Bagi anda yang ingin sukses dan tidak merugi dalam hidup,
WAJIB membaca tulisan ini. Berkaitan tentang Untung dan Rugi, ada sebuah kisah
menarik yang dapat kita renungi tentang hakikat orang-orang yang bangkrut.
Rosululloh saw pernah suatu hari pernah bertanya kepada
para sahabatnya,
“Taukah Anda siapa
orang yang bangkrut?”tanya Rosululloh
Para sahabat menjawab “
orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dan barang -
barangnya habis tidak ada sama sekali”
“Orang yang
bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat (pada kehidupan
di akhirat) dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat (dan ibadah-ibadah
lainnya), tetapi ia juga datang dengan membawa dosa karena mencela orang ini
danmembawa dosa karena mencela orang ini dan itu, menjatuhkan kehormatan orang
ini dan itu, makan harta orang ini dan itu, membunuh ini dan itu, memukul
(menyakiti) ini dan itu. Maka, diberikanlah kebaikannya kepada ini dan itu.
Sehingga kebaikannya habis dan itupun belum lunas, maka kepadanya diberikan
dosa dosa dari orang-orang (yang telah dia sakiti) itu, lalu dilemparkan ke
dalam neraka.”
(Hr. Muslim).
Dalam kehidupan kita sering kali terjebak dengan segala
sesuatu yang bersifat materi atau ukuran keduniaan. Padahal jelas dunia ini
bukanlah tujuan utama kita, tetapi sebagai sarana dalam mempersiapkan bekal
untuk memasuki kehidupan selanjutnya.
Lalu
pertanyaannya, apa tolak ukur seseorang dikatakan beruntung dan merugi???? Kita
tentu sepakat bahwa kesuksesan seseorang itu dilihat di akhir bukan di awal.
Contoh : seorang siswa yang memiliki kepintaran selama sekolah, tiba-tiba
dinyatakan tidak lulus. Kenapa? Bukankah pada kelas 1, 2, 3 dia selalu
berprestasi? Terkait dengan Pro dan Kontra akan UN (Ujian Nasional), secara
umum manusia sepakat bahwa kesuksesan selalu di ukur di Akhir bukan di awal.
kehidupan sejati adalah kehidupan di
Akhirat.
Maka beruntung atau rugi harusnya
selalu diukur dengan pandangan
kehidupan di Akhirat.
“Orang yang cerdas adalah orang
yang selalu menghitung-hitung dirinya dan bekerja untuk kehidupan setelah mati.
Sedang orang bodoh adalah orang selalu mengikutkan dirinya terhadap hawa
nafsunya dan menginginkan (keberungan) dari Allah hanya dengan berangan-angan.”
(Hr. Tirmdzi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.