Kamis, 23 Juni 2016

Bagaimana Memulai Perubahan?


Salah satu yang pasti dalam hidup adalah perubahan. kita tidak bisa menghindari ada banyak hal yang berubah dalam kehidupan manusia akhir-akhir ini. semua dimensi sisi manusia mengalami perubahan yang sangat drastis. Tapi bagaimana kita seharusnya menyikapi perubahan tersebut? Bagaimana cara kita memulai perubahan?

Setiap orang menginginkan sebuah perubahan dalam hidupnya. Jika kita ingin berbicara jujur, diri kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan,keburukan,mau pun kelalaian. Namun, ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah.

Rabu, 22 Juni 2016

Mengasah Jiwa Kepemimpinan



Konon, dahulu kala, hiduplah seorang raja atas sebuah wilayah yang cukup luas. Ia memimpin kerajaannya dengan bijak. Itulah sebabnya, baginda sangat dicintai rakyatnya. Namun, diusianya yang terbilang senja, sang raja mulai merasakan kegelisahan yang mendalam. Ia ingin segera lengser dari tahta kerajaan. Di sisi lain, ia masih belum menemukan ketepatan waktu untuk mengangkat putra mahkota menggantikan posisinya. Ia masih belum menemukan kualitas kepemimpinan yang memadai pada diri sang buah hati.

Hingga suatu petang, ia memanggil buah hati semata wayangnya, sang putra mahkota. Sang raja mengajak putranya berdialog.

“Anakku, kau tahu usia ayahmu tak lagi muda. Tak berapa lama lagi ayah tak akan menjadi raja di negeri kita ini. bagaimana pendapatmu?” kata sang raja

“betul,  ayah. Memang ayah sekarang sudah semakin tua. Ada baiknya bagi ayah untuk menikmati masa tua dengan kedamaian tanpa harus dipusingkan dengan perkara kerajaan.” Demikian putra mahkota berpendapat.

“iya anakku. Karena itu aku meminta engkau untuk mempersiapkan diri guna menggantikan diriku sebagai raja”, lanjut Sang Raja.

“Baik Ayah. Akan kulaksanakan semua permintaan ayah” Jawabnya.

“Baiklah, mulai besok, pergilah engkau ke hutan. Tinggallah di dalam hutan selama satu tahun,” sang raja memberikan perintahnya.

“Untuk apa, ayahku? Bukankah aku sudah ayah bekali dengan berbagai pengetahuan untuk menjadi raja?” segera putra mahkota bertanya.

“Semua yang telah kauperoleh belumlah cukup. Berdiamlah di hutan sana. Cermati sekelilingmu. Dan, selepas satu tahun kembalilah ke sini, ceritakan suara-suara apa saja yang kau dengar di hutan sana” jawab ayahnya

“jika demikian, baiklah. Akan kulakukan segala yang ayah titahkan padaku,” Jawab putra mahkota dengan penuh hormat.

Senin, 06 Juni 2016

Bagaimana Kebiasaan Rasulullah dan Sahabat Ketika Ramadhan ?


Ketahuilah bahwa Rasulullah Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam adalah sosok yang ma’shum. Perkataannya baik, perbuatannya shaleh, dan hatinya suci. Allah selalu menjaganya secara lahir dan batin, yang tampak dan yang tersembunyi, dan meridainya untuk dijadikan panutan manusia.
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. “ (Q.S. AL-Ahzab [33]: 21)
Hati, perkataan, serta perbuatan beliau pasti mulia. Dialah orang yang selalu mendapat limpahan rahmat dari Allah, baik tinggal di rumah atau dalam perjalanan. Dia orang yang telah disucikan Allah lahir dan batin, serta selalu dijaga akhlak, perbuatan, dan perkataannya. 

“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. AL-Qalam [68]: 4)
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S. Ali-Imran [3]: 159)
[246]  Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.
“Sungguh Telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. “ (Q.S. At-Taubah [9]: 128)
Apabila semua ini disadari, sudah seharusnya setiap mukmin yang ingin membersihkan diri, mengikuti semua ajaran Rasulullah Sholaullohhu ‘Alaihi Wassalam. Karena beliau adalah panutan setiap orang yag bertauhid untuk sampai menuju surga.

Kamis, 02 Juni 2016

Bagaimana Menyikapi Takdir ?



Mungkin kita sering mendengar kata takdir. Tidak sedikit yang menyalah artikan arti takdir atau belum memahami secara tepat serta bagaimana menyikapi takdir dengan benar. Karena orang yang memahami takdir dengan benar akan teguh menjalaninya, sedengkan orang yang paling sengsara adalah orang yang selalu berusaha menentangnya. 

Memang ada takdir yang bisa kita ubah dan ada juga takdir yang tidak bisa kita ubah. Oleh karena itu, kewajiban kita adalah berusaha menjemput sesuatu yang sudah ditakdirkan bagi kita. Berikhtiar mengerahkan seluruh upaya guna menggapai takdir yang telah Allah tetapkan.

Seandainya seluruh manusia menghalangimu terhadap sesuatu, itu tidak akan menghalangi segala yang Allah sudah takdirkan untuk kita. Adakah yang kita risaukan dalam hidup jika demikian?

Jika kita sukses dan bahagia itu takdir. Jika kita gagal dan sengsara itu juga takdir. Tetapi takdir selalu diidentikkan dengan musibah, kesengsaraan, kegagalan. Padahal kebahagiaan, kesuksesan, bisa beramal sholeh juga merupakan takdir. 

Lalu apa sebenarnya tujuan takdir?

Rabu, 01 Juni 2016

Teladan Cinta Dari Buya Hamka : Bagaimana Cara Mencintai

Tidak sedikit orang-orang Indonesia yang menjadi tokoh dan idola di luar negeri. Salah satunya Buya Hamka. Tokoh yang memberikan teladan kepada manusia, berjiwa besar, pemaaf dan berlapang dada. 
 
Ada pelajaran yang menarik sekali dari sepenggal kisah perjalanan hidup Buya Hamka yang dituliskan oleh Irfan Hamka. Dalam buku ini, Irfan tidak hanya membahas Buya Hamka sebagai ulama, sastrawan, cendikiawan, atau pemimpin masyarakat, tetapi mengenang beliau sebagai manusia yang dicintai istri, anak-anak, keluarga, murid-murid, dan sahabat-sahabatnya.

Pemilik nama lengkap H. Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) adalah tokoh Indonesia pertama yang menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar (Universitas Tertua di dunia).

Berikut kutipan dari buku "Ayah" karya Irfan Hamka, h.212-213:

AYAH SEPENINGGAL UMMI

Ketika dalam sebuah acara Buya Hamka dan istri beliau diundang, mendadak sang pembawa acara meminta istri Buya untuk naik panggung. Asumsinya, istri seorang penceramah hebat pastilah pula sama hebatnya.

Naiklah sang istri, namun ia hanya bicara pendek. “Saya bukanlah penceramah, saya hanyalah tukang masaknya sang Penceramah.” Lantas beliau pun turun panggung.