Rabu, 27 November 2013

Menggapai Kemuliaan



Bismillahhirrohmanirrohim

Begitu banyak manusia yang berlomba-lomba dalam hidupnya untuk meraih kesuksesan dan kemulian hidup. Akan tetapi, seluruh waktu yang mereka gunakan untuk menuju ke sana terasa sangat jauh dan sulit. Siang dan malam mereka habiskan waktunya dengan bekerja, membangun jaringan, mengadakan rapat, dengan tujuan tindakan tersebut dapat mengantarkan mereka agar semakin dekat kepada kesuksesan dan kemuliaan.

Kunjungan ke Gunung Cermai Cirebon
Sebagian dari manusia di sisi lain banyak yang berputus asa atau berkeyakinan bahwa kesuksesan dan kemuliaan itu hanya bisa dicapai oleh orang-orang tertentu. Seperti orang yang memiliki kekayaan, keturunan yang baik, jaringan yang luas, atau kenal dengan pejabat dan petinggi di sebuah lembaga pemerintahan atau perusahaan.

Persaingan yang semakin ketat di era moderen saat ini manusia selalu dihadapkan dengan pemikiran, tips, dan jalan menuju sukses. Yang akhirnya jalan itu menunjukkan mereka ke arah kesuksesan yang semu dan palsu. Sehingga tidak sedikit, manusia yang terperosok ke lembah kehinaan.


Seiring perjalan waktu, saya melihat hari ini kehidupan masyarakat kita sudah semakin meningkat. Jalan-jalan sudah banyak dipenuhi mobil dan motor. Ini menandakan bahwa perekonomian masyarakat sudah cenderung membaik walaupun masih ada juga di beberapa tempat terjadi kesenjangan sosial yang cukup memperihatinkan. Akan tetapi, realitas yang kita lihat, dengar, dan rasakan adalah saat ini telah terjadi pergeseran akhlak dan moral masyarakat yang rendah dan hina. Contohnya saja, kasus Perkosaan, Korupsi, dan Pembunuhan. 

Artinya kesuksesan yang dicapai tanpa Kemuliaan hanya akan menjadikan kita rendah di sisi manusia dan Allah SWT. Kesuksesan itu juga membuat kita semakin melihat kejahatan meraja lela, jauhnya manusia khususnya pemuda dari Tuhannya menyebabkan kita kehilangan pegangan dan sandaran hidup. Sehingga, hati kita gelisah dan sering berputus asa.

Oleh karena itu, Mampukah kita menggapai kemuliaan hidup di tengah keterbatasan yang kita miliki atau kita menggapai kemuliaan dengan harta yang Allah anugrahkan kepada kita? Mampukah KITA, siapapun anda orang kaya atau miskin, pejabat atau orang biasa, pengusaha atau pekerja menggapai kemulian yang pastinya akan mengantarkan kita menggapai kesuksesan di dunia dan di akhirat. 

Ada satu ayat yang sangat berkesan dan mampu merubah semua cara pandang kita dalam menggapai kemuliaan dan ini berkaitan dengan tema yang kita bahas. Allah berfirman dalam Q.S. Faathir ayat 10 :

“Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shaleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka adzab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur.”

Ayat ini mengajarkan kepada kita tentang sesuatu yang sangat mendasar, jika sudah tertanam dalam hati, akan dapat mengubah cara pandang kita secara keseluruhan. 

Sesungguhnya kemuliaan seluruhnya milik Allah. Tidak ada sesuatu pun dari kemuliaan itu yang berada di tangan selan-Nya. Maka, siapa saja yang menghendaki kemuliaan, hendaknya ia mencarinya dari sumbernya asalnya. Artinya hendaklah ia mencarinya di sisi Allah. Dialah yang mengadakan kemuliaan itu, bukan orang lain.
 “ … Bagi Allahlah kemuliaan itu semuanya….” (Faathir: 10)

Ayat ini turun berkaitan dengan orang-orang musyrik yang ketika itu lebih memilih kemusyrikan dengan tujuan menjaga kedudukan keagamaan mereka di Mekah, semua ini karena masalah kepemimpinan dan keuntungan yang dihasilkan dari adanya kepemimpinan mereka. Sehingga mereka dengan terus terang berkata,
 “ ... jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negara kami …. “ (Al-Qashash: 57) 

Kemudian Allah berfirman kepada mereka dengan maksud meluruskan anggapan mereka yang keliru,
Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allahlah kemuliaan itu semuanya…” (Faathir: 10)

Oleh karena itu, orang-orang tertentu menjadi tempat orang Quraisy mencari kemuliaan denan akidah paganis mereka yang rapuh. Sama halnya dengan kondisi di zaman sekarang, kebanyakan kita menyangka bahwa kemuliaan itu akan kita dapatkan jika kita dengan dengan pejabat atau orang-orang tertentu. Sehingga, orang Quraisy itu takut mengikuti petunjuk uang benar karena khawatir kedudukan mereka di tengah manusia menjadi terganggu. 

Maka dengan kasih sayangnya Allah memberikan kabar gembira kepada seluruh manusia khususnya kepada hamba-hamba-Nya yang beriman bahwa jika mereka memiliki kekuatan, sumber utamanya adalah Allah. Jika mereka memiliki ketahanan, maka pemberiaannya adalah Allah. Maka siapa pun yang menginginkan kemuliaan dan kekuatan, hendaklah ia pergi ke sumber utamanya. Karena manusia-manusia yang menjadi tempat memintanya sama seperti diriya, sama-sama memerlukan dan lemah.

Ini adalah hakikat mendasar dari hakikat-hakikat akidah islam. Ia adalah hakikat yang dapat mengubah nilai dan ukuran, mengubah penilaian, mengubah cara dan perilaku. Jika seseorang memahami hakikat ini dan terhujam di hatinya, maka ia akan berdiri di depan dunia dalam keadaan mulia, terhormat dan kokoh, dalam sikap yang tidak tergoyahkan, dan tahu jalan menuju kemuliaan.

Ia  tidak akan menundukkan kepalanya kepada makhluk yang sombong. Tidak kepada badai yang menerjang. Tidak kepada peristiwa yang besar. Tidak kepada sistem dan kekuasaan. Juga tidak kepada sesuatu kekuatan di bumi. Mengapa? Karena kemuliaan itu milik Allah semata. Dan, tidak ada seseorang pun yang memiliki kemuliaan kecuali dengan kehendak-Nya.

Lalu pertanyaannya bagaimana cara untuk mendapat kemuliaan dari Allah? 

Dari sini, disebut perkataan yang baik dan amal saleh,
… kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya… “ (Faathir: 10)

Ayat ini menunjukkan kepada kita tentang faktor-faktor penyebab kemuliaan dan perangkatnya, bagi orang yang ingin memintanya kepada Allah, yaitu perkataan yang baik dan amal saleh. Perkataan yang baik itulah yang naik kepada Allah, dan amal saleh itu yang diangkat oleh Allah dan dimuliakan oleh Nya. Dan, berikutnya pemiliknya pun dimuliakan dan dianugrahi kemuliaan.

Apapun latar belakang kita, setiap manusia memperoleh hak yang sama untuk mendapatkan kemuliaan dalam hidupnya. Syaratnya, dibalik setiap hak selalu ada kewajiban yang harus ditunaikan kepada Allah. 

Sayangnya hari ini kita melihat sebuah kondisi masyarakat yang berpaling dari hakikat kemuliaan, ada menusia yang menjadikan sesama manusia sebagai Tuhan. Berjuang mati-matian untuk mendapatkan perhatiaan dan jabatan atau minimal dikenal oleh seseorang yang dianggap memiliki kekuasaan dan nama baik. Ada yang putus asa jika tidak mempunyai modal yang cukup untuk memulai usaha. 

Kemuliaan yang benar adalah hakikat yang tertanam di dalam hati, sebelum ia tampil di dunia manusia. Sehingga hakikat yang sudah tertanam membuat hati itu meninggi dari semua faktor-faktor kehinaan dan ketundukan kepada selain Allah. Hakikat ini juga mampu menerobos keterbatasan dan keterbelengguan diri sendiri kepada segala sesuatu. Ia juga meninggi dari syahwatnya yang menghinakan, keinginannya yang menggebu, serta ketakutan dan keinginannya dari manusia dan selain manusia. 

Ketika hati manusia meninggi dari semua itu, maka tidak ada seorang pun yang mempunyai perangkat untuk menghinakan dan menundukkannya. Karena pada hakikatnya, yang membuat manusia hina adalah syahwat dan keinginannya, serta ketakutan dan obsesinya.

Kemuliaan bukanlah sikap pemberontakan terhadap kebenaran dan berpegang kepada kebatilan. Bukan pula penyelewengan yang tenggelam dalam dosa. Bukan tindakan melanggar segala aturan untuk mengikuti keinginan dan menuntaskan syahwat. Buka kekuatan buta yang bertindak tidak benar, tidak adil, dan tidak baik. Sama sekali bukan seperti itu.

Namun, kemuliaan adalah sikap meninggi dari syahwat dan nafsu, meninggi dari ikatan dan kehinaan. Selanjutnya kemulian itu adalah ketundukan dan khusyu kepada Allah, takut dan bertakwa kepada-Nya, serta selalu mendekat kepada-Nya baik dalam keadaan senang maupun susah. Dari ketundukan kepada Allah inilah maka sesorang menjadi pribadi yang teguh dari semua hal yang menimpanya. Sehingga ia hanya berfokus untuk mencurahkan perhatiannya mencari ridha Allah.



4 komentar:

  1. Semoga bermanfaat nich blog... dan lanjutkan artikel yg memabngun bro

    BalasHapus
  2. Sama-sama Mas. Terima Kasih Sudah Berkunjunga ke Blog ini.

    BalasHapus
  3. mantapp....saya suka baca artikel seperti ii...ini menunjukkan bahwa kita sebagai manusia ini harus sadar dan mensyukuri bahwa tanpa adanya hikmah dan nikmat dari allah tidak ada apa2nya......
    sukses trussss.......!!!

    balas

    BalasHapus
  4. Terima Kasih, Barokaullohhu Fiiikum.. Semoga Alloh swt mengabulkan hajat baik sahabat dan memudahkan urusan kita semua.

    Terima Kasih sudah berkunjung sobat.

    BalasHapus

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.