Julaibib
namanya. Namun dia adalah seorang sahabat Rasulullah yang mulia. Sangat malu
dan minder ketika tiba-tiba Rasulullah menawarinya untuk menikah. Karena tahu
diri. Namun Rasulullah menenangkannya. Hingga suatu ketika, bertemulah
Rasulullah dengan salah seorang sahabatnya.
“Aku ingin
meminang puterimu.” kata Rasulullah. Sahabat itu sangat bahagia. Siapa yang
tidak bahagia ketika puterinya menjadi istri Nabi.
“Baiklah
wahai Rasulullah, ini merupakan sebuah penghormatan bagi kami.” jawab sahabat
itu dengan sangat riang.
“Bukan
untukku. Tapi untuk Julaibib.” kata Nabi.
“Julaibib???
Julaibib???” katanya dengan kaget. Wajahnya
berubah.
Tidak lagi ceria seperti sebelumnya.
“Namun aku
harus bermusyawarah dulu dengan ibunya.” Lanjutnya.
“Julaibib???
Julaibib???” kata sang istri terkejut saat mendengar berita dari suaminya.
Terbayang dengan jelas dalam benak wanita itu sosok lelaki
yang pendek. Jelek. Hitam. Dan tidak berharta. Dia yang akan menjadi menantunya
nanti. Apa kata orang-orang, pikirnya.