Syaikh Muhammad
Abduh pernah mengucapkan kalimat yang kemudian sangat terkenal di seantero
dunia Islam, “Al-islamu mahjuubun bil muslimin”. Islam tertutup oleh
umat Islam.
Cahaya keindahan
Islam tertutupi oleh perilaku buruk umat Islam. Dan perilaku-perilaku itu sama
sekali tidak mencerminkan ajaran Islam. Tidak juga bagian dari ajaran Islam.
Akan tetapi karena dari mulut mereka setiap saat mengaku bahwa mereka adalah
umat Islam, maka wajar banyak orang menganggap seperti itulah ajaran Islam.
Padahal itu bukan ajaran Islam.
Sebagai seorang
muslim, tentunya saya meyakini bahwa islam adalah agama terakhir yang
diturunkan Allah untuk menyempurnakan agama-agama sebelumnya yang menjadi
rahmat dan petunjuk untuk seluruh manusia.
Islam adalah
risalah yang terakhir dan mengajarkan kebenaran dan tata nilai yang bersifat
universal dan abadi, yang harus diyakini dan diamalkan setiap Muslim. Kebenaran
Islam ini harus disebarkan dengan dakwah, bukan dengan jalan pemaksaan dan
pengerahan kekuatan fisik. Islam tidak disebarkan dengan kekuatan pedang dan
senjata, melainkan dengan kekuatan lidah dan keindahan amal perbuatan para juru
dakwah.
Salah satu cara
untuk memahami agama ini dengan benar dan murni adalah mempelajarinya dari
sumbernya yang otentik. Sebagai muslim terkadang kita melihat terlalu banyak
kontradiksi antara kehebatan ajaran islam dan realitas serta kualitas umat
islam saat ini.
salah satu
inspirasi ayat yang menarik untuk kita telaah adalah Firman Allah dalam surah
Al-Baqarah ayat 143:
وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنٰکُمۡ اُمَّۃً وَّسَطًا لِّتَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ
عَلَی النَّاسِ وَ یَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ عَلَیۡکُمۡ شَہِیۡدًا ؕ وَ مَا
جَعَلۡنَا الۡقِبۡلَۃَ الَّتِیۡ کُنۡتَ عَلَیۡہَاۤ اِلَّا لِنَعۡلَمَ مَنۡ
یَّتَّبِعُ الرَّسُوۡلَ مِمَّنۡ یَّنۡقَلِبُ عَلٰی عَقِبَیۡہِ ؕ وَ اِنۡ
کَانَتۡ لَکَبِیۡرَۃً اِلَّا عَلَی الَّذِیۡنَ ہَدَی اللّٰہُ ؕ وَ مَا
کَانَ اللّٰہُ لِیُضِیۡعَ اِیۡمَانَکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ بِالنَّاسِ
لَرَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ
“Dan demikian
(pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar
kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi
saksi atas (perbuatan) kamu.
Dan Kami tidak
menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami
mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.
Dan sungguh
(pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah
diberi petunjuk oleh Allah, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”
Ayat di atas
menerangkan bahwa Umat Islam adalah umat yang mendapat petunjuk dari Allah subhanahu
wa ta’ala sehingga mereka menjadi umat yang adil dan pilihan dan akan
menjadi saksi atas keingkaran orang-orang yang kafir.
Umat Islam harus
senantiasa menegakkan keadilan dan kebenaran serta membela yang hak dan
melenyapkan yang batil.
Mereka dalam segala
aspek persoalan hidup berada di tengah-tengah antara orang-orang yang
mementingkan kebendaan dalam penghidupannya seperti orang-orang Yahudi,
musyrikin serta orang-orang yang tidak beragama, dan orang-orang yang hanya
mementingkan kerohanian saja seperti orang-orang Nasrani, Sabi’in dan
orang-orang Hindu.
Dengan demikian
maka umat Islam menjadi saksi yang adil dan terpilih atas keterlaluan
orang-orang yang bersandar pada kebendaan itu, yang melupakan hak-hak ketuhanan
dan cenderung kepada memuaskan hawa nafsu dan jadi saksi pula terhadap
orang-orang yang berlebih-lebihan dalam soal agama sehingga melepaskannya dari
segala kenikmatan jasmani dengan menyiksa diri dan menahan dirinya dari
kehidupan yang wajar.
Maka umat Islam
menjadi saksi atas mereka semuanya karena sifatnya yang adil dan terpilih dan
dalam melaksanakan hidupnya sehari-hari selalu menempuh jalan tengah.
Islam mengajarkan,
keseimbangan dan keselarasan antara kemajuan material dan spiritual. Ketakwaan
kepada Allah dan amaliah umat, merupakan esensi hidup beragama.
Itulah salah satu
penyebab beberapa gereja saat ini di eropa sepi pengunjung yang akhirnya di
jual dan dijadikan masjid. diantara manusia saat ini yang terombang ambing
dalam badai matrealisme, kekeringan rohani, islam hadir memberikan solusi dan
jalan tengah agar manusia bisa mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Demikian pula
Rasulullah ﷺ menjadi saksi bagi umatnya bahwa umatnya itu
sebaik-baik umat yang diciptakan untuk memberi petunjuk kepada manusia dengan
amar makruf dan nahi mungkar.
Kemudian Allah
menjelaskan bahwa perubahan kiblat dari Baitul Makdis ke Kakbah itu adalah
untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang benar-benar beriman dan
mengikuti pedoman Rasul dan siapa pula yang lemah imannya serta membelok dari
jalan yang lurus.
Memang pemindahan
kiblat itu dirasakan sangat berat oleh orang yang fanatik kepada kiblat yang
pertama, karena manusia pada umumnya sulit untuk merubah dan meninggalkan
kebiasaannya.
Tetapi orang-orang
yang mendapat petunjuk dari Allah dengan mengetahui hukum-hukum agamanya dan
rahasia syariatnya, mereka insaf bahwa melaksanakan ibadah dengan menghadap
kiblat itu adalah semata-mata karena perintah Allah bukan karena sesuatu
rahasia yang tersembunyi pada tempat itu sendiri dan bahwasanya penempatan
kiblat itu untuk menghimpun manusia sehingga menjadi kesatuan yang bulat.
Untuk menghilangkan
keragu-raguan dari sebagian kaum muslimin tentang pahala shalatnya selama
mereka menghadap ke Baitul Makdis dulu, maka Allah menerangkan bahwa Dia
sekali-kali tidak akan menyia-nyiakan iman dan amal orang-orang yang mematuhi
Rasul karena Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
Photo credit: islami.co
Bengkulu, 23
Jumadil Awwal 1440 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.