar ke area/sektor lainnya. Adapun sakit yang
sesungguhnya adalah akar dari segala penyebabnya itu.
Ada
penyebab utama, ada pula penyebab ikutan (tambahan).
Ketelitian
dan ketekunan membedakan dan memilah, memposisikan masing-masing sebab, serta
upaya memperbaikinya itu menjadi "seni" dalam proses terapi. Adapun
kesembuhan, itu adalah wilayah mutlak Allah subhanahu wata’ala.
Kesembuhan
itu bukan berasal dari makhluk.
Bagi
makhluk, kesembuhan itu hanya sampai pada batas harapan bersamaan saat awal
dilakukannya proses terapi, pada saat proses itu dijalankan dan di saat akhir
prosesnya.
Sebab
utama sakit dan kerusakan lainnya itu adalah buruk-jahatnya jiwa (syarrun
nafs شر النفس ) dan
kesalahan dari perbuatan demi perbuatan (suu-ul 'amal سوء العمل ). Baik
secara sepihak berasal dari dirinya sendiri, atau murni berasal orang lain atau
secara bersamaan dari andil keduanya. Yang jelas, syarrun nafs dan suu-ul
'amal itu pilar dari segala penyebabnya.
Nabi
shallaLLaahu 'alaihi wasallam bersabda,
وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
Kami
berlindung kepada ALLaah dari kejahatan jiwa kami dan dari kesalahan perbuatan
kami
(HR.
An-Nasaa-i 1387, Ibnu Majah 1882. Shahih)
Sebab-sebab
ikutan adalah segala sebab yang merupakan rangkaian proses setelah kedua hal di
atas, termasuk jin pengganggu, virus, bakteri patogen, racun, benturan, luka,
buly, cacian, ancaman, pujian berlebih, dan sebagainya.
1.
Memperbaiki dasar
penyebabnya adalah fondasi dari terapi.
2.
Menghilangkan sebab-sebab
ikutannya menjadi pelengkap proses terapi.
3.
Menyempurnakannya adalah
dengan menyertakan doa harapan sembuh di awal, di saat dan di akhir setiap
proses terapi kepada Zat Pemilik Kesembuhan, Allaah subhanahu wata’ala.
Jika
sembuh itu diberikan di dunia, maka hendaklah bersyukur dengan sebenarnya
syukur. Bersemangat menuliskan sejarah hidup di sisa waktu dengan
sebaik-baiknya tulisan dalam bentuk niat dan amal shalih. Jadilah diri yang
semakin taat dan dekat dengan Sang Khaliq dan jadilah pribadi yang semakin
bermanfaat bagi para makhluk-Nya.
Jika
sembuh itu ditunda pemberiannya di dunia setelah penantian panjang dalam proses
terapi dan doa berharap sembuh, maka hendaknya dia berbahagia karena penyerahan
kumpulan dari sekian kali proses dan harapan itu akan diserahkan dalam dua
jenis penyerahan:
1.
Dalam bentuk penghindar
dan pencegah keburukan demi keburukan di masa depannya, yang semula keburukan
itu sudah ditakdirkan terjadi atas dirinya selama hidup di dunia.
2.
Dalam bentuk pahala besar
dari sekian upaya dan harapannya, yang semua itu akan diterimanya di akhirat
atas kesabarannya, dengan catatan tidak isti'jal.*
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا”، قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ قَالَ: “اللَّهُ أَكْثَرُ”
(رواه أحمد ١٠٧٠٩).
(رواه أحمد ١٠٧٠٩).
Dari
Abu Sa’id berkata; Nabi ﷺ bersabda:
“Tidak
ada seorang muslim pun yang berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa
atau pemutusan tali silaturrahim, kecuali ALLaah akan memberinya salah satu
dari tiga kemungkinan;
-
disegerakan pengabulan doanya (di dunia ini), atau
-
disimpan/ditabung sebagai pahalanya untuknya untuk (diberikan) di akhirat,
- atau
ia dijauhkan dari keburukan yang setara nilainya (dengan doa itu)”.
Para
sahabat berkata: “Jika demikian kita perbanyak (berdoa yang banyak) saja”,
beliau bersabda: “ALLaah memiliki yang lebih banyak (sebagai balasan dan
pengabulan)”
(HR.
Ahmad 10709).
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Katakanlah
(Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.”
Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan
bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan
pahalanya tanpa batas.
(Surat
Az-Zumar, Ayat 10)
Semoga
keselamatan, rahmat, dan barokah Allah selalu menyertai kita semua.
* isti'jal:
tergesa ingin dapatkan segera, dan saat tidak mendapatkannya dia kecewa.
Hadir ya di Islamic Medicine Expo (IME) 2018.
Photo Credit: myelomacrowd.org
Hadir ya di Islamic Medicine Expo (IME) 2018.
Photo Credit: myelomacrowd.org
Jakarta,
20 Jumadil Akhir 1439 H
RSP
Syukron ustad
BalasHapusAfwan, Semoga Allah memberkahimu saudaraku
Hapus