Senin, 11 Agustus 2025

Memahami Emosi

Emosi

Apakah emosi itu selalu buruk? mari kita lihat dari perspektif yang berbeda. Saya sering sekali menemukan satu kesalahpahaman mendasar yang terus berulang: anggapan bahwa emosi itu bisa salah. Mari kita luruskan ini sekarang juga: Emosi, dalam bentuknya yang murni, tidak pernah salah.

Pernahkah Anda merasa bersalah karena marah, sedih yang berkepanjangan, atau bahkan terlalu bahagia? Kita seringkali menghakimi emosi kita sendiri, melabelinya sebagai "baik" atau "buruk," padahal sebenarnya emosi hanyalah sinyal. Mereka hadir dalam hidup kita dengan tujuan tertentu, seperti kompas internal yang mencoba memberi tahu kita sesuatu tentang diri kita, lingkungan kita, atau situasi yang sedang kita hadapi.

Sekuat apapun iman seseorang, secerdas apapun seseorang dia pasti akan mengalami beragam emosi dalam hidupnya. Kehadiran emosi yang bebeda itu memiliki tujuan tersendiri. Hal paling penting adalah bagaimana kita bereaksi terhadap emosi yang hadir dalam teras kehidupan kita. 

Senin, 04 Agustus 2025

Menjadi Individu Berperforma Tinggi: Mengatasi Tantangan dan Mencapai Potensi Terbaik dalam Hidup


Hidup kita penuh dengan tantangan, tekanan, keterbatasan, dan ketidakpastian. Namun, dalam setiap tantangan tersembunyi kesempatan untuk tumbuh. Sering kali, kita merasa terjebak, tidak tahu harus melangkah ke mana, atau merasa seperti semuanya berada di luar kendali. Tetapi, apa yang jika saya katakan bahwa semua tekanan dan keterbatasan yang kita hadapi adalah kunci untuk mencapai performa terbaik kita?

Kamis, 24 Juli 2025

Ketika Nasihat Tidak Didengar: Refleksi dari Surah Al-A’raf: 79


Pernahkah kamu merasa lelah menasihati seseorang, tetapi tetap saja diabaikan? Mungkin kamu pernah mengingatkan teman agar berhenti dari kebiasaan buruknya, tetapi ia tetap melakukannya. Atau mungkin, kamu mencoba memberi saran kepada keluargamu agar hidup lebih sehat, tetapi malah dianggap cerewet.

Rabu, 23 Juli 2025

Apakah Bisa Mengelabui Psikolog dengan Nada, Ekspresi, dan Jawaban Kita?


Dalam banyak situasi, kita mungkin merasa perlu untuk menyembunyikan perasaan atau memperlihatkan sisi terbaik diri kita, terutama dalam wawancara kerja/beasiswa atau saat menghadapi psikolog. Namun, pertanyaannya adalah: apakah kita bisa benar-benar mengelabui seorang psikolog dengan hanya mengandalkan nada suara, ekspresi wajah, dan jawaban kita?

Meskipun mungkin kita berpikir bahwa kita bisa menyembunyikan perasaan atau niat sebenarnya, kenyataannya sangat sulit untuk benar-benar mengelabui seorang psikolog yang berpengalaman. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa hal ini sangat sulit dilakukan.

Tiga Menit Wawancara Beasiswa: Apa yang Dilihat Psikolog dalam Waktu Singkat?


Pernahkah Anda mendengar cerita tentang seorang peserta wawancara beasiswa yang hanya diberi waktu dua menit sebelum wawancaranya selesai? Kedengarannya tidak masuk akal, bukan? Wawancara yang biasanya berlangsung lama, ternyata bisa saja selesai dalam waktu yang sangat singkat. Namun, apa yang sebenarnya dilihat oleh psikolog dalam waktu semenit dua menit tersebut? Walaupun saya secara pribadi kurang setuju jika waktunya terlalu singkat. Jika itu terjadi kasusnya sangat jarang.

Sebagai seseorang yang pernah melalui proses seleksi beasiswa, melakukan pendampingan seleksi administrasi, substansi dan berdiskusi dengan psikolog, saya mulai merenung lebih dalam setelah mendengar kisah tersebut. Kenapa dalam waktu yang sangat singkat, mereka bisa memutuskan sesuatu yang begitu penting? Dari sinilah saya mulai berpikir, wawancara bukan hanya soal waktu, tapi lebih kepada bagaimana kita menyampaikan diri kita dengan tepat.

Minggu, 20 Juli 2025

Panduan Menemukan dan Mempersiapkan Korespondensi dengan Promotor/Supervisor untuk S3



Program Doktor untuk Dosen Indonesia (PDDI) Tahun 2025 membuka peluang bagi dosen-dosen di Indonesia untuk melanjutkan pendidikan di jenjang doktoral di luar negeri. Beasiswa ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia melalui pengembangan kapasitas dosen yang memiliki potensi besar dalam mengembangkan bidang ilmunya.

Salah satu aspek penting yang perlu dipersiapkan dalam proses pendaftaran PDDI adalah bukti korespondensi dengan calon promotor/pembimbing dan kesesuaian dengan calon promotor/pembimbing. Kedua hal ini sangat krusial karena akan menentukan kelancaran program doktoral Anda di dalam dan luar negeri. Di bawah ini, saya akan membahas lebih lanjut mengenai kedua aspek tersebut.

Sabtu, 19 Juli 2025

Cara Efektif Mempersiapkan Wawancara PDDI 2025: Strategi dan Tips Utama

Wawancara merupakan salah satu tahap penting dalam proses seleksi untuk Program Doktor untuk Dosen Indonesia (PDDI) 2025. Proses ini bukan hanya sekadar penilaian terhadap kemampuan teknis, tetapi juga mencerminkan kesiapan, karakter, serta motivasi peserta dalam menghadapi tantangan yang akan datang. Bagi banyak calon peserta, wawancara bisa menjadi momen yang menegangkan, namun dengan persiapan yang tepat, peluang untuk sukses bisa meningkat.

Dalam materi ini, saya akan membahas tips dan strategi efektif yang dapat membantu Anda mempersiapkan diri dengan baik menghadapi wawancara PDDI 2025. Materi ini tidak hanya akan membahas apa yang perlu dipersiapkan dari segi teknis, tetapi juga aspek-aspek lain yang mendukung kesuksesan dalam wawancara seperti komunikasi, sikap, dan cara menjawab pertanyaan dengan percaya diri.

Dengan memahami panduan ini, Anda diharapkan dapat meminimalkan rasa gugup, menunjukkan kemampuan terbaik, serta meninggalkan kesan positif yang akan meningkatkan peluang Anda untuk diterima dalam program ini.

Luruskan niat, teruslah berdoa dan teruslah berusaha.

Baca juga : Panduan Mempersiapkan dan Mempersiapkan Korespondensi Dengan Promotor untuk S3

 

Malang, 23 Muharram 1447 H