Malam semakin
pekat, rasa letih kian mendera. Aktivitas di kota besar cukup menyita banyak waktu, tenaga, pikiran,
dan biaya yang ekstra. Semua orang berlomba, berlari mengejar terik matahari
untuk memulai aktivitas di pagi hari. Bahkan sangat pagi mereka sudah berdiri
dan mempersiapkan diri.
Lelaki muda
itu kembali bertanya, apa sebenarnya hakikat sebuah prestasi? Bertumpuknya gelar,
penghargaan, piagam? Tepuk tangan dan decak kagum orang lain terhadap dirinya,
tidak membuatnya lupa diri.
Teringat kembali,
kisah di zaman Nabi untuk mencari kata kunci, hakikat prestasi seorang manusia
itu sebenarnya apa? Karena membaca sejarah terkadang obat terbaik untuk menyulut
api semangat di dalam jiwa.
Debu-debu
berterbangan, mencoba menutupi teriknya cahaya matahari Madinah. Pohon tak malu
bergoyang, ketika angin datang dan membelainya dengan lembut. Pasukan gagah umat muslim bersiap di pelataran pintu gerbang Madinah. Tak banyak yang
dipersiapkan memang, karena mereka hendak menghadang kafilah dagang dan bukan
berperang. Rasulullah Sholaullohhu ‘alihi Wassalam mulai memberikan komando
agar 313 prajurit itu bergerak.
Ya, suasana
itu demikian nyata, ketika pasukan muslim bergerak keluar Madinah untuk
menghadang kafilah dagang Abu Sufyan, kafilah dagang yang berisi ratusan unta
lengkap dengan barang di punggungnya.
Rupanya Abu
Sufyan sudah mengetahui bahwa dirinya akan diserang. Maka dikirimlah temannya
ke Mekah untuk memberikan kabar bahwa akan ada penyerangan oleh kaum muslimin.
Akhirnya
tak kurang dari 1000 pasukan pergi untuk berhadapan kaum muslimin di Padang Badar. Kaum
muslim yang tak siap berperang harus siap melawan pasukan 3 kali lebih
banyak dari dirinya. diturunkannya hujan dan malaikat menjadi pertanda
pertolongan Allah.
Rasulullah SAW berdoa menengadah kepada Allah Swt. Beliau Khawatir tidak akan ada lagi manusia yang akan membela Islam jika mereka dibinasakan. Umat Muslim menang dengan jumlah korban sangat sedikit.
Rasulullah SAW berdoa menengadah kepada Allah Swt. Beliau Khawatir tidak akan ada lagi manusia yang akan membela Islam jika mereka dibinasakan. Umat Muslim menang dengan jumlah korban sangat sedikit.
Namun, lain
halnya dengan perang Hunain. Umat muslim berjumlah 10 ribu pasukan yang telah
sukses membebaskan kota Mekah dan berjalan ke Hunain karena mendengar ada 2000
pasukan Quraisy yang membangkang.
“Pasukan
sebanyak ini tidak mungkin kalah”, kata hati sahabat muncul.
Ternyata
Allah berkehendak lain, Pasukan Quraisy menyerang secara mendadak dan membuat
pasukan muslim berlarian. Ribuan pasukan itu pecah dan hanya menyisakan ratusan
orang yang berhasil menumpas pasukan quraisy.
Dari kisah
kedua perang itu dapat memberikan pelajaran bagi kita, yaitu tentang hakikat
sebuah prestasi.
Mari kita
lihat peristiwa perang Badar, pasukan muslim hanya berjumlah sepertiga dari
jumlah lawannya. Selain itu kaum muslim tidak bersiap untuk berperang, namun
hanya menghadang kafilah dagang. Namun akhirnya Umat Muslim berhasil menang.
Sementara
pada perang Hunain, jumlah kaum muslim banyak. Tapi jumlah yang banyak ini
disertai rasa sombong dan takabur di dalamnya. Walaupun akhirnya menang,
pasukan kuat ini pernah terpecah belah dan banyak yang berlarian.
Keridhoan
Allah menjadi poin penting dalam peristiwa ini, dan perlu kita jadikan sebuah
refleksi. Kita tentu sering berusaha sekuat tenaga untuk mencapai impian atau
cita-cita kita. Berbagai jenis usaha kita upayakan, dan yakin tujuan kita akan
tercapai. Namun, hal itu sama sekali tidak berguna, ketika Allah tidak meridhoi
usaha kita.
Ridho Allah
menjadi sebuah kunci utama kesuksesan, sehingga di samping kita berusaha, kita
juga harus senantiasa memenuhi hak-hak Allah.
Karena terkadang
dalam meraih cita-cita dan meraih kesuksesan, kita seringkali abai untuk
melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ketika itulah perasaan
hampa datang menghampiri perasaan seorang hamba. Padahal rahasia utama
kemenangan kita dalam hidup terletak dalam komitmen yang menghujam ke dalam
jiwa untuk melaksanakan semua yang Allah senangi dan menjauhi yang Ia murkai.
Begitulah Roda kehidupan terus berputar, kadang kita di atas kadang di bawah. Demikianlah apa yang disebut dengan life cycles. Itu terjadi pada dunia bisnis, gerakan sosial, politik, bahkan da’wah sekalipun. Pola life cycles senantiasa sama. Sebagai Muslim, tentu hanya ada satu cara mengatasinya, yakni dengan mengikuti petunjuk-Nya.
Begitulah Roda kehidupan terus berputar, kadang kita di atas kadang di bawah. Demikianlah apa yang disebut dengan life cycles. Itu terjadi pada dunia bisnis, gerakan sosial, politik, bahkan da’wah sekalipun. Pola life cycles senantiasa sama. Sebagai Muslim, tentu hanya ada satu cara mengatasinya, yakni dengan mengikuti petunjuk-Nya.
Akhirnya terjawab sudah, Hakikat Prestasi
yang sebenarnya adalah ketika apa yang kita cita-citakan dapat beriringan dengan
keridhoan Allah Subhanahu Wata’ala.
Semoga aktivitas
yang kita lakukan hari ini mendapatkan rahmat, barokah, dan ridho dari-Nya.
Jakarta, 15
Safar 1438 H/ 15 November 2016 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.