Rabu, 30 Januari 2019

Umat Islam adalah Umat Pertengahan


Syaikh Muhammad Abduh pernah mengucapkan kalimat yang kemudian sangat terkenal di seantero dunia Islam, “Al-islamu mahjuubun bil muslimin”. Islam tertutup oleh umat Islam.

Cahaya keindahan Islam tertutupi oleh perilaku buruk umat Islam. Dan perilaku-perilaku itu sama sekali tidak mencerminkan ajaran Islam. Tidak juga bagian dari ajaran Islam. Akan tetapi karena dari mulut mereka setiap saat mengaku bahwa mereka adalah umat Islam, maka wajar banyak orang menganggap seperti itulah ajaran Islam. Padahal itu bukan ajaran Islam.

Sebagai seorang muslim, tentunya saya meyakini bahwa islam adalah agama terakhir yang diturunkan Allah untuk menyempurnakan agama-agama sebelumnya yang menjadi rahmat dan petunjuk untuk seluruh manusia.


Islam adalah risalah yang terakhir dan mengajarkan kebenaran dan tata nilai yang bersifat universal dan abadi, yang harus diyakini dan diamalkan setiap Muslim. Kebenaran Islam ini harus disebarkan dengan dakwah, bukan dengan jalan pemaksaan dan pengerahan kekuatan fisik. Islam tidak disebarkan dengan kekuatan pedang dan senjata, melainkan dengan kekuatan lidah dan keindahan amal perbuatan para juru dakwah.

Salah satu cara untuk memahami agama ini dengan benar dan murni adalah mempelajarinya dari sumbernya yang otentik. Sebagai muslim terkadang kita melihat terlalu banyak kontradiksi antara kehebatan ajaran islam dan realitas serta kualitas umat islam saat ini.

salah satu inspirasi ayat yang menarik untuk kita telaah adalah Firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 143:

وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنٰکُمۡ اُمَّۃً وَّسَطًا لِّتَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ وَ یَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ عَلَیۡکُمۡ شَہِیۡدًا ؕ وَ مَا جَعَلۡنَا الۡقِبۡلَۃَ الَّتِیۡ کُنۡتَ عَلَیۡہَاۤ اِلَّا لِنَعۡلَمَ مَنۡ یَّتَّبِعُ الرَّسُوۡلَ مِمَّنۡ یَّنۡقَلِبُ عَلٰی عَقِبَیۡہِ ؕ وَ اِنۡ کَانَتۡ لَکَبِیۡرَۃً اِلَّا عَلَی الَّذِیۡنَ ہَدَی اللّٰہُ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُضِیۡعَ اِیۡمَانَکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ بِالنَّاسِ لَرَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.
Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.
Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”

Ayat di atas menerangkan bahwa Umat Islam adalah umat yang mendapat petunjuk dari Allah subhanahu wa ta’ala sehingga mereka menjadi umat yang adil dan pilihan dan akan menjadi saksi atas keingkaran orang-orang yang kafir.

Umat Islam harus senantiasa menegakkan keadilan dan kebenaran serta membela yang hak dan melenyapkan yang batil.

Mereka dalam segala aspek persoalan hidup berada di tengah-tengah antara orang-orang yang mementingkan kebendaan dalam penghidupannya seperti orang-orang Yahudi, musyrikin serta orang-orang yang tidak beragama, dan orang-orang yang hanya mementingkan kerohanian saja seperti orang-orang Nasrani, Sabi’in dan orang-orang Hindu.

Dengan demikian maka umat Islam menjadi saksi yang adil dan terpilih atas keterlaluan orang-orang yang bersandar pada kebendaan itu, yang melupakan hak-hak ketuhanan dan cenderung kepada memuaskan hawa nafsu dan jadi saksi pula terhadap orang-orang yang berlebih-lebihan dalam soal agama sehingga melepaskannya dari segala kenikmatan jasmani dengan menyiksa diri dan menahan dirinya dari kehidupan yang wajar.

Maka umat Islam menjadi saksi atas mereka semuanya karena sifatnya yang adil dan terpilih dan dalam melaksanakan hidupnya sehari-hari selalu menempuh jalan tengah.


Islam mengajarkan, keseimbangan dan keselarasan antara kemajuan material dan spiritual. Ketakwaan kepada Allah dan amaliah umat, merupakan esensi hidup beragama.

Itulah salah satu penyebab beberapa gereja saat ini di eropa sepi pengunjung yang akhirnya di jual dan dijadikan masjid. diantara manusia saat ini yang terombang ambing dalam badai matrealisme, kekeringan rohani, islam hadir memberikan solusi dan jalan tengah agar manusia bisa mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Demikian pula Rasulullah menjadi saksi bagi umatnya bahwa umatnya itu sebaik-baik umat yang diciptakan untuk memberi petunjuk kepada manusia dengan amar makruf dan nahi mungkar.

Kemudian Allah menjelaskan bahwa perubahan kiblat dari Baitul Makdis ke Kakbah itu adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang benar-benar beriman dan mengikuti pedoman Rasul dan siapa pula yang lemah imannya serta membelok dari jalan yang lurus.

Memang pemindahan kiblat itu dirasakan sangat berat oleh orang yang fanatik kepada kiblat yang pertama, karena manusia pada umumnya sulit untuk merubah dan meninggalkan kebiasaannya.

Tetapi orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah dengan mengetahui hukum-hukum agamanya dan rahasia syariatnya, mereka insaf bahwa melaksanakan ibadah dengan menghadap kiblat itu adalah semata-mata karena perintah Allah bukan karena sesuatu rahasia yang tersembunyi pada tempat itu sendiri dan bahwasanya penempatan kiblat itu untuk menghimpun manusia sehingga menjadi kesatuan yang bulat.

Untuk menghilangkan keragu-raguan dari sebagian kaum muslimin tentang pahala shalatnya selama mereka menghadap ke Baitul Makdis dulu, maka Allah menerangkan bahwa Dia sekali-kali tidak akan menyia-nyiakan iman dan amal orang-orang yang mematuhi Rasul karena Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

Photo credit: islami.co

Bengkulu, 23 Jumadil Awwal 1440 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah singgah! Semoga kita segera berjumpa lagi. Saya memberi hormat atas dedikasi dan komitmen Anda untuk terus tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Saya menantikan suatu waktu untuk dapat berjumpa dengan Anda suatu hari.