Selasa, 15 November 2016

Hakikat Prestasi Yang Sebenarnya

Malam semakin pekat, rasa letih kian mendera. Aktivitas di kota besar  cukup menyita banyak waktu, tenaga, pikiran, dan biaya yang ekstra. Semua orang berlomba, berlari mengejar terik matahari untuk memulai aktivitas di pagi hari. Bahkan sangat pagi mereka sudah berdiri dan mempersiapkan diri.

Lelaki muda itu kembali bertanya, apa sebenarnya hakikat sebuah prestasi? Bertumpuknya gelar, penghargaan, piagam? Tepuk tangan dan decak kagum orang lain terhadap dirinya, tidak membuatnya lupa diri.

Teringat kembali, kisah di zaman Nabi untuk mencari kata kunci, hakikat prestasi seorang manusia itu sebenarnya apa? Karena membaca sejarah terkadang obat terbaik untuk menyulut api semangat di dalam jiwa.

Debu-debu berterbangan, mencoba menutupi teriknya cahaya matahari Madinah. Pohon tak malu bergoyang, ketika angin datang dan membelainya dengan lembut. Pasukan gagah umat muslim bersiap di pelataran pintu gerbang Madinah. Tak banyak yang dipersiapkan memang, karena mereka hendak menghadang kafilah dagang dan bukan berperang. Rasulullah Sholaullohhu ‘alihi Wassalam mulai memberikan komando agar 313 prajurit itu bergerak.

Ya, suasana itu demikian nyata, ketika pasukan muslim bergerak keluar Madinah untuk menghadang kafilah dagang Abu Sufyan, kafilah dagang yang berisi ratusan unta lengkap dengan barang di punggungnya.

Rupanya Abu Sufyan sudah mengetahui bahwa dirinya akan diserang. Maka dikirimlah temannya ke Mekah untuk memberikan kabar bahwa akan ada penyerangan oleh kaum muslimin.

Akhirnya tak kurang dari 1000 pasukan pergi untuk berhadapan kaum muslimin di Padang Badar. Kaum muslim yang tak siap berperang harus siap melawan pasukan 3 kali lebih banyak dari dirinya. diturunkannya hujan dan malaikat menjadi pertanda pertolongan Allah. 

Rasulullah SAW berdoa menengadah kepada Allah Swt. Beliau Khawatir tidak akan ada lagi manusia yang akan membela Islam jika mereka dibinasakan. Umat Muslim menang dengan jumlah korban sangat sedikit.

Baca Juga: Bersabar dan Sholat

Namun, lain halnya dengan perang Hunain. Umat muslim berjumlah 10 ribu pasukan yang telah sukses membebaskan kota Mekah dan berjalan ke Hunain karena mendengar ada 2000 pasukan Quraisy yang membangkang.

“Pasukan sebanyak ini tidak mungkin kalah”, kata hati sahabat muncul.

Ternyata Allah berkehendak lain, Pasukan Quraisy menyerang secara mendadak dan membuat pasukan muslim berlarian. Ribuan pasukan itu pecah dan hanya menyisakan ratusan orang yang berhasil menumpas pasukan quraisy.

Dari kisah kedua perang itu dapat memberikan pelajaran bagi kita, yaitu tentang hakikat sebuah prestasi.

Mari kita lihat peristiwa perang Badar, pasukan muslim hanya berjumlah sepertiga dari jumlah lawannya. Selain itu kaum muslim tidak bersiap untuk berperang, namun hanya menghadang kafilah dagang. Namun akhirnya Umat Muslim berhasil menang.

Sementara pada perang Hunain, jumlah kaum muslim banyak. Tapi jumlah yang banyak ini disertai rasa sombong dan takabur di dalamnya. Walaupun akhirnya menang, pasukan kuat ini pernah terpecah belah dan banyak yang berlarian.

Keridhoan Allah menjadi poin penting dalam peristiwa ini, dan perlu kita jadikan sebuah refleksi. Kita tentu sering berusaha sekuat tenaga untuk mencapai impian atau cita-cita kita. Berbagai jenis usaha kita upayakan, dan yakin tujuan kita akan tercapai. Namun, hal itu sama sekali tidak berguna, ketika Allah tidak meridhoi usaha kita.

Ridho Allah menjadi sebuah kunci utama kesuksesan, sehingga di samping kita berusaha, kita juga harus senantiasa memenuhi hak-hak Allah.

Karena terkadang dalam meraih cita-cita dan meraih kesuksesan, kita seringkali abai untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ketika itulah perasaan hampa datang menghampiri perasaan seorang hamba. Padahal rahasia utama kemenangan kita dalam hidup terletak dalam komitmen yang menghujam ke dalam jiwa untuk melaksanakan semua yang Allah senangi dan menjauhi yang Ia murkai.

Begitulah Roda kehidupan terus berputar, kadang kita di atas kadang di bawah. Demikianlah apa yang disebut dengan life cycles. Itu terjadi pada dunia bisnis, gerakan sosial, politik, bahkan da’wah sekalipun. Pola life cycles senantiasa sama. Sebagai Muslim, tentu hanya ada satu cara mengatasinya, yakni dengan mengikuti petunjuk-Nya.

Akhirnya terjawab sudah, Hakikat Prestasi yang sebenarnya adalah ketika apa yang kita cita-citakan dapat beriringan dengan keridhoan  Allah Subhanahu Wata’ala.

Semoga aktivitas yang kita lakukan hari ini mendapatkan rahmat, barokah, dan ridho dari-Nya.

Baca juga: Kepada Siapa Kita Berharap.

Gambar: Arrahmah.com

Jakarta, 15 Safar 1438 H/ 15 November 2016 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.