“KEMBALIKAN INDONESIA PADAKU” KARYA TAUFIQ ISMAIL DENGAN PENDEKATAN STRUKTURALISME-SEMIOTIK
1. Pendahuluan
1.1 Latar belakang masalah
Pada saat ini, puisi banyak diminati oleh masyarakat, baik oleh pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat pada umumnya. Akan tetapi, puisi atau sajak sukar dimengerti karena kompleksitas, pemadatan, kiasan-kiasan, dan pemikiran yang sukar. Puisi merupakan kristalisasi pengalaman, maka hanya inti masalah yang dikemukakan, untuk hal itu perlu pemadatan. Untuk pemadatan ini, puisi hanya menyatakan sesuatu hal secara implsit, sugestif, dan mempergunakan ambiguitas. Semuanya itu yang menyebabkan sukarnya pemahaman puisi atau sajak.
Setelah membaca puisi karya Taufiq Ismail yang berjudul “Kembalikan Indonesia Padaku” maka diperlukan pendekatan lain sebagai untuk memahami puisi tersebut, selain menganalisis unsur pembangunnya. Sajak ini bagus sekali dianalisis bagi pemahaman puisi lebih lanjut. Oleh karena itu, perlu adanya kajian puisi untuk memahami puisi.
Yang penting dalam pemahaman puisi adalah pembicaraan sajaknya sendiri. Oleh karena itu, sajak harus dianalaisis dalamnya. Dengan demikian sajak dapat dimengerti secara mendalam dan menyeluruh. Untuk dapat memenuhi analisis struktur dalam puisi itu dipilih teori dan metode strukturalisme-semiotik yang merupakan objektif yang memusatkan perhatiannya pada karya sastra sendiri teori dan metode strukturalisme-semiotik itu diharapakan dapat mengkaji puisi (sajak) secara sedalam-dalamnya, dapat menganalisis kompleksitas struktur puisi dan diharapkan memberikan makna sajak semaksimal mungkin.
1.2 Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam puisi “Kembalikan Indonesia Padaku” karya Taufiq Ismail adalah
a. Bagaimanakah pembacaan semioik dalam puisi ”Kembalikan Indonesia Padaku” karya taufiq Ismail?
b. Bagaimanakah pemberian tema dan masalah pada puisi “Kembalikan Indonesia Padaku” karya Taufiq Ismail?
c. Bagaimanakah pemberian makna totalitas puisi “Kembalikan Indonesia Padaku” karya Taufiq Ismail?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Teoritis
Untuk mengembangkan ilmu sastra di Indonesia dalam menganalisis ataupun mengkritik karya sastra sehingga makna karya dapat dicapai semaksimal mungkin.
1.3.2 Tujuan Praktis
Untuk mendapatkan kemampuan dan meningkatkan mahasiswa dan masyarakat dalam memahami puisi dalam arti luas.
1.4 Landasan Teori dan Metode Analisis
a. Teori Strukturalisme-Semiotik
Teori strukturalisme-semiotik merupakan penggabungan dua teori strukturalisme dan teori semiotik. Strukturalisme dan semiotik itu berhubungan erat. Semiotik merupakan perkembangan strukturalisme.
Pada intiya, teori strukturalisme dalam karya sastra sebagai berikut : karya sastra itu merupakan sebuah struktur yang unsur-unsurnya atau bagian-bagiannya saling berjalinan erat. Dalam struktur itu unsur-unsurnya tidak mempunyai makna dengan sendirinya maknanya ditentukan oleh saling hubngannya dengan unsur-unsur lainnya dan keseluruhan atau totalitasnya. Unsur karya sastra itu hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuh-penuhnya atas dasar pemahman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra. Antara unsur karya sastra itu ada koherensi atau pertautan erat, unsur-unsur itu tidak otonom, tetapi merupakan bagian dari situasi yang rumit, dari hubungannya dengan bagian lain dari unsur-unsur itu mendapatkan maknanya. Analisis struktural sukar dihindari sebab analisis demikian itu baru memungkinkan tercapinya pemahaman yang optimal. (Pradopo, 1995:98)
Akan tetapi, analisis berdasarkan teori strukturalisme murni mempunyai banyak kekurangan. Kelemahan pokok analisis struktural murni itu : (a) melepaskan karya sastra dari rangka sejarah sastra, b) mengasingkan karya sastra dari rangka sosial budayanya hal ini disebabkan karena analisis struktural itu merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, tidak memerlukan pertolongan dari luar struktur, padahal karya sastra itu tidak dapat terlepas dari situasi kesejarahannya dan kerangka sosial budayanya. Di samping itu, peranan pembaca sebagai pemberi makna dalam interpretasi karya sastra tidak dapat diabaikan. Tanpa aktivitas pembaca, karya sastra sebagai artefak tidak mempunyai makna.
Melihat kondisi seperti itu, maka untuk menganalisis karya sastra, selain berdasarkan strukturalisme diperlukan juga analisis berdasarkan teori lain, yaitu yang sesuai dengan teori ini ialah teori semiotik. Struktur yang berdasarkan semiotik oleh jan mukarovsky dan felix vodica disebut strukturalisme dinamik yaitu untuk dapat memahami sastra sepenuh-penuhnya sebagai struktur, haruslah diinsafi ciri khas sastra sebagai tanda (sign). Tanda itu baru bermakna bila diberi makna oleh pembaca berdasarkan konvensi yang berhubungan dengannya.
Teori sastra yang memahami karya sastra sebagai tanda adalah semiotik. Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Tanda-tanda itu mempunyai arti dan makna, yang ditentukan oleh konvensinya, karya sastra merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna. Karya sastra itu karya seni yang bermedium bahasa. Bahasa sebagai bahan sastra sudah merupakan sistem tanda yang mempunyai arti. Sebagai bahan karya sastra, bahasa disesuaikan, dengan konvensi sastra, konvensi arti sastra yaitu makna (significance). Dipandang dari konvensi bahasa, konvensi sastra itu adalah konvensi “tambahan”kepada konvensi sastra. Oleh karena itu, konvensi sastra itu oleh Preminger disebutnya sebagai konvensi tambahan (1974 : 981).
Preminger lebih lanjut mengemukakan bahwa studi sastra yang bersifat semiotik itu adalah usaha untuk menganalisis karya sastra sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur karya sastra atau hubungan dalam antar unsur-unsurnya, akan dihasilkan bermacam-macam makna.
b. Metode Strukturalisme-Semiotik
Metode yang digunakan di dalam memahami puisi “Kembalikan Indonesia Padaku” karya Taufiq Ismail adalah
a) Dengan cara menganalisis puisi ke dalam unsur-unsur dengan cara memperhatikan hubungan unsur-unsur keseluruhan.
b) Kemudian tiap unsur sajak tersebut diberi makna yang sesuai dengan konvensi puisi.
c) Lalu sajak yang dianalisis ke dalam unsur-unsurnya dilakukan pemaknaan dalam totalitasnya di dalam semiotik.
d) Kemudian unsur pemaknaan pembacaan secara semiotik yaitu pembacaan heuristik dan pembacaan retroaktif atau pembacaan hermeneutik.
e) Terus diinterpretasikan untuk nilai sepenuh-penuhnya atas dasar pemahaman tampat atau fungsi unsur dalam keseluruhan karya sastra.
1.5 Sajak yang dianalsisis
Kemabalikan Indonesia Padaku
Karya: Taufiq Ismail
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 watt,
Sebagaian berwarna putih dan sebagian berwarna hitam,
Yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam,
Dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau jawa yang tenggelam
Karena seratus juta penduduknya,
Kembalikan
Indonesia
Padaku
Hari depan Indonesia adalah seratus juta orang yang main pingpong siang malam
Dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat,
Hari depan Indonesia adalah pulau jawa yang pelan-pelan tenggelam
Lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya,
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,
Dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,
Sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang
Sambil main pingpong di atas pulau jawa yang tenggelam
Dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan
Kembalikan
Indonesia
Padaku
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
Dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,
Hari depan Indonesia adalah pulau jawa yang tenggelam
Karena seratus juta penduduknya,
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,
Sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,
Kembalikan
Indonesia
Padaku
(Paris, 1971)
2. Pembahasan
2.1 Pembacaan Semiotik
Pembacaan Heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur kebahasaannya secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem semiotik tingkat pertama. Pembacaan hermeneutic adalah pembacaan karya sastra (sajak) berdasarkan konvensi sastranya. Pembacaan Hermeneutik adalah pembacaan ulang sesudah pembacaan heuristik dengan memberikan tafsiran berdasarkan konvensi sastra.
2.1.1 Pembacaan Heruristik
Pembacaa heuristik ini, sajak (puisi) dibaca berdasarkan struktur kebahasaanya. Untuk memperjelas arti bilamana perlu diberi sisipan kata atau sinonim, kata-katanya ditaruh dalam tanda kurung. Bila perlu susunannya dibalik untuk memperjelas arti.
Bait ke-1
(di) hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut (yang) menganga , hari depan Indonesia adalah (seperti) bola-bola lampu 15 wat (yang tidak terlihat jelas) sebagian berwarna putih dan sebagian (lagi) hitam, yang (selalu) menyala bergantian (setiap waktu), hari depan Indonesia (juga) adalah (seperti) pertandingan pingpong siang malam (yang tidak jelas) (dan) dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa (yang besar) karena penduduk Indonesia seratus juta (orang) (di) hari depan adalah dapat menenggelamkan pulau jawa.
Bait ke-2
Kembalikan Indonesia (seperti dulu lagi) padaku
Bait ke-3
(di) hari depan Indonesia adalah satu juta orang main (bola) pingpong (sebesar) telur angsa (bermain) siang malam dengan sinar di bawah bola lampu (yang hanya) 15 wat. Hari depan Indonesia adalah pulau jawa yang (hampir) pelan-pelan tenggelam lantaran (terlalu) berat bebannya kemudian angsa-angsa (banyak yang) berenang-renang di atasnya. (di) hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga (tanpa bisa berbuat apa-apa) dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat (yang di dalamnya terdapat kepastian yang tidak jelas) sebagian (berwarna) putih dan sebagian (berwarna) hitam yang (selalu) menyala bergantian (setiap waktu). Hari depan Indonesia (itu) adalah (begitu banyak) angsa-angsa putih yang berenang-renang sambil main pingpong (parahnya) di atas pulau jawa yang tenggelam dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan.
Bait ke-4
(Aku menginginkan) Kembalikan Indonesia padaku
Bait ke-5
Hari depan Indonesia (itu) adalah pertandingan (bola) pingpong siang malam dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa. Hari depan Indonesia adalah pulau jawa yang tenggelam karena seratur juta penduduknya. Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat, sebagian berwarna putih dan sebagian (lagi) hitam, yang (selalu) menyala bergantian (setiap waktu)
Bait ke-6
(Sekali lagi ingin kukatakan) kembalikan Indonesia padaku
2.1.2 Pembacaan Retroaktif atau Hermenuetik
Dalam pembacaan hermeneutic ini sajak dibaca berdasarkan konvensi-konvensi sastra menurut sistem semiotik tingkat kedua. Konvensi sastra yang memberikan makna itu di antaranya konvensi sastra yang memberikan makna itu di antaranya konvensi ketaklangsungan ucapan (ekspresi) sejak (puisi). Dikemukakan Riffaterre (1978: 2) ketaklangsungan ekspresi sajak itu disebabkan oleh 1) penggantian arti, 2) Pemencongan atau penyimpangan arti, 3) penciptaan arti.
Pengganian arti berupa penggunaan metafora dan metonimi ; penyimpangan arti disebabkan oleh ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense ; dan penciptaan arti disebabkan oleh pemanfaatan bentuk visual, misalnya enjambement, persajakan, homologues (persejajaran bentuk maupun baris), dan topografi.
“kembalikan Indonesia Padaku” berarti ada suatu pengharapan karena ada yang hilang dari berbagai aspek yang dimiliki Indonesia. . secara keseluruhannya bacaan (tafsiran) sajak sebagai berikut:
Bait ke-1
(hari Depan Indonesia) Sesuatu yang dirasakan sebenatar lagi akan terjadi, cepat atau lambat akan menimpa Indonesia. (dua ratus juta mulut yang menganga) ada begitu banyak orang yang tidak produktif. Hari depan Indonesia juga kemungkinan akan mengalami pasang surut (bola lampu 15 wat sebagian berwarna putih dan sebagian hitam) kejadian pasang surut itu selalu silih berganti, kadang-kadang baik dan kadang kadang juga buruk (menyala bergantian). Keadaan seperti ini banyak yang membuat orang berlomba-lomba untuk mencari celah dalam hal apapun (pertandingan pingpong) selalu berusaha, usahanya pun tidak tanggung-tanggung dikerjakan dengan sungguh-sungguh, sehingga telah menjadikan mereka seperti robot (siang malam). Akan tetapi, apa yang mereka perbutkan itu dapat membahayakan orang lain bahkan Negara (bola yang bentuknya seperti telur angsa). Akibat perbuatan mereka yang semena-mena maka mereka secara tidak langsung dapat menghancurkan Negara ini dengan perbuatan mereka (pulau jawa yang tengelam) itu semua terjadi karena begitu banyak orang yang berlomba dengan menghalalkan berbagai cara (karena seratus juta penduduknya)
Bait ke 2
(kembalikan) seseorang yang melihat kondisi harusnya segera sadar dan meminta agar para oknum penjahat Negara itu tidak melakukan hal yang dapat menghancurkan Negara ini. kembalikan juga menandakan ketidakikhlasan jika Indonesia di jadikan sebagai lading permainan (Indonesia padaku)
Bait ke 3
Semakin hari keadaan semakin parah, semakin banyak orang yang mencari peluang di tengah carut marut yang terjadi di Indonesia (satu juta orang main pingpong siang malam). Mereka melakukan seseuatu yang sangat berbahaya untuk masa depan Indonesia di tengah kondisi yang sedang tidak stabil ini, di tengah kondisi yang penuh ketimpangan baik dalam hal pendidikan dll (dengan telur angsa dibawah sinar lampu 15 wat). Jika hal ini tidak dihentikan, tidak ada yang berani bersuara maka lambat laun bangsa ini akan hancur (pulau jawa yang pelan-pelan tenggelam). Hancur karena sudah terlalu memuncak, terlalu parah, terlalu banyak orang yang melakukan kecurangan (lantaran berat bebannya) akan tetapi, orang-orang yang berkuasa tidak memperdulikannya bahkan bersenang-senang di atas penderitaan orang lain (angsa-angsa berenang-renang di atasnya). Akan tetapi, hari depan Indonesia banyak orang yang tidak dapat berbuat apa-apa, berusaha, mencari kerja, karena keterbatasan yang mereka miliki (dua ratus juta mulut yang menganga). Walaupun di dalam keterbatasan itu mereka memiliki potensi untuk maju, untuk berhasil, untuk berusaha menuju kehidupan yang lebih baik (di dalam mulut ada bola-bola lampu 15 wat). Karena tidak ada yang berpikir secara mendalam, manusiawi, dan bersama-sama membangun Negara ini maka timbullah dua cara yang merkea tempuh dalam hidup, yaitu sesuatu yang baik dan yang buruk (sebagian putih dna sebagian hitam yang menyala bergantian). Ditengah penderitaan itu orang-orang besar tengah asyik dengan kehidupan mereka yang serba mewah, tidak serius di dalam memikirkan nasib kesejahteraan orang banyak (angsa-angsa putih yang berenang-renang). Yang lebih parahnya lagi selalu terjadi perlombaan di dalam mengejar tujuan yang mereka inginkan, walupun Negara ini hampir ambruk karena tingkah laku mereka (main pingpong di atas pulau jawa yang tenggelam). Perbuatan mereka yang tidak pro rakyat itu ternyata menyebabkan potensi SDM Indonesia menjadi hilang, tidak dimanfaatkan. Bahkan kebijakan atau sistem yang diterapkan tidak membuat seseorang semakin percaya diri malahan membuat mereka generasi pengecut, tunduk, dan patuh seperti robot kepada orang-orang besar.
Bait ke 4
Kembalikan kondisi Indonesia yang tentram, yang penuh kedamaian, yang mengedepankan etika di dalam bersikap, yang mempunyai hati nurani di dalam membuat keputusan serta kebijaksanan kepada orang-orang yang memiliki potensi, kepada orang yang memiliki jiwa seni, kepada orang yang berani menungkapkan kebenaran, kepada para sastrawan, kepada Taufiq ismail (kembalikan Indonesia padaku)
Bait ke 5
Masa depan Indonesia akan semakin terancam di tangan orang-orang yang suka mempermainkan nasib orang banyak, di tangan orang yang tidak memiliki hati (pertandingan pingpong siang malam) apalagi yang dipermainkan itu adalah potensi, kreativitas, calon pemimpin bangsa (bola yang bentuknya seperti telur angsa). Dengan membelenggu kreativitas, membelenggu potensi seseorang maka hal itu sama saja dengan menghancurkan masa depan bangsa ini. bukankah masa depan bangsa ini terletak pada generasi mudanya (pulau jawa yang tenggelam)
Bait ke 6
Kembalikan Indonesia padaku adalah sebuah penegasan yang dibuat penyair, sebuah gertakan, sebuah kritikan untuk pemerintah.
Pada hakikatnya penyair ingin mengkritik kebijakan pemerintah. Hari depan Indonesia itu sangat penting, maka dari itu harus menjadi sorotan pemerintah. Akan tetapi, di dalam membuat kebijakan, sistem, aturan, penyair ingin mengatakan jangan sampai kebijakan itu malah membelenggu potensi manusia yang hidup di bawah naungan NKRI. Karena membelenggu kreativitas manusia sama saja dengan menenggelamkan Indonesia. Karena Indonesia pada akhirnya tidak dapat menghasilkan generasi bangsa yang berkualitas, generasi bangsa yang mempunyai semangat membangun, generasi yang mempunyai hati di dalam bekerja. Termasuk profesi sebagai sastrawan mungkin penyair merasa terancam, terkekang, terbelenggu dengan kebijakan pemerintah. Maka dari itu, dapat disimpulakan bahwa judul puisi ini menandakan pembrontakan, sekaligus upaya yang sangat berani dan kritis di dalam memberi masukan kepada pemerintah. Memberi semangat kepada orang-orang yang peduli dengan masa depan Indonesia.
2.2 Tema dan Masalah
Tema merupakan inti atau esensi karya sastra yang merupakan kristalisasi dari seluruh pristiwa dan kejadian yang dipaparkan dalam sastra berdasarkan hal itu, tema puisi “kembalikan Indonesia padaku” karya taufiq ismail dapat dirumuskan sebagai berikut:
“ Potensi, kreativitas, serta keberanian yang ada di dalam generasi sebuah bangsa adalah salah satu jalan untuk menciptakan masa depan sebuah Negara yang lebih baik “
Pada hakikatnya penyair ingin mengkritik kebijakan pemerintah. Hari depan Indonesia itu sangat penting, maka dari itu harus menjadi sorotan pemerintah. Akan tetapi, di dalam membuat kebijakan, sistem, aturan, penyair ingin mengatakan jangan sampai kebijakan itu malah membelenggu potensi manusia yang hidup di bawah naungan NKRI. Karena membelenggu kreativitas manusia sama saja dengan menenggelamkan Indonesia. Karena Indonesia pada akhirnya tidka dapat menghasilkan genarasi bangsa yang berkualitas, generasi bangsa yang mempunyai semangat membangun, generasi yang mempunyai hati di dalam bekerja.
Gambaran hari depan itu sangat banyak terlihat di dalam bait 1, 3, dan 5. Pada bait pertama Penyair menggambarkan bahwa hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga. Dua ratus juta bisa saja menandakan jumlah penduduk yang akan kehilangan kecakapannya di dalam berkomunikasi karena sudah tercengang melihat kondisi yang serba carut marut. Ketika semua orang didikte oleh pimpinan sehingga mereka kehilangan potensi, kreativitas, dan keberanian mereka untuk mengaktualisasikan apa yang mereka miliki. Selain itu, hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam. Ini menggambarkan kondisi yang sangat parah bahwa ketika hari depan itu adalah sebuah pertandingan bisa diartikan sebuah kompetensi, daya tahan terhadap tekanan, kegiatan untuk tetap eksis. Mereka harus berjuang menentang arus. Menentang system yang ada.
Pad baris ke 2 bait pertama juga jelaskan bahwa hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat. Sebuah gambaran tentang kepesimisan. Bola-bola itu bisa saja tertuju kepada manusia yang hidup di sana atau Indonesia secara umum.
Terakhir gambaran yang diberikan penyair adalah sebuah kondisi terburuk yang akan di alami, bahwa hari depan Indonesia adalah pulau jawa yang tenggelam. Pemilihan pulau jawa tentu mempunyai alasan tersendiri bagi penyair, selain sebagai pulau terpadat jumlah penduduknya, pulau jawa adalah meruapakan pusat kegermelapan aktivitas di Indonesia. Banyak orang berjiwa seni di sana.
2.3 Pembacaan Unsur-Unsur sajak
Dalam rangka untuk memperjelas proses pemaknaan berdasarkan pembacaan hermeneutik adalah perlunya proses lanjutan dengan menganalisis lebih mendalam. “kembalikan Indonesia Padaku” menyiratkan ada beberapa poin yang dapat kita tangkap, pertama, adanya perubahan menuju kekhawatiran beberapa pihak apalagi mengenai kondisi bagsa dan Negara Indonesia, kedua, ada pihar yang berharap sesuatu kembali kepada asal mulanya. Dapat memberikan kebebasan di dalam berkreasi. Apa yang diharapkan itu dapat lebih jauh dipahami dengan menganalisis dan menginterpretasi keseluruhan puisi.
Bait ke-1
“Hari depan Indonesia” hari depan adalah sebuah gambaran lanjutan kehidupan, sebuah cita-cita, sebuah harapan. Kenapa penyair lebih memilih kata Hari daripada masa. Kata hari itu menyiratkan perputaran waktu 24 jam atau dengan kata lain dari pagi hingga pagi lagi, sedangkan masa jangka waktu yang agak lama terjadinya suatu peristiwa atau dapat diartikan jangka waktu tertentu yang ada permulaan dan batasnya.
“Hari” itu menandakan kehawatiran penyair yang begitu mendalam dan bisa juga merupakan penguatan yang diberikan penyair bahwa kejadian itu sebentar lagi akan terjadi.
“dua ratus juta” dapat berarti menandakan jumlah penduduk Indonesia. Jika sudah berbicara dua ratus juta itu menandakan sesuatu yang sangat signifikan sangat luar biasa dalam hal penduduk.
“mulut yang menganga” merupakan symbol kecakapan seseorang di dalam berkomunikasi dalam rangka untuk tetap survive dalam hidup. Mulut pun dapat berarti symbol keangkuhan. Akan tetapi makna mulut tidak terlalu mengarah kepada kesombongan. “menganga” mengiasakan bahwa mulut yang merupakan symbol kecakapan berkomunikasi, simbol keangkuhan, akan tetapi, sekarang sudah tercengang, tidak dapat berkata-kata karena sesuatu yang dilihatnya membuat ia tercengang. Tidak dapat mengungkapkan gagasan. Hanya tunduk dengan atasan. Kehilangan kreativitas dalam berpikir dan bertindak.
“Bola-bola lampu” mengiaskan sebuah permainan, akan tetapi makannya juga dapat ditafsirkan sebagai sebuah alat untuk menggapai hari depan yang lebih baik. Jadi bola-bola ini dapat diartikan dengan penduduk atau warga Negara yang pada hakikatnya merupakan pelita yang dapat menaikkan derajat atau kemajuan sebuah bangsa.
Jika kita hubungkan dengan bola-bola lampu “15 wat” mengiaskan bahwa potensi itu sekarang sudah redup. Tidak memiliki cahaya yang terang lagi. Bola lampu itu sudah tidak produktif untuk berbuat banyak untuk orang lain. 15 wat biasanya secara umum menandakan suatu kondisi yang mengkhawatirkan.
“Sebagian berwarna putih” mengiaskan bahwa ada dua kelompok ada dua golongan, yang pertama putih dapat berarti symbol kesucian, murni, masih bisa bentuk. Selain itu, Putih pun merupakan symbol kebaikan.
“Sebagian hitam” mengiaskan golongan kedua, hitam dapat berarti symbol kepesimisan, kejahatan, ketidakproduktifan, masa depan yang suram.
“Menyala bergantian” sangat disayangkan warna putih dan hitam itu pun tidak statis, menyala adalah symbol kehidupan, semangat, keoptimisan, akan tetapi, semua itu selalu berubah-ubah atau bergantian.
“Pertandingan pingpong” mengiaskan adanya permulaan dan adanya akhir, ada yang unggul dan ada yang tidak unggul, sehingga ada yang kalah dan ada yang menang. Pertandingan adalah sebuah permaianan. Permaianan itu hanya ingin menunjukkan siapa yang yang lebih kuat dan siapa yang lemah. Bisa juga hari depan Indonesia hanya ditentukan oleh beberapa orang, baik itu pejabat yang berkuasa maupun orang-orang yang berwenang. Karena biasanya pertandingan itu hanya melibatkan beberapa orang saja.
“Siang malam” mengiasakan bahwa upaya untuk menjadi pemenang dalam hal menguasai sesuatu. Siang malam dapat juga bermakna suatu obsesi yang sangat besar. Selain itu, Siang malam dapat juga berarti bahwa pertadingan itu terjadi terus menerus atau sudah mendarah daging sehingga sulit dihentikan.
“Bola seperti telur angsa” menandakan bahwa seseuatu yang tidak seimbang karena secara umum bola dengan telur berbeda. Akan tetapi, permasalahannya adalah kenapa penyair memilih bola seperti telur angsa. Telur angsa dapat juga mengiasakan seseuatu yang hidup. Jadi, mereka hakikatnya sedang bermain dengan mempertaruhkan kehidupan masa depan ornag banyak.
“Pulau jawa yang tenggelam” mengiaskan bahwa kemajuan dan kemerataan dalam segala bidang akan hilang. Kebijakan sudah tidak berpihak kepada daerah lain. Pemilihan pulau jawa oleh penyair menandakan bahwa pulau jawa dipandang sebagai pusat pemerintahan, pusat kemajuan di Indonesia.
Bait ke-2
“Kembalikan Indonesia padaku” mengiaskan sebuah permintaan, permohonan, harapan, jangan jadikan hari depan Indonesia seperti pertandingan pingpong. Jangan jadikan pulau jawa tenggelam. Ini merupakan penekanan yang diberikan pengarang bahwa jika hal-hal pada bait pertama tadi terjadi maka, penyair berharap semua pihak yang berwenang dapat mengembalikan, memulihkan, Indonesia kembali.
Bait ke-3
“Satu juta orang main pingpong siang malam” jika kita hubungkan dengan bait pertama baris 1 maka bait ke 2 baris pertama ini mengiaskan bahwa begitu banyak orang yang ingin mempermainkan nasib bangsa ini ke depan. Karena dari dua ratus juta penduduk yang ternyata satu juta orang yang berlaku semena-mena terhadap dua ratus juta penduduk Indonesia. Selain itu, jika kita kaitkan lagi dengan baris 5 bait 1 maka akan terlihat ternyata ada proses yang berjalan begitu cepat yang di khawatirkan penyair. Awalnya hari depan Indonesia adalah sebuah pertandingan namun akhirnya semakin banyak orang yang ikut dalam permainan itu. Main siang malam sebenarnya mengiaskan tentang ternyata orang yang bermain terlalu terobsesi sehingga dapat menghalalkan segala cara.
“Dengan bola telur angsa” mengiaskan sebuah pertandingan yang berbahya karena apa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang dapat membahayakan karena mustahil seseorang main pingpong dengan telur angsa. Pertandingan itu tidak akan lama dikarenakan bolanya adalah telur angsa. Apalagi jika dikatakan pertandingannya siang malam.
“Di bawah sinar lampu 15 wat” bisa saja mengiaskan bahwa perbuatan mereka, pertandingan itu, mereka bermain di atas penderitaan orang lain. “15 wat” bisa saja juga mengiaskan tentang mereka yang bermain, melakukan pertandingan itu sebenarnya bukanlah orang yang ahli, bukan seorang professional di bidangnya. Atau kemungkinan lain bahwa pertandingan itu di dukung oleh petinggi-petinggi Negara.
“Pulau jawa pelan-pelan tenggelam” mengiaskan tentang gambaran yang akan terjadi ketika pertandingan itu akan mengakibatkan pelan-pelan tenggelam dalam arti kehilangan jati diri bangsa Indonesia. Bisa juga tata cara interaksi yang sopan santun pelan-pelan tenggelam, kejujuran hilang. Pulau jawa sangat terkenal dengan adat sopan santunnya, tanggung jawab, jujur dalam bekerja. Ini semua pelan-pelan akan tenggelam karena persaiangan yang begitu kuat, karena satu juta orang main pingpong siang malam. Sehingga segala cara harus dilakukan dengna menghilangkan etika. Selain itu, jika kita hubungkan dengan kreativitas, potensi yang dimiliki seseorang yang terbelenggu dengan aturan yang ada maka di sinilah letak makna pulau jawa yang tenggelam, karena ketika kreativitas seseorang dikekang maka itu sama saja dengan menenggelamkan potensi SDM. Maka, jika hal itu yang terjadi maka Indonesia ke depan akan tenggelam dengan kebodohannya, karena system yang telah membelenggu kreativitas kader bangsa.
Di sisi lain, Indonesia, khususnya pulau jawa adalah Negara agraris, orang-orang bekerja secara gotong royong, ikhlas, mempunyai semangat spritualitas dalam bekerja. Akan tetapi, terancam dengan adanya campur tangan bangsa asing dalam hal membangun pabrik-pabrik dan mendirikan perusahaan dengan menebang hutan, sawah di dialihpungsikan menjadi bangunan besar yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Karena perbuatan manusia seperti ini menyebabkan pulau jawa pelan-pelan akan tenggelam karena lahan pertanian, pepohonan sudah jarang ditemukan, apalagi jika kita melihat di ibukota Jakarta. Ini adalah bukti ilmiah yang kami dapatkan dalam situs internet beberapa waktu yang lalu.
“Kalau slogan UNEP tentang pembangunan berkelanjutan dihayati, banjir besar di sebagian wilayah jawa tengah dan jawa timur terutama akibat meluapnya bengawan solo. Sekenario buruk bahwa pada suatu saat pulau jawa akan tenggelam seseungguhnya bukan untuk menyebar terror, menimbulkan rasa takut. Kita sebagai makhluk yang beradap yang memiliki pranata-pranata social budaya terkait perlunya menjaga keselarasan lingkungan jangka panjang. Sebuah bentuk kearifan tradisi yang berdasarkan pada pemahaman bahwa sesungguhnya kahidupan bukan saja hari ini dan kini, tapi jauh ke depan. Hutan alam yang ada pada tahun 2000 masih tercatat seluas 34.910 hektar, selama tujuh tahun terakhir berkurang menjadi 23.888 hektar”
“Lantaran berat bebannya” mengiasakan bahwa karena keadaan sudah terlalu parah, kerusakan moral sudah terjadi di mana-mana.
“Kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya” mengiaskan bahwa banyaknya pemilik modal, bos-bos besar yang selalu mencari kesempatan, mencari keuntungan di atas penderitan orang lain.
“Dua ratus juta mulut yang menganga” mempunyai kaitann dengan satu juta orna gmain pingpong, angsa-angsa yang berenang, menyebabkan dua ratus juta mulut yang menagaga. Baik dalam arti mereka yang tidak mempunyai keahlian, mempunyai uang, mempunyai, jaringan, mempunyai daya tahan akan kalah. Dua ratus juta orang hanya bisa melihat kesuksesan orang lain.
“Di dalam mulut itu ada bola lampu 15 wat” mengiaskan mereka yang mengang hanya menyisakan sedikit semangat untuk berjuang. Mereka ingin Menerangi, memberikan solusi, memberikan kontribusi terhadap permasalah yang terjadi tetapi, tidak mempunyai kekuatan, cahaya yang cukup terang untuk berbuat.
“Sebagina berwarna putih dan sebagian hitam” mengiaskan sebuah kebimbangan dalam bersikap. “Puith” mengiaskan sebuah kebaikan, kesucian dan “hitam” mengiaskan sebuah keburukan, kekeruhan.
“Menyala bergantian” mengiaskan kondisi fitroh menusia yang terkadang tidak pernah lepas dari perbuatan dosa sehingga kebaikan dan keburukan selalu bergiliran datang dalam kehidupan mereka.
“Angsa-angsa putih yang berenang-renang” mengiaskan bahwa begitu banyak orang yang berkedudukan tinggi yang tidak memiliki amanah, tidak memiliki kepekaan untuk dapat merasakan penderitaan orang lain
“sambil main pingpong di atas pulau jawa yang tenggelam” mengiaskan bahwa para penguasa itu tidak mempunyai hati sehingga selalu bermain di atas penderitaan orang banyak.
“Membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan” perbuatan angsa-angsa puith itu telah membawa penderitaan yang sangat parah karena logikanya di dasar laut, lampu yang terang saja masih kurang jelas apalagi lampu 15 wat. Jadi, mereka yang kebingungan menjadi kehilangan arah sehingga turut dalam aturan penguasa sehingga terbawa ke dalam kemelaratan. Selain itu, penyair juga ingin memperingatkan bahwa angsa-angsa putih itu ternyata hanya membawa kehancuran bagi bangsa Indonesia.
Bait ke-4
“kembalikan indonesia padaku” mengiaskan keprihatinan penyair sudah begitu mendalam. Kalimat itu menandakan empati yang begitu kuat yang dirasakan penyair. Lagipula, bait ke 3 merupakan bait yang memiliki baris terpanjang dari bait-bait yang lainnya. Jadi kami dapat merasakan perbedaan ketika membaca “kembalikan Indonesia padaku” pada bait ke 2.
Bait ke-5
“Hari depan Indonesia” selalu ada di awal baris dan ada pada tiap bait. Mengiaskan bahwa hari depan Indonesia adalah sesuatu yang perlu mendapat sorotan pemerintah dan warga negaranya, serta siapapun yang berdiri di tanah air.
“Tenggelam karena seratus juta penduduknya” mengiaskan bahwa yang membuat hancur Negara ini adalah manusia yang hidup di sana. Lebih sepesifiknya orang orang yang menghancurkan dan menenggelamkan pulau jawa itu adalah satu juta orang yang bermain pingpong siang malam yang ada pada bait k 2 baris 1. Mereka yang suka bermain dan bertanding tetapi tidak memikirkan nasib bangsa, mereka yang tidak bertanggung jawab, mereka yang tidak memiliki hati karena sibuk dengna urusannya sendiri, mereka yang selalu senang duduk di atas penderitaan orang lain adalah orang-orang yang menyebabkan Negara ini tenggelam. Di pilihnya pulau jawa yang tenggelam bukan pulau lain, karena semua kebijakan tentang kesejahteraan Indonesia berada di pulau jawa. Pulau jawa adalah sentral Negara ini.
“Hari depan Indonesia adalah bola lampu 15 wat” mengiaskan bahwa Negara ini sudah tidak mampu lagi untuk dapat memberikan pelayanan, memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Bisa juga karena sifat boros bangsa ini menyebabkan Negara ini semakin terpuruk. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa selama ini ibukota Negara selalu nonstop bekerja siang malam. Perumahan, perkantoran, selalu menyalakan lampu. Lampu itu juga bisa bermakna semangat dalam bekerja. Lampu itu juga bisa bermakna kehidupan yang serba glamor. Itu semua adanya di pulau jawa. akan Tetapi, sayang hari depannya akan menjadi 15 wat, karena sikap mereka yang berlalu boros. Bisa juga disebabkan karena sikap mereka yang terlalu ujub.
“Sebagian berwarna putih dan sebagian berwarna hitam” mengiaskan adanya ketidakstabilan menjalankan roda pemerintahan ada sebagian orang baik dan ada juga sebagian yang buruk.
“yang menyala bergantian” mengiaskan bahwa kondisi di Indonesia selalu terjadai pasang surut karang naik kadang turun. Kadang kadang mengekspor beras kadang mengimpor beras.
Bola lampu 15 wat ini juga sebagai dasar pertanda alasan kenapa pulau jawa yang dipilih bukan pulau lainya.
Bait ke-6
“Kembalikan Indonesia padaku” mengiaskan sesuatu yang berbeda dengan yang ada pada bait ke 2 dan 4. Setiap bait menurut hemat kami memiliki makna yang berbeda walaupun secara umum terlihat sama. Bait terakhir ini adalah puncap permohonan dan pengharapan penyair agar pemerintah atau siapa saja yang mempunyai wewenang untuk dapat mengembalikan Indonesia seperti dahulu. Dalam konteks bukan berarti menolak budaya luar atau menolak adanya bangunan tinggi saja, akan tetapi lebih kepada kemakmuran dan kesejahteraan warga Negara Indonesia. Kembalikan Indonesia yang terkenal dengan sopan santun dan keramahannya di dalam berinteraksi dengan orang lain.
Beberapa informasi yang kami dapatkan di internet (booksgoogle.com/books?isbn) bahwa, pada tahun 1971 banyak terjadi hal-hal penting di Indonesia. Pada tahun itu juga ada 32 juta anak berumur 5-14 tahun, namun hanya 15 juta yang berada di bangku SD. selain itu, ada juga yang menyangkut tentang dunia kesusastraan. Keputusan presiden RI nomor 18 tahun 1997 tentang pengesahan Convention for protection of literary and artistic works. Keputusan ini menanggapi permasalahan yang sudah cukup lama di paris pada tanggal 24 juli 1971. Mungkin ini ada sedikit hubungannya dengan lahirnya puisi karya Taufiq Ismail, diambil dari sumber http://www.cicods.org/upload/database/kepres18_th_1997%5B1%5D.Pdf
2.4 Analisis Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam arti umum adalah penggunaan bahasa sebagai media komunikasi secara khusus, yaitu penggunaan bahasa secara bergaya dengan tujuan untuk ekspresivitas pengucapan. Menarik perhatian atau untuk dipergunakan dalam karya sastra saja, tetapi juga dalam percakapan sehari-hari.
Sebagai karya seni yang menggunakan bahasa sebagai media, sajak tetap menggunakan bahasa yang mempunyai pengertian. Hanya saja arti yang ditimbulakan oleh kreativitas, oleh kebebasan penyair, mungkin dapat berbeda daripada arti bahasa biasa sesuai konvensi masyarakat.
a. Gaya bunyi sajak
Apabila kita mendengar pembacaan sajak maka yang ditangkap oleh telinga kita pada dasarnya adalah rentetan bunyi, yaitu bunyi suara secara artikulatif. Bunyi-bunyi itu muncul secara berganti-ganti dalam kelompok-kelompok tertentu yang membentuk kata. Walupun bunyi membentuk kata, namun tidak setiap bunyi dapat membentuk kata. Hanya bunyi-bunyi tertentu secara konvensional yang dapat dianggap sebagai dasar bahasa kelompok masyarakat tertentu. Oleh karena bunyi itu yang tertangkap dan susunan bunyi itu pula yang menimbulkan arti, maka dapat dipastikan bahwa dasar terkecil yang membentuk sajak pada umumnya adalah bunyi.
Gaya bunyi tampak pada asonansi, alistrasi, variasi persajakan dan kombinasi bunyi yang menimbulkan orkestrasi. Semuanya itu memperjelas, menekankan arti, dan menimbulkan irama yang menyebabkan liris, melancarkan timbulnya angan, membangkitkan perasaan.
Bunyi mempunyai tenaga ekspresif, sementara nilai sebuah sajak sebagai karya sastra terletak pada kekuatan ekspresinya yang total dan kandas. Ekspresi yang penuh itu adalah ekspresi yang memanfaatkan segala potensi bahasa dengan maksimal, dan salah satu potensi itu adalah bunyi.
Dalam judul karya Taufiq Ismail yang berjudul “Kembalikan Indonesia Padaku” dipergunakan asonansi a yang membuat berirama dan melancarkan timbulnya angan dan suasana pengharapan. Selain itu jika diperhatikan lagi, mempunyai kombinasi bunyi a dan i pada baris ke 1 dan ke 2.
Pada bait pertama, tampak penggunaan asonansi a. hampir pada setiap kata pada baris pertama menggunakan asonansi a. hal ini menunjukkan kemampuan Ismail memanfaatkan bunyi secara maksimal. Terlepas dari apa yang ingin dikomunikasikan penyair, yang jelas bunyi sajak itu telah mengarahkan perhatian ornag yang membaca atau mendengarkannya. Oleh karena itu, perulangan bunyi dalam sajak harus mendapat perhatian dalam upaya memahaminya. Pada baris ke empat pun kombinasi bunyi y-y-g terkesan menimbulkan imaji pada pembaca. Pada baris ke enam unsur musikalitas muncul dalam sajak secara teratur. Asonansi I dominan dengan dipadu bunyi sengau ng. Pada baris terakhir ditutup perpaduan asonansi a dan r secara berurutan. Pada baris 5 sampai 8 terdapat persamaan bunyi akhir yang berulang secara terpola. Pada bait ini terdapat anafora sebanyak 4 kali untuk kalimat kembalikan Indonesia padaku. Anafora adalah pengulangan bunyi, kata, atau struktur sintaksis pada larik-larik atau kalimat-kalimat yan gberurutan untuk memperoleh efek tertentu.
Pada bait ke dua, karena tidak banyak barisnya maka yang paling dominan asonansi a, sama seperti judul puisi.
Pada bait ke tiga. Pada awal baris terdapat perpaduan kombinasi asonansi a dan i . bunyi I menyebabkan irama yang terkesan rapid an indah yang berada diujung baris. Pada baris ke ketiga tedapat perpaduan yang indah antara bunyi a dan e. bunyi e ini menimbulkan kesan yang sangat mendalam di ujung baris karena menyimpan makna yang mendalam. Asonansi a dan I secara keseluruhan terjadi secara kombinasi antara bunyi yang satu dengan yang lain. Pada baris ke satu, tujuh, dan delapan terdapat asonansi i yang cukup signifkan. Irama pada bait ke dua ini lebih banyak daripada bait pertama. Yang dimaksud dengan irama adalah semua yang mempunyai gerakan, semua yang mempunyai bunyi, atau segala sesuatu yang mampu menimbulkan gerakan dalam sukma manusia dapat disebut irama.
Bait ke empat sama dengan bait ke dua mempunyai kombinasi bunyi a dan i pada baris ke 1 dan ke 2.
Bait ke lima, irama yang hampir sama dengan bait ke 2 pada baris pertama yaitu, lebih banyak menimbulkan perpaduan antara bunyi a dan i. pada baris 1 sampai 4 terdapat persamaan rima m-a-m-a.
Bait ke enam, mempunyai kombinasi bunyi a dan i pada baris ke 1 dan ke 2.
b. Gaya kata
Pemilihan kata sangat berpengaruh di dalam keindahan dan kebermaknaan sebuah puisi. Dalam sajak ini tampak pemilihan kata yang disesuaikan dengan bunyinya. Walupun tidak terlalu banyak. Kondisi sepert itulah yang membuat sajak ini tampak lebih ekspresif. Fungsi estetikanya pun begitu kental. Menurut Jacobson (via sedeok, 1978: 358) dalam pradopo (1995: 110) bahwa fungsi puitik itu memproyeksikan prinsip ekuivalensi dari poros pemilihan ke poros kombinasi. Semua itu tampak dalam kombinasi “ratus juta mulut”. “angsa-angsa berenang-renang di atasnya”.
Setelah melakukan berbagai pembacaan pada puisi “kembalikan Indonesia padaku” maka dalam hal diksi yang paling menonjol adalah pemakaian metafora yang sugestif, merupakan ucapan yang tidak langsung sesuai dengan konvensi puisi yang telah dibicarakan. Ketidaklangsungan puisi itu justru menimbulkan kesegaran daya pembangkit imajinasi pembaca, seperti “hari depan Indonesia”, “dua ratus juta mulut yang menganga”, “pertandingan pingpong siang malam”
c. Gaya kalimat
gaya kalimat di dalam teks puisi ini secara keseluruhan kebanyakan berupa gaya metafora. Hari depan Indonesia dengan bola-bola lampu 15 wat, bola seperti telur angsa. Metafora yang begitu hidup hampir di setiap baitnya. Gaya membuat imaji penglihatan baik mata dan mata batin seseornag dapat merasakan apa yang penyair rasakan. Mengetahui apa yang penyair ketahui. Selain itu juga terdapat, gaya sinekdoke pars pro toto yaitu ungkapan yang menggunakan sebagian untuk menyatakan keseluruhan. Seperti kalimat “kembalikan Indonesia padaku”.
2.5 Hubungan struktural antarunsur dan keseluruhannya
Jika kita melihat pembahasan pada pasal 2.1.1 dan 2.1.2 maka akan terlihat kesatuan yang utuh antar unsur-unsur dan sajak secara keseluruhan sajak. Dari judul sampai akhir baris menunjukkan adanya keterjalinan yang erat atau koherensi dalam uraian berikut, koherensi tersebut harus dianalisis lebih lajut supaya lebih jelas.
“kembalikan Indonesia padaku” menggambarkan sebuah permintaan, sebuah kritikan berdasarkan fenomena yang ada. Kembalikan kebebasan berkreativitas kepada setiap orang di dalam menjalankan profesinya. Apa fenomena yang terjadi, maka jawabannya adalah ketika dua ratus juta mulut yang menganga di Indonesia semakin banyak. Ketika sudah banyak orang yang tidak dapat mengungkapkan gagasan. Ketika potensi orang sudah tenggelam, kreativitas tidak di hargai maka “hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat” menggambarkan sebuah bayangan suram tentang masa depan Indonesia di kemudian hari. hal ini tentu berhubungan dengan baris sebelumnya, ketika mulut orang menganga, kreativitas tidak dihargai maka sama saja memadamkan masa depan indonseia yang cerah. Bukankah kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh para pemudanya, para generasi bangsa yang produktif, pada orang-orang yang memiliki kreativitas.
Akhirnya dari sebab akibat itu semua maka pulau jawa akan tenggelam. Ini merupakna sebuah kesatuan utuh mengenai makna unsur-unsur sajak. Koherensi keseluruhan baris sangat tampak pada bait pertama.
Setelah mengungkapkan gagasannya maka penyair melakukan penekanan, kembalikan Indonesia padaku.
Pada bait ke 3 pun terjadi pertalian yang sangat erat antar unsur-unsurnya. Ketika satu juta orang main pingpong siang malam di bawah sinar lampu 15 wat maka pulau jawa akan pelanpelan tenggelam. Maka dari itu semua ini menandakan penyair tidak sembarangan di dalam membuat puisi ini. dengan pertalian makna antar unsur itu semakin membuat puisi ini menjadi sangat menarik.
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi dalam memahami puisi dengan menggunakan pendekatan strukturalisme semiotik, maka dapat disimpulkan pendekatan ini dapat memudahkan seseorang di dalam memahami sebuah puisi secara lebih mendalam. Mempermudah di dalam memahami sesuatu hal yang implisit, sugestif, dan keambiguitasan di dalam sebuah puisi.
Pendekatan ini dapat menghubungakan antara struktur dalamnya dengan menghubungkan dengan konsep semiotic yaitu system tanda yang menentukan konvensi-konvensi yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna, sehingga pemahaman tentang makna sebuah sajak dapat di capai secara maksimal dan sedalam-dalamnya.
Pendekatan ini juga mampu memudahkan seseorang di dalam menganalisis bahasa puisi unsur-unsur dan keterbubungannya. Selain itu, jug amemudahkan di dalam menentukan pemberian tema dan masalah sajak serta pemberian makna totalitas sajak.
3.2 Saran
Dalam mengkaji sebuah karya sastra secara strukturalis semiotic maka hendaknya para pengkaji lebih teliti di dalam mengkaji setiap unsur-unsur sajak. Mengkaji secara mendetail dirasa lebih baik dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Selain itu, walaupun begitu tidak ada salahnya di dalam mengkaji puisi dengan pendekatan ini digunakan pulau genetic puisinya agar mendapatkan gambaran lengkap tentang realitas yang terjadi ketika itu, sehingga dapat di bandingkan dengna realitas yang ada sekarang.
Daftar Pustaka
Atmazaky. 1993. Analisis sajak, Teori, Metodologi, dan Aplikasi. Bandung: Angkasa.
Pradopo, Rahmat Djoko. 1995. Beberapa teori sastra, Metode kritik, dan penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zainuddin, Fananie. 2000. Telaah Sastra. Surakarta : Muhammadiyah University Press.
Sumber Gambar : Adira
Sumber Gambar : Adira
THanks... sangat membantu untuk menyelesaikan tugas makalah saya.... semoga sukses selalu.... amiin
BalasHapuswidih mantep mas...
BalasHapusSalam Dahysat Mas Indra, Semoga Bermanfaat.
BalasHapusKEREN PARAH
BalasHapusblog yang betul2 mencerdaskan,,terima langganan kaya saya gak gan??hehe
BalasHapus