Rabu, 07 Maret 2018

Mengapa Kemapanan Karakter Penting?


“Character is what God and the angels know of us; reputation is what men and women think of us.”

Sesuai dengan judul tulisan ini, mengapa kemapanan karakter itu penting dimiliki?

Sesuai dengan kata-kata bijak di atas, bahwa karakter adalah sesuatu yang Allah dan para malaikat ketahui tentang kita, sedangkan reputasi adalah apa yang laki-laki dan perempuan pikirkan tentang kita.

Sahabat, sebagian kita mungkin sering mendapatkan pujian dan sanjungan atas prestasi yang kita raih. Tentu ini adalah atas karunia Allah dan semua pujian hanyalah bagi Allah. Sebagian lagi, mendapatkan sindiran, dicemooh oleh orang lain. Tentu ini juga atas izin Allah.

Karakter kita yang sesungguhnya bukan hanya sesuatu yang tampak di hadapan manusia, akan tetapi apa yang Allah ketahui tentang diri kita. Mengapa?

Bisa saja seseorang itu, berbeda cara berpikir, bertutur, dan tingkah lakunya dalam keramaian atau saat sendiri.

Membangun sesuatu yang ada di dalam dirimu, jauh lebih penting daripada membangun sesuatu yang berada di luar sana. Karena, segala sesuatu yang kita lihat, dengar, rasakan, dan miliki saat ini adalah gambaran/ pantulan dari dalam diri kita.
Layaknya proyektor yang menampilkan sesuatu yang ada di dalam notebook. Begitu juga, diri kita. Maka, jika ingin mengubah apa yang kita lihat, dengar, rasakan, dan miliki. Belajarlah untuk bersungguh-sungguh mengubah sesuatu yang ada di dalam diri kita terlebih dahulu. Ini sangat penting, dalam membangun kemapanan karakter.

Mari kita kembali ke judul tulisan ini,

Teman baik saya justru memberikan sudut pandang baru yang mungkin selama ini jarang dipedulikan dan tidak mendapat perhatian oleh banyak laki-laki ditengah upaya mengejar kemapanannya.

Ada hal yang jauh lebih penting daripada kemapanan itu sendiri. Teman baikku menyebutnya sebagai modal kemapanan. Sesuatu yang tidak berubah dari jaman dulu hingga ribuan tahun mendatang. Modal kemapanan itu adalah karakter. Tentu saja karakter yang baik. Kemapanan berupa kekuatan finansial akan berubah seiring waktu, dia tidak melekat secara utuh. Bisa tiba-tiba hilang begitu saja.

Karakter melekat pada diri dan ada di dalam diri manusia. Sedangkan kemapanan materi berasa dari luar diri manusia, bisa hadir dan bisa hilang dengan mudah, tidak melekat.

Karakter seperti jujur, bertaqwa, baik, santun, lemah lembut, ulet, pekerja keras  dll sifatnya jauh lebih abadi dibanding kemapanan itu sendiri. Kemapanan finansial bisa didapat melalui karakter-karakter baik itu.

Meski bisa juga terjadi seseorang menjadi kaya raya karena mendapat banyak warisan dari orang tuanya. Akan tetapi, jika ia tidak memilki karakter baik itu, lihatlah berapa lama semua kekayaannya akan bertahan. Atau mungkin juga harta benda seseorang hilang sekejar karena bencana alam atau sejenisnya. Untuk makan pun tidak ada. Apa yang membuatnya bisa bertahan dan bangkit? Karakter baik lah yang akan membuatnya mampu melalui semua proses itu.

     Baca juga: Great Safety

Parameter mapan akan selalu berubah dan hampir tidak ada tolok ukur pastinya. Setiap orang berbeda. Akan tetapi, modalnya tetap sama. Yaitu karakter baik. Itulah mengapa memilih seseorang dengan karakter yang baik jauh lebih penting daripada soal kemapanan itu sendiri. 

    Baca juga: Mengapa Harus Menikahi Potensi.

Materi yang didapatkan dengan modal karakter baik akan memiliki nilai keberkahan, karena dia akan menjaga segala sumber materi itu agar mengalir melalui cara-cara yag berkah. Tidak hanya sekedar dapat dan asal melimpah.

Laki-laki banyak yang abai dalam mempersiapkan karakter ini. Lebih sibuk mempersiapkan diri dengan hitungan rupiah dan memiliki rumah atau semacamnya. Sementara pendapat teman baik saya ini sendiri mematahkan keyakinan saya soal materi dan kemapanan.

Fakta di lapangan membuktikan, bahwa ketidakharmonisan hubungan rumah tangga bukan hanya karena faktor finansial, akan tetapi karena lemahnya kemapanan karakter baik suami atau istri untuk berbagi peran dan saling melengkapi dalam mengisi kehidupan mereka. Akhirnya, mereka merasa hampa di tengah bergelimangnya materi. Sehingga, dua-duanya mencari pelarian ke luar rumah untuk mencari kebahagiaan.

Perempuan, pada dasarnya tidak begitu melihat kemapanan finansial sebagai sesuatu yang harus dan wajib. Namun melihatnya sebagai sebuah bukti kesiapan. Laki-laki yang siap secara finansial untuk memberi nafkah tentu baik.

Namun, perihal karakter ini benar-benar telah memporak-porandakan apa-apa yang selama ini menjadi salah dan terlalu berlebihan. Bahwa karakter baik akan mengantarkan seorang laki-laki ke dalam segala kesiapan baik batin maupun fisik. Tidak melakukan penundaan atau bahkan meminta seseorang perempuan untuk menunggu hanya karena alasan belum siap secara finansial. Karakter baik ini akan menjauhkan seseorang dari prasangka buruk dan ketakutan soal rejeki. Bahwa rejeki itu akan dijamin selama ia mau mengusahakan.

Kata teman baik saya, tidak penting berpenghasilan tetap, yang terpenting tetap menghasilkan. Orang dalam hal ini laki-laki dengan karakter baik akan tahu dimana tanggung jawabnya.

Tidak hanya sebagai seorang suami saja dan juga kelak ketika menjadi ayah. Tidak hanya pandai ‘membuat anak’ tapi juga ikut serta dan pandai mendidik anak. Teman baik saya menambahkan, hampir tidak ada kisah cinta yang terbaik dalam sejarah yang menceritakan soal kemapanan finansial sebagai tolok ukur utama. Wanita-wanita utama dalam islam pun tidak memilih seseorang lantaran kekayaannya, namun ketaqwaan dan keimanannya. Sesuatu yang jauh lebih abadi daripada materi. Sesuatu yang akan membuat seorang laki-laki mau berusaha keras dan sadar kewajibannya.

Lalu bagaimana caranya melihat karakter seorang laki-laki, pertanyaan ini tentu akan menjadi berbeda. Tidak ada rumus khususnya karena karakter itu akan muncul dengan sendirinya. Sesuatu yang alami dan berjalan dibawah kesadaran.

Gunakan mata hati kita untuk melihat. Betapa banyak sebenarnya laki-laki baik di sekitarmu. Juga betapa banyak laki-laki yang pura-pura baik, menutup-nutupi segala kekurangannya dan melipatkangandakan segala kelebihannya sebagai mana para pencinta yang mabuk oleh romantika masa muda yang melenakan itu.

Karakter yang baik akan memberikan kesadaran bahwa mencintai itu bukan hanya soal waktu, namun soal keimanan dan ketaqwaan. Bahwa mencintaimu tidak dan jangan sampai mengkhianati Tuhan. Apalagi menentang segala aturan-Nya. Cinta yang baik akan lahir dari karakter seseorang yang baik.

Mari kita fokus mencari perhatian Sang Khalik, kurangi mencari perhatian makhluk. Semoga kemapanan karakter yang kita bangun, akan berdiri kokoh di tengah terpaan angin yang datang. 

      Baca juga: Bagaimana Membangun Karakter

Photo Credit: tempo.co

Jakarta, 19 Jumadil Akhir 1439 H.
RSP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.