Minggu, 26 Juli 2015

Kunci Kesuksesan dan Kejayaan (2)

Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Kita akan melanjutkan pembahasan tentang kunci kesuksesan dan kejayaan bahwa rahasianya terletak pada pengamalan islam. Silahkan baca Kunci Kesuksesan dan Kejayaan 1. Hari ini kita melihat, islam hanya dijadikan bahan kajian, perdebatan, diskusi kosong tanpa amal. Oleh karena itu, jangan heran jika ada sarjana, magister, doktor yang jurusan islam tapi tindakannya tidak mencerminkan ilmu yang dia miliki.

Banyak orang yang mengira kemuliaan hidup akan didapatkan dengan bertumpuknya berbagai gelar yang telah berhasil dia sandang. tapi, buktinya orang sekarang telah kehilangan identitas, ruh, hati, dan tatanan nilai dalam dirinya sehingga merasa asing dengan diri, lingkungan, dan Tuhannya.

Rosululloh shalaullohhu ‘alaihi wassalam telah mencontohkan kepada kita bagaimana generasi-generasi hebat yang pernah tampil dan hidup di atas muka bumi ini dan mereka disebut dengan sebaik-baik umat dididik oleh Rosululloh di Masjid. Di rumah Alloh (Masjid) kita dilatih dan belajar berjamaah.

Persatuan menurut saya adalah suatu perbendaharaan langkah di tengah barisan umat islam hari ini. kita berjamaah di masjid, tapi di luar masjid kita berseteru, saling menjatuhkan, saling ghibah, dan perbuatan yang mencerminkan ketidakharmonisan. Padahal kita harus bersatu di masjid, di luar masjid, di pasar, pemerintahan sehingga umat ini bisa menggalang kekuatan yang besar untuk bangkit, mulia, dan terhormat kedudukannya di atas muka bumi.

Haji Alai dalam orasi pembukaan acara membakar semangat peserta dengan mengisahkan perjuangan Muhammad AL-Fatih yang berhasil menaklukkan Konstatinofel. Yang pada awalnya, diprediksi tidak mungkin terkalahkan.

Apa yang membuat Al-Fatih berhasil menaklukkan Konstatinofel?


Pelajaran berharga yang saya pelajari dari kisah  Muhammad AL-fatih adalah karena dia memiliki rencana besar dan mau memulai dari yang kecil. Selain, itu dia sudah mempersiapkan kemenangan ini sejak remaja umur 12 tahun, dia sudah berlatih sungguh-sungguh, menyiapkan rencana, menjaga kualitas ibadahnya, Tahajud yang tidak pernah tinggal,  tidak pernah ketinggalan sholat berjamaah di masjid. Hingga akhirnya umur 21-22 tahun Alloh swt takdirkan dia menaklukkan konstatinofel.

Sahabat, oleh karena itu, dalam hidup kita juga harus memiliki rencana-rencana besar, mendesaian impian kita di masa yang akan datang, membuat proposal kehidupan kita sendiri. Ini adalah pelajaran penting yang saya dapatkan 5 (lima Tahun) yang lalu. Setelah kita memiliki blue Printnya maka kita jangan ragu dan malu untuk memulainya dari yang kecil.

Haji Alai juga menceritakan kepada kami kisah selanjutnya setelah Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstatinofel, beberapa waktu kemudian dia membebaskan seorang Pastur yang dahulu memprediksi kekalahan konstatinofel tapi malah dipenjara oleh Raja mereka. Lalu AL-Fatih bertanya : 

“Bagaimana pendapat Anda tentang Keberlangsungan Kerajaan ini, berapa lama akan bertahan?”

Lalu Sang Pastur yang baik ini minta izin untuk mengecek kondisi pasar mereka. Lalu dia melihat ada orang yang bertengkar antara penjual dan pembeli. Menurut Anda apa penyebabnya? Mungkin sebagian kita akan mengira pasti terjadi kecurangan transaksi. Tapi faktanya sungguh unik.

Senin, 13 Juli 2015

Bercengkrama Dengan Sunyi

Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Menjelang memasuki 10 Hari terakhir bulan ramadhon yang lalu, umat islam kembali dihadiakan sebuah hadiah terbaik dari Sang Pencipta yaitu malam lailatul Qadar. Tapi sayang, tawaran yang sangat fantastik ini sedikit peminatnya.

Beberapa waktu yang lalu ada-ada saja yang semangat di awal untuk iktikaf tapi menghilang di tengah perjalanan. Dengan berbagai alasan dan kesibukan serta target yang harus mereka kejar. Padahal, jika kita mengetahui dan memiliki alasan yang kuat untuk iktikaf pasti Alloh bukan seribu jalan agar kita bisa bermesraan dengan-Nya.

Ada Tulisan yang menarik yang saya baca. Pesan yang ditulis dalam bentuk gurindam ini, telah menghujam ke dalam jiwa saya dan sangatlah rugi bila didiamkan dan tidak disebarkan. Berikut bait-bait gurindamnya.

Setelah usia kita semakin bertambah, makin luas dunia dirambah, makin perlu ia istirahah, berdualah pada Robbnya berkeluh kesah.

Kian keras manusia berkompetisi, kian kerap benturan terjadi. Makin perlu ia mesrai sang Robbi, penyedia segala solusi.

Kian luas manusia bergaul ‘amali, kian lelah ia melayani. Makin perlu ia jumpa Robbnya, mengais kasih dari Maha Pemberi daya.

Kian tinggi seseorang punya posisi, makin hakikat ia sendiri. Makin perlu ia ditemani, kasih Robbnya yang tiada henti.

Kian banyak ilmu dikhaznahi, kian mudah mengenang dengki. Makin perlu kefasikkan ditaubati, tunduk merasai takut pada ilahi.

Kian banyak mendengar puji, kian kabur ma’rifat diri. Makin perlu jiwa bersunyi, menghitung aib-dosa hingga malu terhayati.

Kian banyak yang dimiliki, kian bertambah dada yang iri. Tiada aman dari hasad para hati, selain memfakirkan diri pada illahi.

Mari kita i’tikaf untuk menyelami gurindam yang dibuat oleh sang guru yang mahir menyusun kata nan indah sehingga membuat hati tergugah. 

Terima kasih Ustadz Salim A Fillah (@salimafillah)…

Sahabat, Terkadang kita perlu bercengkerama dengan sunyi agar bisa bersaing dalam keramaian. 

Bersegeralah, Gunakan seluruh potensi yang ada, masih ada waktu. karena amal itu di nilai bagaimana penghabisannya.

Yang Kecil, Remaja, Pemuda, orang tua, kakek-kakek dan nenek-nenek semua berhak masuk surga bagi yang Mau.

Al-Farabi,  26 Ramadhan 1436 H

Minggu, 05 Juli 2015

Si Kecil Besar Imannya

Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Beberapa hari yang lalu ketika memberikan tausiah sambil menunggu waktu berbuka, saya melihat ada seorang anak yang sangat khusyuk dan tenang dalam menyimak apa yang kami bahas. Tampak Raut wajah yang polos dan mata yang berkaca-kaca. Antusiasnya dengan ilmu dan ingin mempelajari agama terlihat dari sorot mata, gerak tubuh, ketenangannya.

Tentu pemandangan yang sangat langkah anak seumurnya begitu tenang, antusias mendengarkan Wahyu Ilahi dan hadist Nabi Saw, di umurnya yang masih belia. Melihat sikapnya, saya jadi ingat salah satu hadist Nabi Muhammad Saw.

Shahih Bukhari 3412: Dari Anas radliallahu 'anhu bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang hari qiyamat. Katanya; "Kapan terjadinya hari qiyamat?". Beliau balik bertanya kepada orang itu; "Apa yang telah kamu siapkan untuk menghadapinya?".Orang itu menjawab; "Tidak ada.Kecuali, aku mencintai Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam". Maka beliau berkata:"Kamu akan bersama orang yang kamu cintai". Anas berkata; "Kami belum pernah bergembira atas sesuatu seperti gembiranya kami dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu: "Kamu akan bersama orang yang kamu cintai". Selanjutnya Anas berkata; "Maka aku mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Abu Bakr, 'Umar dan aku berharap dapat berkumpul bersama mereka disebabkan kecintaanku kepada mereka sekalipun aku tidak memiliki amal seperti amal mereka".

Bagaimana si kecil Anas  radliallahu 'anhu ini bisa memilki iman yang begitu menghujam? Apakah ini kebetulan? atau ada Sosok yang berperan penting dalam pembentkan karakternya? Baca Tulisan sebelumnya tentang Tauladan Seorang Ibu (Klik disini)

“Anas seorang anak kecil saat itu. Tapi ia sudah tahu hakikat cinta yang sebenarnya.Karena demikianlah ibunya menanamkan nilai-nilai keimanan sejak dini. Bagaimana dengan putra-putri anda?.”


Bengkulu, 18 Ramadhan 1436 H

Jumat, 03 Juli 2015

Takwa dan Keberuntungan Hidup

Baitulloh
Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Sepanjang Bulan yang penuh Rahmat, Barokah, Ampunan, dan Pembebasan dari api neraka ini ada banyak cerita yang sudah kita jalani. Bulan berjuta pesona selalu membawa kesan dan pesan yang sangat agung bukti kasih dan sayang Alloh swt kepada manusia. Tidakkah kita merasa begitu Alloh sangat menyayangi kita? lalu apa yang sudah kita lakukan untuk membalas cinta-Nya?

Ada ayat yang sering di bahas di bulan suci ramadhon ini. sebuah panggilan sayang penuh cinta Sang Pencipta memanggil orang-orang beriman. 

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

Beberapa waktu yang lalu kita sudah membahas bahwa salah satu keberhasilan ramadhon adalah manusia kenal kepada Alloh (Klik di sini). Salah satu tujuan puasa juga bagaimana kita mampu mengendalikan syahwat. Selain itu, Puasa dianggap berhasil apabila setelah puasa kita menjadi lebih bertakwa. Apabila ketakwaan kita tidak bertambah boleh jadi kita termasuk golongan yang berpuasa tetapi tidak mendapat apa-apa kecuali lapar dan dahaga. Oleh karena itu, Berusahalah untuk menggapai takwa karena didalamnya banyak nikmak yang bisa kita dapat.

Agar lebih memotivasi kita untuk menggapai gelar takwa, sebenarnya apa keuntungan yang akan didapatkan oleh orang-orang yang bertakwa? 

Kamis, 02 Juli 2015

Hidup yang Berkualitas

Bedah Buku Muda Berprestasi
Dengan nama Alloh Yang Maha Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Pagi tadi saya melihat bulan purnama sangat terang, itu menandakan kita sudah masuk di pertengahan bulan ramadhan. Artinya sebenar lagi Ramadhon akan segera pergi. Apakah ketakwaan kita sudah semakin bertambah?

Bagaimana Kabarmu sahabat? Semoga selalu dalam keadaan yang prima, sehat, ceria, beriman, dan dalam lindungan Alloh swt. Setiap manusia pasti mendambakan kehidupan yang berkualitas. apakah Anda termasuk orang yang mendambakan hal tersebut?

Pertanyaannya, sudahkah kita mencapai kehidupan yang berkualitas? apa yang sebenarnya membuat kita sulit menggapai kehidupan yang diidam-idamka oleh banyak orang? Mari sejenak kita bahas satu pembahasan yang sederhana, semoga bisa menjadikan hidup kita (Anda dan Saya) memiliki kehidupan yang berkualitas.

Sahabat, memiliki kehidupan yang berkualitas itu bagi sangatlah sederhana dan selalu sederhana. Bagaimana caranya? Milikilah prioritas dalam hidup.

Para pemenang dalam kehidupan, bukanlah orang yang mengerjakan banyak hal, apalagi hal yang dikerjakan menyangkut perkara-perkara yang tidak penting. Para pemenang yang memiliki kehidupan yang berkualitas mengetahui dengan pasti, jelas, dan terang apa yang penting dan mana yang tidak.

Rumah Kita

Kita bukan penduduk bumi,
kita adalah penduduk syurga.
Kita tidak berasal dari bumi,
tapi kita berasal dari syurga.

Maka carilah bekal untuk kembali ke rumah,
kembali ke kampung halaman.
Dunia bukan rumah kita,
maka jangan cari kesenangan dunia.

Kita hanya pejalan kaki dalam perjalanan kembali kerumahnya.

Bukankah mereka yang sedang dalam perjalanan pulang selalu mengingat rumahnya dan mereka mencari buah tangan untuk kekasih hatinya yang menunggu di rumah?
Lantas, apa yang kita bawa untuk penghuni rumah kita, Rabb yang mulia?

Dia hanya meminta amal sholeh dan keimanan, serta rasa rindu padaNya yang menanti di rumah.
Begitu beratkah memenuhi harapanNya?

Kita tidak berasal dari bumi,
kita adalah penduduk syurga.
Rumah kita jauh lebih Indah di sana.

Kenikmatannya tiada terlukiskan,
dihuni oleh orang-orang yang mencintai kita.
Ada istri sholeha serta tetangga dan kerabat yang menyejukkan hati.

Mereka rindu kehadiran kita,
setiap saat menatap menanti kedatangan kita.
Mereka menanti kabar baik dari Malaikat Izrail.
Kapan Keluarga mereka akan pulang.

Ikutilah peta (Al Qur’an) yang Allah titipkan sebagai pedoman perjalanan.
Jangan sampai salah arah dan berbelok ke rumahnya iblis Laknatullah yaitu neraka

Kita bukan penduduk bumi,
kita penduduk syurga.
Bumi hanyalah perjalanan.
Kembalilah ke rumah,

Oleh : Cak Nun
Sumber: group WA
Sumber Gambar (disini)

Rabu, 01 Juli 2015

Teladan Seorang Ibu

 Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Anak adalah Anugrah dari Alloh swt yang merupakan amanat yang luar biasa. Ia merupakan anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab orang tua sejak dia dalam kandungan sampai dalam batas usia tertentu.

Pada umumnya, dari pengamatan fakta di lapangan, sampai usia lima belas tahun atau sebelum dewasa, anak masih sangat sulit menentukan pilihan. Khususnya dalam persoalan-persoalan yang cukup sulit menyangkut hidupnya, termasuk dalam memilih dan menjaga kefitrohan agamanya sejak kecil. Oleh karena itu, hendaknya orang tua mampu mengasuh, mengasah, dan mendidiknya dengan baik khususnya menyangkut kefitrohan agamanya.

Ada sebuah teladan menarik yang bisa kita ambil pelajaran dari sebuah hadis Rosululloh saw.

Shahih Muslim 4531: Telah menceritakan kepada kami Anas dia berkata; Pada suatu hari saya bersama ibuku datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ibuku menyelimutiku dengan separuh kerudungnya dan separuhnya lagi untuk menyelendangi saya.Ibuku berkata; 'Ya Rasulullah, inilah Unais (panggilan Anas ketika masih kecil), putra saya. Saya ajak ia kemari agar kelak membantu engkau. OIeh karena itu, doakanlah untuknya! Kemudian Rasulullah berdoa untuk Anas; "Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya!"Di kemudian hari Anas berkata; Demi Allah, harta saya sekarang sungguh banyak sekali, anak dan cucu saya kini telah mencapai seratus orang lebih."

Pelajaran berharga dari hadist di atas adalah “Sungguh ibu dan orang tua seperti inilah yang cerdas.Ia sudah menanamkan nilai-nilai keimanan sejak dini pada keturunannya.”

Anak ketika kecil ibarat pohon yang masih kecil, masih mudah dibentuk, diarahkan, dan didik dengan pendidikan yang baik. Khususnya menyangkut persoalan besar yang menyangkut jalan keselamatannya di dunia dan di akhirat, yaitu persoalan agama.


Sebuah buku menulis, "Eropa mengalami penyakit aneh-aneh seperti gay, lesbian dan homoseksual karena masyarakatnya meninggalkan institusi agama beserta normanya."

Mungkin, data ini sudah relevan di Eropa dan baru-baru ini di Amerika. Bisa jadi akan menggejala di Asia.

Satu yang mesti diingat, pesan salah seorang ulama klasik. Perkuat institusi keluarga dan agama. Maka peradaban manusia akan kokoh dari penyakit aneh-aneh
 
Semoga di bulan suci ramadhon ini Alloh memperbaiki agama kita yang merupakan benteng pertahanan dan jalan keselamatan kita dalam meniti kehidupan yang sementara ini menuju akhirat yang abadi.

Bengkulu, 14 Ramadhan 1436 H