Bismillahhirrohmanirrohim
Begitu banyak manusia yang
berlomba-lomba dalam hidupnya untuk meraih kesuksesan dan kemulian hidup. Akan
tetapi, seluruh waktu yang mereka gunakan untuk menuju ke sana terasa sangat
jauh dan sulit. Siang dan malam mereka habiskan waktunya dengan bekerja,
membangun jaringan, mengadakan rapat, dengan tujuan tindakan tersebut dapat
mengantarkan mereka agar semakin dekat kepada kesuksesan dan kemuliaan.
Kunjungan ke Gunung Cermai Cirebon |
Sebagian dari manusia di sisi
lain banyak yang berputus asa atau berkeyakinan bahwa kesuksesan dan kemuliaan
itu hanya bisa dicapai oleh orang-orang tertentu. Seperti orang yang memiliki
kekayaan, keturunan yang baik, jaringan yang luas, atau kenal dengan pejabat
dan petinggi di sebuah lembaga pemerintahan atau perusahaan.
Persaingan yang semakin ketat di era moderen
saat ini manusia selalu dihadapkan dengan pemikiran, tips, dan jalan menuju
sukses. Yang akhirnya jalan itu menunjukkan mereka ke arah kesuksesan yang semu
dan palsu. Sehingga tidak sedikit, manusia yang terperosok ke lembah kehinaan.
Seiring perjalan waktu, saya
melihat hari ini kehidupan masyarakat kita sudah semakin meningkat. Jalan-jalan
sudah banyak dipenuhi mobil dan motor. Ini menandakan bahwa perekonomian
masyarakat sudah cenderung membaik walaupun masih ada juga di beberapa tempat
terjadi kesenjangan sosial yang cukup memperihatinkan. Akan tetapi, realitas
yang kita lihat, dengar, dan rasakan adalah saat ini telah terjadi pergeseran
akhlak dan moral masyarakat yang rendah dan hina. Contohnya saja, kasus
Perkosaan, Korupsi, dan Pembunuhan.
Artinya kesuksesan yang dicapai
tanpa Kemuliaan hanya akan menjadikan kita rendah di sisi manusia dan Allah
SWT. Kesuksesan itu juga membuat kita semakin melihat kejahatan meraja lela,
jauhnya manusia khususnya pemuda dari Tuhannya menyebabkan kita kehilangan
pegangan dan sandaran hidup. Sehingga, hati kita gelisah dan sering berputus
asa.
Oleh karena itu, Mampukah kita
menggapai kemuliaan hidup di tengah keterbatasan yang kita miliki atau kita
menggapai kemuliaan dengan harta yang Allah anugrahkan kepada kita? Mampukah
KITA, siapapun anda orang kaya atau miskin, pejabat atau orang biasa, pengusaha
atau pekerja menggapai kemulian yang pastinya akan mengantarkan kita menggapai
kesuksesan di dunia dan di akhirat.
Ada satu ayat yang sangat
berkesan dan mampu merubah semua cara pandang kita dalam menggapai kemuliaan
dan ini berkaitan dengan tema yang kita bahas. Allah berfirman dalam Q.S.
Faathir ayat 10 :
“Barang siapa yang
menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya
lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shaleh dinaikkan-Nya. Dan
orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka adzab yang keras, dan
rencana jahat mereka akan hancur.”
Ayat ini mengajarkan kepada kita
tentang sesuatu yang sangat mendasar, jika sudah tertanam dalam hati, akan
dapat mengubah cara pandang kita secara keseluruhan.
Sesungguhnya kemuliaan seluruhnya
milik Allah. Tidak ada sesuatu pun dari kemuliaan itu yang berada di tangan
selan-Nya. Maka, siapa saja yang menghendaki kemuliaan, hendaknya ia mencarinya
dari sumbernya asalnya. Artinya hendaklah ia mencarinya di sisi Allah. Dialah
yang mengadakan kemuliaan itu, bukan orang lain.
“ … Bagi Allahlah kemuliaan itu semuanya….” (Faathir: 10)
Ayat ini turun berkaitan dengan
orang-orang musyrik yang ketika itu lebih memilih kemusyrikan dengan tujuan
menjaga kedudukan keagamaan mereka di Mekah, semua ini karena masalah
kepemimpinan dan keuntungan yang dihasilkan dari adanya kepemimpinan mereka.
Sehingga mereka dengan terus terang berkata,
“ ... jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir
dari negara kami …. “ (Al-Qashash:
57)
Kemudian Allah berfirman kepada
mereka dengan maksud meluruskan anggapan mereka yang keliru,
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allahlah kemuliaan
itu semuanya…” (Faathir: 10)
Oleh karena itu, orang-orang
tertentu menjadi tempat orang Quraisy mencari kemuliaan denan akidah paganis
mereka yang rapuh. Sama halnya dengan kondisi di zaman sekarang, kebanyakan
kita menyangka bahwa kemuliaan itu akan kita dapatkan jika kita dengan dengan
pejabat atau orang-orang tertentu. Sehingga, orang Quraisy itu takut mengikuti
petunjuk uang benar karena khawatir kedudukan mereka di tengah manusia menjadi
terganggu.
Maka dengan kasih sayangnya Allah
memberikan kabar gembira kepada seluruh manusia khususnya kepada
hamba-hamba-Nya yang beriman bahwa jika mereka memiliki kekuatan, sumber
utamanya adalah Allah. Jika mereka memiliki ketahanan, maka pemberiaannya
adalah Allah. Maka siapa pun yang menginginkan kemuliaan dan kekuatan,
hendaklah ia pergi ke sumber utamanya. Karena manusia-manusia yang menjadi
tempat memintanya sama seperti diriya, sama-sama memerlukan dan lemah.
Ini adalah hakikat mendasar dari
hakikat-hakikat akidah islam. Ia adalah hakikat yang dapat mengubah nilai dan
ukuran, mengubah penilaian, mengubah cara dan perilaku. Jika seseorang memahami
hakikat ini dan terhujam di hatinya, maka ia akan berdiri di depan dunia dalam
keadaan mulia, terhormat dan kokoh, dalam sikap yang tidak tergoyahkan, dan
tahu jalan menuju kemuliaan.
Ia tidak akan menundukkan kepalanya kepada
makhluk yang sombong. Tidak kepada badai yang menerjang. Tidak kepada peristiwa
yang besar. Tidak kepada sistem dan kekuasaan. Juga tidak kepada sesuatu
kekuatan di bumi. Mengapa? Karena kemuliaan itu milik Allah semata. Dan, tidak
ada seseorang pun yang memiliki kemuliaan kecuali dengan kehendak-Nya.
Lalu pertanyaannya bagaimana cara
untuk mendapat kemuliaan dari Allah?
Dari sini, disebut perkataan yang
baik dan amal saleh,
“… kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh
dinaikkan-Nya… “ (Faathir: 10)
Ayat ini menunjukkan kepada kita
tentang faktor-faktor penyebab kemuliaan dan perangkatnya, bagi orang yang
ingin memintanya kepada Allah, yaitu perkataan yang baik dan amal saleh. Perkataan
yang baik itulah yang naik kepada Allah, dan amal saleh itu yang diangkat oleh
Allah dan dimuliakan oleh Nya. Dan, berikutnya pemiliknya pun dimuliakan dan
dianugrahi kemuliaan.
Apapun latar belakang kita,
setiap manusia memperoleh hak yang sama untuk mendapatkan kemuliaan dalam
hidupnya. Syaratnya, dibalik setiap hak selalu ada kewajiban yang harus
ditunaikan kepada Allah.
Sayangnya hari ini kita melihat
sebuah kondisi masyarakat yang berpaling dari hakikat kemuliaan, ada menusia
yang menjadikan sesama manusia sebagai Tuhan. Berjuang mati-matian untuk
mendapatkan perhatiaan dan jabatan atau minimal dikenal oleh seseorang yang
dianggap memiliki kekuasaan dan nama baik. Ada yang putus asa jika tidak
mempunyai modal yang cukup untuk memulai usaha.
Kemuliaan yang benar adalah
hakikat yang tertanam di dalam hati, sebelum ia tampil di dunia manusia.
Sehingga hakikat yang sudah tertanam membuat hati itu meninggi dari semua
faktor-faktor kehinaan dan ketundukan kepada selain Allah. Hakikat ini juga
mampu menerobos keterbatasan dan keterbelengguan diri sendiri kepada segala
sesuatu. Ia juga meninggi dari syahwatnya yang menghinakan, keinginannya yang
menggebu, serta ketakutan dan keinginannya dari manusia dan selain manusia.
Ketika hati manusia meninggi dari
semua itu, maka tidak ada seorang pun yang mempunyai perangkat untuk
menghinakan dan menundukkannya. Karena pada hakikatnya, yang membuat manusia
hina adalah syahwat dan keinginannya, serta ketakutan dan obsesinya.
Kemuliaan bukanlah sikap
pemberontakan terhadap kebenaran dan berpegang kepada kebatilan. Bukan pula
penyelewengan yang tenggelam dalam dosa. Bukan tindakan melanggar segala aturan
untuk mengikuti keinginan dan menuntaskan syahwat. Buka kekuatan buta yang
bertindak tidak benar, tidak adil, dan tidak baik. Sama sekali bukan seperti
itu.
Namun, kemuliaan adalah sikap
meninggi dari syahwat dan nafsu, meninggi dari ikatan dan kehinaan. Selanjutnya
kemulian itu adalah ketundukan dan khusyu kepada Allah, takut dan bertakwa
kepada-Nya, serta selalu mendekat kepada-Nya baik dalam keadaan senang maupun
susah. Dari ketundukan kepada Allah inilah maka sesorang menjadi pribadi yang
teguh dari semua hal yang menimpanya. Sehingga ia hanya berfokus untuk
mencurahkan perhatiannya mencari ridha Allah.
Semoga bermanfaat nich blog... dan lanjutkan artikel yg memabngun bro
BalasHapusSama-sama Mas. Terima Kasih Sudah Berkunjunga ke Blog ini.
BalasHapusmantapp....saya suka baca artikel seperti ii...ini menunjukkan bahwa kita sebagai manusia ini harus sadar dan mensyukuri bahwa tanpa adanya hikmah dan nikmat dari allah tidak ada apa2nya......
BalasHapussukses trussss.......!!!
balas
Terima Kasih, Barokaullohhu Fiiikum.. Semoga Alloh swt mengabulkan hajat baik sahabat dan memudahkan urusan kita semua.
BalasHapusTerima Kasih sudah berkunjung sobat.